"Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya.
Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat dengan mulut yang terbuka ketika pria itu tengah mencumbu bagian lehernya.
"Ah ... Terus!" desahnya bahkan sebelum pria itu memasukkan miliknya.
"Sepertinya kita butuh kamar, honey," bisik sang pria dengan suara serak dan beratnya, benar-benar sangat sexy sekaligus menggairahkan, membuat si wanita bergidik merasakan aura sang pria.
Tanpa menunggu persetujuan si wanita yang tengah menahan nikmat itu, sang pria pun langsung turun dari atas sofa dan berjalan mendekati seorang pemilik club malam yang setia menemaninya saat datang ke club malam.
"Kunci kamar!" tekannya dengan tidak sabaran, ia mengulurkan kedua tangannya di depan si pria yang tengah duduk di atas sofa, menikmati beberapa penari stripsi yang dengan sangat lihai menunjukkan bakatnya di depan pengusaha kaya para pria hidung belang itu.
"Terima ini Aldrich! Semoga kau bersenang-senang," pria itu dengan cepat meraih kunci dari atas meja dan melemparnya tepat di hadapan Aldrich tanpa melirik sedikit pun ke arah pria itu.
Jika saat ini Aldrich sedang tidak terbawa nafsu, ia pasti sudah akan memberikan pelajaran pada pria yang ada di hadapannya karena tidak sopan pada pelanggannya, tapi sekarang Aldrich tidak mempedulikan hal itu, yang dia inginkan sekarang yaitu agar cepat-cepat menuntaskan hasratnya.
Aldrich meraih kunci kamar dan melenggang pergi begitu saja di ikuti oleh seorang jalang di belakangnya. Pria itu mempercepat langkahnya karena sudah tidak tahan sedangkan wanita yang berada tidak jauh belakangnya itu ikut mempercepat langkahnya untuk menyamakan tingginya dengan Aldrich.
"Tunggu aku honey," bisik wanita itu dengan manja dan memeluk erat lengan Aldrich dan terus berusaha menyamakan langkahnya meski sedikit sulit karena heels tinggi yang di kenakannya.
Aldrich tidak merespon karena pria itu hanya akan berubah manis saat sedang menuntaskan hasratnya saja.
Setelah menemukan kamar yang di tuju Aldrich dengan cepat membuka pintu kamar itu menggunakan kunci. Tidak perlu susah-susah mencarinya karena Aldrich tau seluruh letak kamar ini.
Aldrich berjalan masuk ke dalam di ikuti oleh jalang itu, ia berbalik, sebelum masuk lebih dalam Aldrich terlebih dahulu mengunci pintu kamarnya. Meraih tubuh wanita penggoda dan melemparnya kasar di atas ranjang.
"Auhh, honey kau sangat kasar. Punggungku jadi sakit," ujar si wanita dengan nada manja.
Tanpa mempedulikan perkataan wanita itu Aldrich langsung menaiki ranjang hingga menindih tubuh wanita itu.
Ia melepas jas yang di kenakannya termasuk kemeja dan melemparnya ke sembarang arah.
Tanpa berbasa-basi lagi, pria itu merobek pakaian yang di gunakan wanita itu dan Kembali mencumbu mesra tubuhnya, beralih ke puncak dadanya dan memainkannya gemas.
"Ahhh ... Lebih keras honey," ujar wanita itu di iringi dengan desahan nikmat yang keluar dari bilah bibirnya yang berlapis lipstik merah tebal.
Bibir Aldrich mulai turun melewati perut wanita itu terus turun hingga sampai tepat di pusarnya, memainkan lidahnya di salah satu titik rangsangan itu.
"Ahhh, lakukan lagi," desahnya dengan bibir yang terbuka, menikmati perlakuan Aldrich pada tubuhnya.
Ia memeras erat rambut Aldrich, tidak ingin membiarkan pria itu untuk lepas begitu saja. Tapi kedua tangan Aldrich dengan kuat melepas kedua tangan wanita itu.
Ia mengangkat wajahnya dan dengan cepat menurunkan resleting celananya, menurunkan seluruh pakaian bawahnya. Wanita itu juga ikut melepas penutup bagian tubuh bawahnya.
