"Aduh, sakit,"
Bara terkejut mendengar rintihan Zara barusan. Padahal dia ingin menunjukkan sesuatu dari ponselnya, dan tepukan pada kaki Zara pun juga tidak keras. Dan saat itu juga, Bara sedikit panik setelah melihat Zara sedikit menaikkan roknya melihat luka pada lututnya.
"Perih, Bara," rintihnya lagi.
"Astaga, Zara. Kenapa bisa luka?" Bara berlari meninggalkan Zara sebentar untuk memberi air mineral yang akan ia gunakan untuk membersihkan luka gadis itu.
Sedangkan Zara, tengah mengipasi lukanya dengan tangannya sendiri. Dia juga memberikan tiupan-tiupan kecil pada lukanya, berharap untuk menghilangkan rasa perih yang terus menempel pada lututnya. Zara juga sedikit kesal, karena Bara tidak kunjung kembali, membiarkan dirinya merintih kesakitan sendirian.