Chereads / My Bastard Man! / Chapter 4 - Victoria, The Seducer

Chapter 4 - Victoria, The Seducer

Meeting yang di hadiri Aldrich sebagai pemegang rapat akhirnya selesai. Semua anggota rapat termasuk Aldrich kini berdiri dari duduknya dan saling menyapa rekan bisnis masing-masing.

Aldrich mengulurkan satu tangannya pada seorang wanita yang kini sedang berdiri tidak jauh di hadapannya. Wanita itu tersenyum sensual dan balas mengulurkan satu tangannya pada Aldrich dengan senyum menggoda.

"Terimakasih karena memilih perusahaanku dalam tender kali."

"Aku melakukannya karena kau sangat tampan." Wanita cantik dengan tubuh sexy itu menggigit sensual bibir bawahnya, menggoda Aldrich yang kini sedang menatapnya dengan menggeram tertahan, sial! Wanita yang ada di hadapannya benar-benar menggoda.

Jika saja para koleganya yang sedang asik berjabat tangan sudah pergi, Aldrich mungkin akan memangsa wanita itu sekarang juga.

"Apa yang terjadi padamu, honey," bisik sangat wanita dengan nada menggoda, jemari lentiknya mulai terulur untuk bermain di dada bidang Aldrich.

"Berhenti." Aldrich membuka matanya yang sempat terpejam dan langsung menahan pergelangan tangan wanita yang dengan berani-beraninya membuat aliran darahnya jadi bergerak cepat.

"Jangan di sini," bisik Aldrich dengan nada menggumam dan langsung berlalu dari ruangan meeting untuk pergi menuju ruangan miliknya.

Wanita itu terkekeh kecil, ia bukannya tidak tau dengan maksud dari perkataan pria itu. Tapi kali ini ia ingin mempermainkan Aldrich. Wanita itu pun segera keluar dari ruang meeting, bukan untuk memasuki ruangan Aldrich tapi ia ingin pergi ke tempat lain.

Sedangkan di ruangan lain.

"Shit! Shit! Shit!" Aldrich terus- menerus merutuk dalam hati, bagaimana tidak? Sedari tadi ia sudah menunggu wanita sexy itu untuk datang tapi sampai sekarang ia masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Jadilah sekarang ini Aldrich tengah menahan mati-matian hasrat yang ingin di tuntaskannya.

Karena sudah tidak tahan, Aldrich merauh interkom miliknya untuk menghubungi sekertarisnya.

"Panggilkan Victoria untuk segera datang ke sini!" titahnya dengan suara tegas, terlihat tidak ingin di bantah. Setelah mengatakan kalimat tersebut, Aldrich pun kembali menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi kebesarannya sembari mulai memejamkan matanya.

Keringat dingin mulai bercucuran melewati keningnya meski AC telah di nyalakan.

Cukup lama menunggu, Aldrich kini mulai membuka matanya ketika melihat seorang wanita yang sedari tadi sudah di tunggu-tunggu kehadirannya mulai berjalan mendekat ke arahnya.

"Ada apa kau memanggilku? Apa kau sudah tidak tahan?" tanya si wanita sembari berjalan mendekat.

"Victoria, kenapa kau baru datang?" tanya Aldrich dengan nada menggeram menahan hasrat yang sampai sekarang belum tuntas.

"Kenapa? Apa aku membuatmu menahan hasrat?" tanya si wanita dengan tertawa kecil.

Dengan gaya sexy, ia berjalan mengitari meja kerja Aldrich dengan menggoyang-goyangkan pantat sintalnya dan membusungkan dadanya.

"Aldrich." Wanita itu menunduk pelan, menarik sedikit dasi yang di gunakan oleh Aldrich meski tidak sampai mencekik lehernya.

Kini wajah mereka semakin mendekat, wanita itu pun menempelkan bibir merah menggoda miliknya yang tebal karena lipstick yang di gunakannya ke bibir Aldrich. Mengecup bibir pria itu sekilas dan hendak menjauhkan wajahnya untuk melepasnya.

Namun Aldrich dengan gesit menahan tengkuk wanita itu agar wajahnya tidak menjauh, ia memangut bibirnya dengan kasar, menyalurkan hasratnya yang sempat tertunda dengan pangutan menggebu.

Wanita itu tidak kalah liar, ia melingkarkan kedua tangannya di leher Aldrich dan membalas pangutan pria itu dengan tidak kalah menggebu-gebu.

Tangan Aldrich dengan sendirinya mulai turun dan memeras lembut pantat sintal wanita itu.

"Enggh ... Aldrich ...." Lenguhan tertahan langsung meluncur begitu saja dari bilah bibirnya, ia memejamkan matanya, menikmati remasan-remasan tangan nakal Aldrich pada pantatnya.

Aldrich meletakan tangan yang satunya tepat di bawah pantat wanita itu, ia pun langsung mengangkat tubuh langsing bak gitar spanyol milik Victoria dan meletakkan tubuh itu di atas pangkuannya.

Wanita itu tersenyum penuh kemenangan karena telah berani membuat sang CEO perusahaan Harvest Corp kini sedang menyalurkan hasrat padanya.