Aldrich mengerang nikmat ketika miliknya sudah memasuki milik wanita itu, tanpa menunggu lagi Aldrich langsung memaju mundurkan miliknya dengan cepat, ia ingin segera menyampai puncak.
"Fasterr ...." gumam si wanita dengan tubuh yang terhentak-hentak menerima hujaman si pria.
Keringat mulai bercucuran di tubuh keduanya. Ketika hampir mencapai puncaknya, Aldrich mengerang semakin mempercepat tempo dan menghentakkan miliknya semakin kuat ke dalam liang si wanita hingga teriakan wanita itu mulai terdengar.
"Ahh ... Aku sampai honey!" teriaknya dengan tubuh bergetar nikmat, menikmati pelepasan dahsyat yang di terimanya.
Tubuh Aldrich ambruk tepat di sebelah wanita itu, ia menatap langit-langit kamar dengan berusaha mengatur napasnya yang terus tersenggal-senggal. Cukup lama keduanya terdiam untuk mengumpulkan tenaga, wanita yang ada di sebelah Aldrich kini mulai beraksi, ia menindih tubuh pria itu, menunduk pelan dan kembali mendaratkan bibirnya tepat di leher Aldrich, menghisap lehernya kuat hingga menimbulkan bercak-bercak kemerahan di sekitar leher Aldrich.
Aldrich kali ini tidak membalas, ia kini hanya memejamkan matanya, menerima perlakuan dari wanita penggoda yang ada di hadapannya.
"Aku ingin lagi honey," bisik wanita itu dengan nada sensual tepat di telinga Aldrich.
Kali ini Aldrich menolak, ia mendorong tubuh wanita itu dari atas tubuh dan langsung turun dari atas ranjang.
"Aku harus pulang." Aldrich berjalan menuju bawah ranjang, memungut semua pakaian yang habis berserakan di lantai dan langsung memakainya.
Wanita itu menghela napas dan dengan terang-terangan menunjukkan raut wajah kecewanya yang sama sekali tidak di pedulikan oleh Aldrich yang saat ini sedang mengotak-atik ponselnya.
Sejujurnya ia masih menginginkan permainan Aldrich yang sangat ahli di atas ranjang bahkan benar-benar membuatnya mabuk kepayang, namun ia tidak bisa berbuat lebih. Ia sadar jika posisinya sekarang adalah seorang jalang, bukan untuk di puaskan, tapi bekerja untuk memuaskan.
Karena yakin jika penantiannya akan segera sia-sia, wanita itu pun ikut turun dari atas ranjang dan memungut pakaiannya. Ia berniat mencari partner lain untuk kembali mencari penghasilan. Namun,
"Shittt!" ia mengumpat pelan ketika melihat pakaiannya yang sudah robek karena perbuatan Aldrich yang tadinya sangat ganas.
"Aku sudah mentransfer bayaranmu," gumam Aldrich dan langsung mematikan ponselnya, memasukkannya ke dalam saku celana bahannya.
Dan tanpa mempedulikan respon dari dari wanita penggoda itu, Aldrich pun segera berlalu dari kamar untuk pulang.
Aldrich berjalan kembali menuju kamar VVIP tempat para teman-temannya termasuk pemilik club yang sedang berada di sana.
Ia terkekeh geli ketika melihat Thomas yang kini sudah mabuk berat karena alkohol, pria itu benar-benar menikmati cumbuan beberapa jalang yang kini sedang asyik menikmati tubuhnya, begitu juga dengan para teman-temannya yang lain.
Aldrich berjalan mendekati Thomas, pria yang sudah berkepala empat itu, meraih kunci kamar dari dalam sakunya dan meletakkannya di atas meja dengan asal.
"Hai dude, apa kau menikmatinya?" tanyanya dengan tatapan sayu.
"Sure. Aku pergi sekarang."
"Kenapa terlalu cepat? Kita masih memiliki waktu untuk bersenang-senang-- hei Aldrich!" teriaknya ketika Aldrich tidak merespon perkataannya, pria itu malah melenggang pergi begitu saja, meninggalkan club yang penuh dengan bau menyengat dari alkohol dan suara bising karena lagu yang di putar sangat keras.
Benar-benar kenikmatan dunia.