Libur tiga hari itu sebenarnya menyenangkan, tapi jika hanya untuk berdiam diri di kamar saja, tidak ada yang istimewa dari hari libur itu. Dua hari akhir pekan dan ditambah satu hari libur nasional. Memangnya ada orang yang betah menatap ponselnya satu hari penuh? Jika ada, Zara akan melakukan back flip sebagai bentuk apresiasi. Ah, tidak, itu hanya bercanda. Jangankan back flip, lomba berlari saja Zara akan berada diurutan ke tujuh. Dia tidak ahli di bidang olahraga.
"Ya ampun, sebosan inikah aku? Sampai-sampai menjadikan tepung sebagai teman bermainku," keluh Zara sembari menghembuskan nafasnya kasar.
Sudah anak tunggal, tidak punya tetangga yang sebaya, beginilah nasib anak tunggal. Paling banyak yang kedua bola mata Zara tangkap dirumahnya, hanya alat dan bahan untuk membuat kue. Dia juga bosan jika membuat kue. Setiap hari dia melakukannya, guna membantu sang ibu.
Dia kembali merapikan semua tepung yang tadi sempat ia mainkan, membersihkan semua sisa tepung yang masih menempel dimeja makan. Berjalan ke teras rumah berniat untuk melihat jalanan depan rumahnya yang baru saja selesai diguyur hujan. Aroma khasnya menyeruak ke dalam indera penciuman Zara. Gadis itu suka sekali dengan aromanya. Kali ini dia tak membawa ponselnya, sedang malas saja memegang ponsel. Toh, ponselnya tengah diisi dayanya.
Disela-sela bersantai, motor berwarna hitam baru saja berhenti didepan rumahnya. Dia sangat mengenal siapa dia, apalagi ketika dia memboncengkan seorang gadis seusianya. Pasti rumahnya akan dijadikan tempat kencan untuk Annette dan Yohan. "Pagi Zara!!" suara lantang Annette yang bersamaan turun dari motor Yohan.
Sepasang kekasih itu berjalan memasuki pekarangan rumah Zara. Mereka berdua duduk diteras bersama sang tuan rumah. Zara masih belum tahu, apa tujuan mereka sebenarnya datang kemari.
"Kau menggunakan motor Sadam, ya?" celetuk Zara ketika Yohan baru saja turut duduk bersama Annette.
Bagaimana tidak terkejut, bisa-bisanya Zara asal berkata seperti itu. Dia menoleh sebentar ke arah motornya sebelum menjawab pertanyaan Zara. "Itu motorku. Kami memang memiliki motor yang sama," jawabnya.
Seperti tidak yakin dengan jawaban Yohan, gadis itu masih melempar pertanyaan lagi untuk kekasih Annette itu.
"Jarang sekali ada persahabatan laki-laki yang memiliki kesamaan barang. Kau pasti meniru apa yang Sadam miliki,"
"Sayang, ayo kita pergi dari sini," kesal Yohan yang menarik tangan Annette.
"Zara, kau diam saja. Ucapanmu selalu membawa kesialan," sahut Annette pada Zara. "Kedatanganku bukan untuk bertengkar, aku hanya ingin mengajakmu pergi bersama kami," ucapnya lagi.
Tunggu dulu, Zara mengerutkan alisnya. Bagaimana bisa Annette mengajaknya pergi bersama, sementara mereka saja datang menggunakan motor. Mau ditaruh mana dirinya?
"Kau gila? Yang ada, kau akan membuatku seperti orang bodoh. Menyaksikan kalian berpacaran. Lagipula, kalian itu kesini dengan motor, kau mau menempatkan aku dimana?"
Kini Annette yang menghela nafasnya panjang. Dia memijat pelipisnya lantaran Zara tak mengerti apa yang dia maksud. Beberapa kali menarik nafas sebelum memulai kembali obrolan mereka. "Tentu saja kau akan bersama Sadam. Aku juga tidak ingin kau menggangguku dengan Yohan. Karena itu, kau kucarikan teman,"
"Dia akan datang sebentar lagi," sela Yohan.
-
-
-
Walaupun sebenarnya Zara tidak dalam keadaan yang ingin keluar, tapi cukup untuk menghilangkan kebosanannya di rumah. Berkunjung ke salah satu bazar disuatu taman, sepertinya bukan ide yang buruk. Setidaknya, Zara bisa melihat beberapa barang yang dijual di bazar itu.
