Aku tidak menyangka jika akan bertemu Bara disini. Bahkan aku tak tahu jika bazar itu berdekatan dengan panti asuhan ini—batin Zara.
Seluruh anak panti yang berada diluar seketika memperhatikan Zara dan Sadam. Mereka semua terheran bagaimana bisa salah satu anak panti bisa bersama Zara dan Sadam. Tapi, niat baik Zara membawa gadis panti itu kembali, tidak dihargai oleh Bara yang justru merebut gadis kecil itu darinya.
"Jika kau ingin mengajarkan yang tidak baik, jangan pada anak panti disini," sarkasnya.
Yang merasa tidak suka dengan ucapan Bara adalah Sadam, dengan tubuh tegapnya dia berdiri dihadapan Bara dengan tatapan yang cukup menyalang. Bukan apa, mereka ini sudah berniat baik mengantarkan salah satu gadis panti yang bermain di bazar. Sayangnya, Bara justru menuduh yang tidak benar pada Zara. Secepat mungkin Zara menarik lengan Sadam untuk tidak membuat keributan didepan anak panti. Dirinya sendiri yang akan berbicara pada Bara.
"Aku saja tidak tahu jika bazar disana dekat dengan panti ini. Jadi, kau jangan asal menuduh. Tanyakan saja pada gadis itu," balas Zara pada Bara yang sudah menuduhnya.
Zara menatap gadis itu, seolah meminta bantuan untuk menjelaskan semuanya pada Bara agar tidak ada kesalahpahaman diantara mereka semua. Andai Zara tahu bazar itu dekat dengan panti, dan dia tidak bertemu dengan gadis panti itu, Zara juga tak ada niatan untuk mengunjungi panti. Bukan soal dia tidak suka dengan anak-anak panti asuhan ini, hanya saja tempat itu bukan tujuan Zara sebenarnya.
Setelah mendengar penjelasan langsung dari gadis panti itu, Bara menyuruh anak panti lainnya untuk membawa gadis itu masuk ke dalam panti. Seketika Zara langsung mencegahnya, dia tahu jika kemungkinan gadis panti itu akan merasa bersalah ketika Bara akan menasihatinya nanti, jadi dengan hati yang ikhlas dan tulus, dia memberikan snow globe pemberian Sadam pada gadis panti itu. Zara berharap jika benda itu bisa menghiburnya ketika merasa sedih.
Karena tak mungkin juga untuk Zara lebih lama dipanti ini, Zara memilih untuk pamit meninggalkan panti. Percuma jika dia akan mampir dengan kondisi keadaan yang masih menegang ini. Walaupun beberapa anak panti yang mengenalnya menahannya untuk berkunjung, Zara menolaknya dengan halus. Bara tak akan suka jika dia berada disini. Dia lebih baik mengalah, dan menganggap kejadian ini tak pernah terjadi sebelumnya.
Akhirnya dua remaja berlawanan jenis itupun pergi meninggalkan panti asuhan. Selama berjalan menuju bazar tadi, keduanya saling terdiam. Bisa Sadam lihat jika Zara memasang wajah tanpa eskpresi. Sedikit lebih Sadam mengerti jika Zara pasti masih merasa kesal karena tuduhan yang Bara berikan pada mereka.
"Sudah, tidak usah dipikirkan, mungkin memang dia terlalu khawatir dengan gadis kecil itu," ucap Sadam menenangkan.
"Tapi apa wajar jika dia menuduh teman sekolahnya sendiri? Seharusnya dia berterimakasih karena kita yang membawa pulang gadis itu,"
Sadam hanya tertawa kecil mendengar keluhan Zara, dia mengelus salah satu pundak Zara agar lebih tenang. Sesampainya ditempat mereka memarkirkan motor, rupanya disana Annette dan Yohan sudah menunggu lebih dulu. Sudah bisa Zara tebak jika Annette akan mengoceh banyak karena dirinya dan Sadam mendadak hilang dari bazar.
Jari telunjuk Zara sengaja ia tempelkan pada bibirnya, memberikan kode pada Annette untuk tidak mengoceh. Dia sudah lebih dulu mengetahui apa yang akan Annette katakan. "Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan," katanya.
