"Leah, Leah! Bangun!" panggil Bibi Rosy sambil menggoyang-goyangkan badan Leah.
Leah perlahan membuka mata dan melihat Bibi Rosy tersenyum kepadanya, seraya berkata, "Kamu tidur begitu lelap! Semalam Bibi pulang dan melihatmu sudah tidur. Jadi, Bibi tidak mengganggumu dan sekarang sudah siang, sudah seharusnya kamu bangun! Tidur terlalu lama juga tidak baik!"
Bibi Rosy membuka tirai dan sinar mentari langsung menerangi kamar ini.
"Pukul berapa sekarang, Bi?" tanya Leah dengan suara yang serak. Ya, tenggorokannya begitu kering.
"Sudah hampir pukul 10 siang, Sayang. Kalau kamu tidur dari saat Bibi keluar, berarti kamu sudah tidur selama 17 jam! Bayangkan bagaimana bisa! Ayo, cepat mandi dan olah raga sedikit," ujar Bibi Rosy.
Segera, Leah bangkit dari tempat tidurnya. Seluruh tubuhnya terasa ringan, walau hati masih terasa sakit. Namun, setidaknya fisiknya sudah lumayan normal.
Setelah selesai mandi, Leah ke dapur dan melihat bibi Rosy sedang sibuk memasak. Hari ini adalah hari Minggu dan Bibi Rosy libur.
"Bi, kenapa kemarin sore mendadak ke kantor? apakah ada hal mendadak?" tanya Leah dan duduk di kursi. meja makan yang mungil.
Bibi Rosy menghela nafas panjang dan berkata, "Leah, kamu tidak tahu bagaimana sulitnya Bibi menemukan pengganti! Padahal, waktu pensiun bibi sudah sangat dekat!"
"Apakah kemarin sore Bibi ke kantor berhubungan dengan masalah itu? Bukankah Bibi kemarin mengatakan, sudah ada pengganti yang masuk?" tanya Leah sambil menyeruput teh.
Bibi Rosy menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Bibi tidak mengerti wanita jaman sekarang, kenapa sangat agresif dan murahan! Ya, kemarin Bibi ke kantor berhubungan dengan pengganti Bibi. Dia pengganti yang ke-7 dalam satu tahun ini. Bayangkan! Kamu tahu apa yang coba dilakukan wanita itu?"
"Bibi pulang lebih awal kemarin siang dan wanita itu beralasan ada beberapa dokumen yang masih hendak dirapikan! Jadi, Bibi pulang duluan! Ternyata, wanita itu menunggu Tuan Robert kembali ke kantor, kemudian mencoba merayunya! Kau tahu bagaimana marahnya Tuan Robert? Karena itulah, Bibi disuruh kembali ke kantor, untuk mengurus semua perihal pengunduran diri wanita itu. Padahal belum satu bulan wanita itu bekerja."
Leah tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Bukankah sangat menarik menyaksikan hal tersebut, Bi? Kenapa Bibi sangat marah? Anggap saja sebagai lelucon."
"Karena ini sudah yang ketujuh kalinya hal tersebut terjadi dan tidak lagi terasa lucu, melainkan sangat menjengkelkan!" gerutu Bibi Rosy, dengan wajah merenggut.
"Apakah semua wanita yang melamar di posisi itu merayu atasan Bibi? Sehebat dan setampan itukah atasan Bibi?" Leah tersenyum dan penasaran menunggu jawaban.
Bibi Rosy menatap Leah dan berkata, "Mari Bibi bercerita dan kamu mendengarkan sambil makan ini."
Bibi Rosy meletakkan piring berisi pancake berlapis lapis ke atas meja makan. Leah tidak tahu berapa jumlah pancake di atas piring itu dan hendak menolak.
"Kamu harus makan lebih banyak! Tubuhmu hanya tersisa kulit dan tulang!" ujar Bibi Rosy, sambil menatap serius kepada Leah.
Leah patuh dan mengambil selembar pancake, lalu memakannya. Enak! Leah mengambil pancake kedua dan melihat hal tersebut membuat Bibi Rosy tersenyum.
"Kamu tahu Leah, Bibi sudah bekerja di perusahaan Y selama 20 tahun. Awalnya, Bibi adalah sekretaris Tuan Thomas, ayah Tuan Robert. Tentunya, cara kerja juga berbeda untuk dua generasi itu. Kemudian, setahun yang lalu Tuan Thomas pensiun dan digantikan oleh putranya. Awalnya, Bibi juga hendak pensiun. Namun, Tuan Thomas meminta bantuan Bibi untuk mencarikan seorang sekretaris yang tepat untuk membantu putranya. Bibi tidak tahu akan sesulit ini.Jika Bibi tahu, maka sudah pasti Bibi akan menolak permintaan Tuan Thomas," cerita Bibi Rosy.