Karena Zara termasuk gadis yang suka makan, dia lebih memilih untuk mencari penjual makanan. Tentu saja diikuti oleh Sadam, karena dia yang dibawakan oleh Annette untuknya. Siapapun itu, Zara tak masalah, asal tidak membuatnya kesal saja.
"Kau ingin itu?" tanya Sadam yang menunjuk salah satu penjual snow globe.
Zara yang sedang sibuk memilih makanan jadi teralihkan untuk melihat yang Sadam tunjukkan. Jujur saja, Zara menginginkan snow globe itu, tapi untuk saat ini biarkan dia memilih makanan yang dia inginkan terlebih dahulu. Melihat makanan pedas, dia tak bisa menahan keinginannya.
"Iya aku ingin. Tapi setelah aku membeli makanan ini,"
Dan saat itu juga, Zara justru ditinggal sendirian oleh Sadam. Dia mengabaikan kemana Sadam akan pergi, karena dia tahu jika laki-laki itu pergi menuju penjual snow globe disana. Biarlah Sadam pergi, dia bisa bebas memilih makanan disini. Sungguh sangat menggugah selera.
Selesai membeli makanan, Zara menghampiri Sadam yang masih melihat beberapa snow globe. Karena tadi Sadam sudah menawarinya untuk Zara, jadi tak apa 'kan jika Zara akan langsung memilih yang menurutnya bagus?
"Aku suka yang ini," tunjuknya pada snow globe yang didalamnya terdapat figur rusa dari salah satu film kartun.
Karena Zara juga sudah memilih yang dia suka, Sadam segera membelikan yang sudah Zara pilih tanpa pikir panjang. Dia juga melihat senyuman Zara ketika tangan kanan yang memegang makanan dan tangan kiri yang sedang memainkan snow globe itu. Membuat salah satu tangannya terarah pada pucuk kepala Zara dan memberikan usapan lembut disana.
Baru berjalan beberapa meter dari tempatnya berdiri tadi, seorang baru saja menarik ujung pakaian Zara. Atensinya teralih pada gadis kecil yang menarik pakaiannya itu. Dia nampak tersenyum lembut pada Zara, mata bulatnya membuat Zara seakan terpikat untuk berjongkok dan bertanya.
"Ada apa, gadis kecil? Kau ingin ini?" tanya Zara yang menunjukkan makanan yang ia bawa. Sayangnya, gadis kecil itu menggelengkan kepalanya, dan semakin membuat Zara bingung. Apa mungkin jika dia menginginkan snow globe milik Zara? Tapi Zara sendiri menyukai barang itu.
"Aku ingin berterimakasih pada kakak. Karena kakak yang sudah membantuku ketika aku sakit di panti," kata gadis kecil itu.
Panti? Panti apa? Zara belum mengerti apa yang dibicarakan gadis kecil ini. Dia tak mengingat jika dirinya pernah berkunjung ke panti. Zara sampai beberapa menit terdiam untuk menelaah ucapan gadis kecil dihadapannya ini. Beberapa detik setelahnya, dia baru saja tersadar jika panti yang pernah ia kunjungi adalah panti tempat Bara sering datangi. Malah Zara tidak tahu jika lokasi bazar ini dekat dengan panti itu. Rupanya gadis kecil itu mengingatnya. Dasar Zara pelupa.
"Ah, kakak baru ingat, kau gadis itu, rupanya. Tapi, kenapa kau disini? Memangnya sudah izin jika akan keluar panti?" tanya Zara yang sedikit bingung.
"Aku bosan berada di panti, jadi aku pergi ke sini,"
Terkejut mendengar jawaban polos dari gadis kecil itu, Zara menoleh sekilas pada Sadam. Dia juga berkata jika ingin mengantarkan gadis kecil itu menuju panti asuhan. Karena ingin memastikan Zara dalam keadaan baik-baik saja, Sadam memutuskan untuk mengikuti mereka, tentu saja atas seizin Zara.
Ketiga orang itu berjalan cukup jauh dari bazar tadi, sampai tinggal beberapa meter, mereka menemukan panti yang dimaksud. Tapi, Zara cukup terkejut ketika melihat banyak anak-anak panti yang berhamburan diluar dengan wajah panik. Zara rasa mereka mencari gadis kecil ini. Dan lebih terkejutnya lagi, satu presensi yang sangat mencolok.
Bara? Aku lupa, hari ini adalah hari Senin. Jadwal Bara mengajar di panti ini—batin Zara dengan mata yang membola.