Sadam dan Yohan segera mengeluarkan motor mereka dari lahan parkir. Karena hari juga semakin sore dan dua gadis itu belum makan sejak siang tadi, Yohan dan Sadam sepakat untuk membawa dua gadis itu menuju salah satu tempat makan sederhana yang menurut dua laki-laki itu akan disukai oleh Zara dan Annette.
"Kita makan dulu, kalian belum makan dari siang tadi. Kami khawatir," ucap Sadam yang duduk bersebelahan dengan Yohan.
"Tapi, makanan yang aku beli tadi masih ada,"
"Simpan saja untuk nanti dimakan dirumah," balas Sadam.
Suara berat Sadam barusan, membuat Zara seperti terhipnotis dan menurut dengan apa yang Sadam katakan. Rasanya seperti dia ini sedang terjebak dua laki-laki berlainan sifat. Melihat Sadam yang seperti ini, membuat Zara juga membayangkan Bara secara bersamaan. Mereka berdua sama-sama memiliki suara berat yang memabukkan, mereka juga dari keluarga yang mampu. Sayangnya, perbedaan itu terdapat dari cara mereka bersosialisasi dengan lingkungan. Sadam jauh akan menjadi orang yang banyak disegani orang lain, sedangkan Bara akan menjadi orang yang justru dijauhi oleh banyak orang.
Dia segera mengenyahkan pikirkannya dengan cepat. Tidak ada untung maupun rugi jika memikirkan hal itu. Bukan urusannya pula. Dia hanya perlu menjalani apa yang sedang terjadi saat ini. Duduk ditempat makan yang terletak dipinggir jalan bersama keempat temannya.
"Sebenarnya, apa yang membuatmu memasang wajah seperti itu?" tanya Annette mendadak.
"Tidak ada," jawabnya dengan malas.
"Dasar aneh,"
Keempat orang disana sedang sibuk dengan makanan mereka. Baru setengah makanan yang termakan, tiba-tiba Yohan berceletuk yang membuat Zara lebih malas untuk menimpali ucapan Yohan. Disaat dirinya yang sedang seperti ini, Yohan masih bisa membicarakan hal yang tidak penting. Zara sampai menggelengkan kepalanya.
"Kau lihat, motorku dengan motor Sadam memang serupa. Lagipula aku juga tidak tahu jika dia membeli motor yang sama dengan milikku," ucap Yohan.
Sadam mengerti jika Zara memang masih kesal, karena itu ucapan Yohan barusan ditimpali oleh Sadam. "Tapi, jika dilihat dari suratnya, aku lebih dulu membeli motor itu. Berarti kau yang meniruku membeli motor yang serupa,"
"Kau tak bisa mengelak, Yohan," sela Zara dengan menjulurkan lidahnya pada kekasih Annette.
Beberapa menit terjadi perdebatan tentang motor Yohan dan Sadam yang serupa. Memang tidak penting, karena setiap pabrik motor pasti tidak akan memproduksi satu barang dengan satu jenis untuk diperjualbelikan. Sadam sendiri juga mengerti itu, tapi untuk saat ini dia sengaja bersikap seolah peduli dengan argumen mereka untuk menghibur Zara. Bahkan mereka sampai membuat kubu. Benar-benar seperti anak kecil.
Sedangkan Annette, yang merasa pusing dengan perdebatan mereka bertiga, segera melerainya. Gendang telinganya serasa akan pecah, memangnya mereka juga tidak malu jika dilihat banyak pembeli yang lain? Mereka yang melakukan, Annette yang merasa malu.
"Sudahlah, kalian ini kekanak-kanakan sekali. Tidak penting siapa yang membeli motor itu lebih dulu, toh sudah terlanjur dibeli juga tidak bisa dikembalikan," kata Annette yang membuat tiga orang itu terdiam. Awalnya Zara pikir Annette hanya akan berkata itu, ternyata dia belum menyelesaikan kalimatnya. "Tenang sayang, aku berada dikubumu. Aku tak akan membuatmu disalahkan mereka berdua," ucap Annette pada Yohan dengan suara yang sengaja dibuat-buat menjadi seperti anak kecil.
Demi apapun, nafsu makan Zara mendadak hilang seketika menyaksikan sepasang kekasih didekatnya ini. Bukan hanya Zara, begitupun dengan Sadam, dia merasakan apa yang Zara rasakan.
"Menjijikan," kata Zara dan Sadam bersamaan.