Chereads / The Boss and I / Chapter 5 - Bab 5 . Pria Narsis

Chapter 5 - Bab 5 . Pria Narsis

Leah tidak tahu berapa lama dia tertawa. Ya, sudah cukup lama Leah tidak tertawa seperti ini. Kemudian Leah menghapus air mata yang keluar karena tertawa.

"Tuan Robert! Apakah karena alasan itu, Tuan meminta Edward untuk tetap tinggal di ruangan ini? Tuan khawatir bahwa saya akan menggoda? Oh, ayolah tidak semua wanita menjadi tidak waras jika berada dihadapan Tuan! Saya yakin Bibi Rosy tidak dan begitu juga saya. Anda tahu, memiliki kepercayaan diri tinggi itu sangat bagus. Namun, jika berlebihan itu sangat berbahaya. Cobalah untuk konsultasi dengan ahlinya!"

Setelah itu, Leah berbalik dan menatap Edward yang sedang menahan senyum dan bertanya, "Apakah Anda akan mengantar saya atau saya turun sendiri?"

"Ehem..., ya! Saya akan mengantar Nona," ujar Edward, sambil membukakan pintu untuk Leah.

Mereka tidak melihat bagaimana reaksi Robert. Boleh dibilang Robert begitu terkejut. Dirinya tidak menyangka akan mendapat balasan seperti itu. Namun, Robert tertawa karena menurutnya wanita yang sangat unik.

Edward menscan kartu karyawannya dan pintu lift langsung terbuka. Mereka melangkah masuk dan Edward menekan tombol G untuk turun ke lobi.

Leah tidak mengucapkan apa-apa, begitu juga Edward. Namun, wajah Edward yang menahan tawa terlihat memerah.

Tidak lama lift berdenting, mereka tiba di lobi. Edward mengantar Leah keluar dari pintu karyawan yang masih memerlukan scan kartu karyawan. Leah mengucapkan terima kasih dan hendak pergi.

Edward menghentikannya dengan berkata, "Anda tahu, banyak wanita yang menjadi tidak waras jika di hadapkan dengan Tuan Robert! Salah satunya wanita yang di meja resepsionis tadi. Saya harap kamu dapat memakluminya, mereka merasa wanita lain yang mencari Tuan Robert adalah saingan. Hal itu tentu mempengaruhi profesionalitas pekerjaan mereka!"

"Ah..., tidak masalah! Anda tidak perlu menjelaskannya, karena saya hanya mengantar dokumen saja dan tidak akan datang lagi. Namun, saya dapat memakluminya. Bagaimanapun terima kasih atas bantuan Anda hari ini," ujar Leah sambil tersenyum hangat.

"Panggil saya Paman Edward, jika lain kali kita bertemu!" ujar Edward.

Leah sedikit heran, apakah ada lain kali? Apakah Bibi Rosy akan sering menyuruhnya mengantar dokumen? Apapun itu tidak masalah, Leah tersenyum dan menjawab, "Baiklah! Kalau begitu, terima kasih sekali lagi Paman Edward!" ujar Leah, sambil meninggalkan gedung perusahaan Y.

Edward memiliki firasat, bahwa wanita ini akan sering berhubungan dengan Tuan Robert. Sehingga, dirinya merasa perlu membantu menjelaskan agar posisi Jenny si resepsionis akan tetap aman.

Setelah melihat Leah meninggalkan gedung, Edward langsung menghubungi Rosy dan menceritakan seluruh kejadian tadi sambil tertawa terbahak-bahak.

Leah keluar dari gedung perusahaan Y, tidak sulit mendapatkan taksi di daerah perkantoran seperti ini.

Sesampainya di rumah Bibi Rosy, Leah membuka pintu dan disambut harum masakan. Leah melihat Bibi Rosy sibuk di dapur dan Leah buru-buru mendekati Bibi Rosy dan berkata, "Bukankah Bibi seharusnya tetap beristirahat? Bagaimana jika kesehatan Bibi terganggu lagi?"

Leah sangat cemas, dirinya sangat takut saat melihat Bibi Rosy yang terbaring lemah di kasur tadi pagi.

Bibi Rosy merasa sangat senang setelah mendapat laporan dari Edward. Sehingga, dirinya lupa bahwa tadi pagi baru berpura-pura sakit, agar Leah memiliki alasan untuk dapat bertemu dengan Tuan Robert.

"Ehm...." Bibi Rosy berdeham dan berkata, "Bibi sudah merasa jauh lebih baik sekarang. Jika, Bibi hanya tiduran dan tidak melakukan apa-apa, itu membuat badan Bibi akan kaku!"

Bibi Rosy mencoba membuat alasan untuk menenangkan Leah.