Sambil mengunyah, Leah bertanya, "Sesulit itukah, Bi?"
Bibi Rosy meletakkan pancakenya dan menatap Leah seraya berkata, "Ya, sangat sulit! Kamu tidak tahu kalau Tuan Robert adalah bujangan paling diincar di kota. Selain tampan, beliau juga pebisnis ulung dan tentunya salah satu pewaris kerajaan bisnis keluarganya. Jadi, setiap wanita yang melamar pekerjaan ini memiliki harapan menjadi istrinya dan terjadilah hal-hal seperti kemarin!"
Leah termenung, sungguh pria yang beruntung. Terlahir dengan sendok emas di mulutnya dan dikaruniai fisik yang sempurna, sungguh ironis kehidupan ini.
"Leah, kenapa kamu tidak jalan-jalan keluar? Carilah udara segar, itu akan membuat suasana hatimu lebih baik," ujar Bibi Rosy.
"Tidak, Bi! Saya hanya akan di rumah untuk beberapa hari ini dan berpikir bagaimana menghasilkan sedikit uang. Karena Bibi tahu jelas berapa tunjangan yang saya terima setiap bulannya. Itu hanya akan cukup untuk biaya sehari-hari saja!" ujar Leah dengan senyum tipis.
"Baiklah! Jika begitu, Bibi juga mau istirahat dulu. Kamu tidak tahu betapa repotnya Bibi belakangan ini!" ujar Bibi Rosy, sambil berjalan menuju kamarnya.
Saat berjalan menuju kamar tidurnya, dalam hati Bibi Rosy merasa sangat sedih untuk Leah. Bagaimana kondisi Leah setelah dia pensiun nantinya? Rencana Bibi Rosy setelah pensiun adalah pindah dan tinggal bersama adiknya di kota B. Di sana mereka akan tinggal di daerah pertanian dengan udara yang asri. Itulah mimpi Bibi Rosy selama ini. Namun, dengan kondisi Leah saat ini, Bibi Rosy sangat berat hati meninggalkan wanita malang itu sendirian.
Tiba-tiba muncul ide, kenapa bukan Leah saja yang menggantikan pekerjaannya? Selain gaji dan fasilitas yang bagus, pekerjaan tidak terlalu sulit. Namun, Bibi Rosy khawatir Leah akan berakhir seperti wanita-wanita itu, yang jatuh cinta dengan Tuan Robert. Yang mana, pada akhirnya hanya akan menghancurkan diri mereka sendiri.
Hmmm.... Bagaimana jika dicoba saja terlebih dahulu? Bibi Rosy tersenyum, karena dia mendapat ide yang bagus. Ya, besok dirinya akan menjalankan rencananya.
Bibi Rosy mengganti pakaiannya, kemudian menuju tempat tidur dan tertidur dengan senyuman di bibirnya.
Di ruang tamu. Leah duduk menonton televisi, tetapi pikirannya tidak disana. Leah berpikir keras, bagaimana caranya agar Bibi Rosy dapat pensiun dengan tenang. Karena Leah tahu, Bibi Rosy sangat mengkhawatirkan dirinya. Leah meyakinkan dirinya sendiri agar tidak lagi meratapi nasibnya. Bukankah hidup harus terus berlanjut dan Leah tidak ingin menjadi beban bagi orang lain.Yang artinya, dirinya harus segera mandiri. Namun, jujur Leah bingung bagaimana harus memulainya.
Hatinya menjadi sedih, Leah bangkit dari kursi dan mematikan televisi, lalu berjalan menuju teras depan. Seperti kata Bibi Rosy, dirinya perlu terkena cahaya matahari. Selain menghangatkan tubuh, Leah juga berharap sinar mentari dapat menghangatkan hatinya yang dingin.
Di halaman yang kecil tumbuh bunga berwarna-warni yang begitu indah. Bibi Rosy, senang berkebun. Leah menghirup aroma bunga yang harum, hal itu menenangkan hatinya. Dirinya berencana menanam beberapa tumbuhan di halaman rumahnya. Sambil tersenyum, Leah mulai merapikan tanaman-tanaman tersebut.
Hatinya damai saat ini, dirinya berharap hatinya akan selalu seperti ini dalam menjalani hari-hari berikutnya. Yang dirinya yakin akan sulit dilewati. Setidaknya, sudah beberapa hari ini dirinya tidak menangis berlebihan. Hanya sesekali, Leah memperbolehkan dirinya kembali terpuruk.