Menggoda Aldrich, tangan wanita itu mulai terulur untuk melepas jas yang sedang di gunakan oleh Aldrich, melemparnya di lantai dengan asal. Setelahnya kembali beralih untuk membuka kancing-kancing kemeja milik pria itu.

Aldrich menggeram tertahan, tangannnya terulur menurunkan tali mini dress yang di gunakan wanita itu. Hingga kini bagian atas tubuhnya benar-benar polos.

"Wow!" mata Aldrich melebar, ia tersenyum merekah ketika ternyata wanita itu sama sekali tidak menggunakan bra-nya, dadanya hanya di bungkus dengan mini dress yang baru saja di lorotkan oleh Aldrich.

Victoria tersenyum miring dan tanpa aba-aba ia dengan cepat meraih wajah Aldrich dan menempelkannya di payudaranya.

Aldrich yang langsung mengerti dengan cepat melahap dada wanita itu, mulai memainkan puncak dadanya hingga membuat wanita itu mendesah keras.

"Ah ... Aldrich ... Ssshh- ahhh!" sembari menikmati kenikmatan yang sedang di berikan oleh Aldrich padanya, wanita itu juga ikut membungkuk, menempelkan bibirnya di leher Aldrich yang masih terdapat bekas-bekas berwarna kemerahan bekas kissmark dari para jalang itu.

Ia menghisap keras leher pria itu meski sedikit terganggu dengan beberapa bekas kissmark yang bersarang di leher Aldrich.

"Ah!" wanita itu tiba-tiba tersentak ketika dalam sekejap Aldrich berdiri dari kursi kebesarannya dengan kedua tangan yang berada di pantat Victoria menahan bobot tubuh wanita itu agar tidak terjatuh ke lantai.

"Kau akan membawaku ke mana honey," tanya wanita itu dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Aldrich.

"Kamar," singkatnya dengan kini fokus berjalan cepat agar sampai.

Aldrich memang memiliki kamar pribadi di kantornya, tepat di ujung ruangan. Alasan dia melakukan hal ini karena contohnya seperti sekarang. Di saat Aldrich tidak mampu menahan diri untuk memendam hasratnya mau tidak mau ia harus melakukannya, namun akan sangat sulit jika melakukan hal itu di ruang kerja, jadilah Aldrich menyiapkan kamar pribadi di kantornya agar memudahkannya melakukan hal itu di saat sedang ingin.

Aldrich melempar tubuh wanita itu di atas ranjang dengan kasar.

"Kau sangat kasar honey," ujar Victoria dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Aldrich.

"Ya, it's me," balas Aldrich dengan melepas semua pakaian yang bersarang di tubuhnya, hal yang sama juga di lakukan oleh wanita yang akan menjadi partnernya.

Aldrich menindih tubuh wanita itu, kembali menubrukkan bibirnya dengan bibir Victoria dan dengan kasar melumatnya. Cukup lama berperanga lidah hingga akhirnya Aldrich mulai menjauhkan bibirnya saat merasa pasokan oksigen yang ada di sekitarnya mulai menipis.

Aldrich mengatur napasnya di ikuti wanita itu.

"Kau ternyata sangat suka permainan yang kasar. Baiklah sekarang giliranku, aku akan memulainya." Victoria melingkarkan kedua tangannya di tubuh kekar Aldrich. Ia menggulingkan tubuh hingga kini posisi berubah. Aldrich kini berada di bawah kuasanya dengan tubuh polos.

Wanita itu menempelkan bibirnya tepat di perut kekar Aldrich, mencumbu perut itu dengan menggebu. Lidahnya kini menelusuri perut Aldrich hingga turun ke bawah.

"Enghh ...." Aldrich berdesis dengan mata terpejam, menikmati permainan bibir dan lidah wanita itu pada tubuhnya.

Tangannya meremas erat rambut Victoria, menyalurkan kenikmatan yang sedang di rasakannya.

Victoria tersenyum puas, wanita itu terus menurunkan cumbuannya hingga kini bibirnya langsung berhenti pada milik Aldrich yang sudah mengeras dan mencuat ke atas, menunjukkan jika saat ini ia benar-benar bergairah.

Victoria menggigit bibir bawahnya dan tersenyum menggoda menatap Aldrich, tanpa di duga, ia langsung memasukkan milik Aldrich ke dalam mulutnya, menjilati milik pria itu untuk memberi kenikmatan lebih.

"Ouhhh!" Aldrich tersentak merasakan kenikmatan yang bertubi-tubi, ia semakin memeras erat rambut wanita itu dan memaju mundurkan kepalanya.

Ketika pelepasan itu hampir tiba, Aldrich dengan cepat menahan wajah wanit itu, tidak ingin mencapai pelepasan sebelum ke intinya.

Aldrich mengubah posisi menjadi ke atas dan menindih tubuh wanita itu dan tanpa aba-aba Aldrich mulai memaju mundurkan miliknya, menghujam tubuh wanita itu dengan dalam dan ke atas hingga pelepasan itu tiba Aldrich menggeram keras dan langsung ambruk di atas tubuh wanita itu dengan napas yang memburu.