Tangan Marko mengambil sebutir bitterballen dari piringnya. Dia menggigitnya lalu mengunyah pelan. "Ini lebih enak dari buatan ibuku. Apa rahasianya?"
Bibir Azalea tersenyum geli. "Rahasia."
Alis Marko terangkat sebelah. "Kamu harus sering-sering membuat makanan ini untukku. Aku tidak akan keberatan."
"Iya," Azalea berdeham pelan. "Jika kita sudah menikah nanti, aku akan sering membuatnya."
Marko tampak kaget saat mendengar kalimat terakhir Azalea. Reaksi itu membuat Azalea merapatkan bibirnya. Dia membawa piring-piring kotor ke tempat cuci piring di dapur. Matanya kini tidak berani menatap Marko secara langsung. Kenapa Marko tidak merespon apa-apa? Apa Marko berubah pikiran soal keputusannya untuk mengajak Azalea menikah dengannya?
"Azalea," suara Marko tiba-tiba muncul sangat dekat di punggungnya. Azalea bahkan tidak berani menengok ke belakang dan masih sibuk mencuci piring.