"Namun, setidaknya Bibi jangan langsung memasak. Seharusnya, Bibi kerjakan yang ringan-ringan saja dulu!" ujar Leah sambil mengambil alih semua masakan yang sedang di masak Bibi Rosy.

Bibi Rosy tersenyum dan berkata, "Maafkan Bibi, Leah! Sekarang Bibi akan duduk dan kamu bantu Bibi siapkan sisa pekerjaan di dapur ini."

Leah mengangguk dan melanjutkan masakan Bibi Rosy.

Bibi Rosy, sudah sangat tidak sabar ingin menginterogasi Leah sehubungan dengan kunjungan nya ke kantor Tuan Robert. Namun, Bibi Rosy harus berusaha tenang dan sabar agar rencananya tadi tidak terbongkar.

Setengah jam kemudian, hidangan sudah selesai dan sudah waktunya makan siang. Leah memanggil Bibi Rosy untuk makan siang bersama.

Bibi Rosy duduk di hadapan Leah dan mereka mulai makan.

"Bagaimana perjalananmu tadi ke perusahaan Y?" tanya Bibi Rosy pada akhirnya, setelah berusaha menahan diri sedari tadi.

"Gedungnya bagus, Bi! Rasanya sangat berbeda dilihat dari kejauhan dengan saya sendiri berada di depan gedung itu! Sangat mewah, Bi," ujar Leah sambil makan.

Bibi bukan menanyakan tentang gedung, tetapi apa kesan yang kamu dapatkan setelah bertemu Tuan Robert! Gerutu Bibi Rosy dalam hati.

"Apakah kamu bertemu dengan Tuan Robert? Bagaimana pendapatmu tentang dirinya?" tanya Bibi Rosy langsung.

"Tentu saya bertemu dengannya! Bukankah aku harus menyerahkan langsung dokumen yang Bibi titipkan tadi? Kesan yang aku dapatkan adalah Tuan Robert adalah orang kaya yang tampan!" ujar Leah seadanya saja, tidak ada antusias apapun dalam nada bicaranya dan itu pertanda bagus untuk Bibi Rosy.

"Tadi, Edward menelepon Bibi dan menceritakan kisah yang lucu. Apakah benar itu yang terjadi?" tanya Bibi Rosy penasaran.

Leah menatap Bibi Rosy, merasa sepertinya ada maksud tersembunyi untuk tindakan wanita itu hari ini. Namun, apapun itu tidak masalah bagi Leah karena Bibi Rosy sudah seperti ibunya sendiri.

"Ya, Bi! Dan baru kali ini, aku bertemu dengan orang yang begitu narsis! Pria itu merasa diri disukai oleh semua wanita! Sebetulnya aku hendak minta maaf kepada Bibi. Apakah tindakan saya yang kurang sopan tadi, dapat menyebabkan Bibi dalam kesulitan?" tanya Leah cemas.

"Tidak, Leah! Sebenarnya, Bibi memang berharap kamu bereaksi seperti itu! Kamu tidak bereaksi seperti wanita lainnya, yang bertemu dengan Tuan Robert!" ujar Bibi Rosy, sambil menggenggam tangan Leah dan lanjut berkata, "Leah, Bibi sangat mencintai pekerjaan ini. Namun, memang sudah saatnya Bibi untuk pensiun. Mengapa bukan kamu saja yang menggantikan posisi bibi? Pekerjaan ini sangat menantang, jika kamu tidak melibatkan perasaan pribadi terhadap Tuan Robert. Kau tahu Leah, berapa gaji bulanan yang Bibi terima di samping tunjangan lainnya?"

Kemudian Bibi Rosy membisikkan di telinga Leah. Leah terkejut. Wow..., nominal yang sungguh menggiurkan.

"Tentu saja Bibi berhak menerima bayaran setinggi itu! Bukankah Bibi sudah bekerja di perusahaan Y selama puluhan tahun? Tentu tidak akan sama dengan yang diterima oleh pengganti Bibi nantinya!" ujar Leah kepada Bibi Rosy.

"Setidaknya, jika kamu yang menggantikan Bibi maka Bibi bisa menjamin kamu akan menerima paling sedikit 80% dari gaji dan tunjangan Bibi!" ujar Bibi Rosy yakin.

"Bibi! Bibi tahu saya selama ini hanya ibu rumah tangga dan saat ini saya berencana membuka usaha kecil untuk menutupi biaya hidup. Apalagi, dengan latar belakang seperti ini bagaimana saya pantas menggantikan posisi Bibi?" ujar Leah sambil menggelengkan kepalanya. Dirinya tahu diri akan kemampuannya sendiri.

Bibi Rosy tahu, sebelum menikah Leah bekerja di salah satu bank swasta terkemuka dengan posisi yang sudah lumayan bagus. Namun setelah menikah dan hamil, Leah memilih mengabdikan hidupnya untuk mengurus keluarganya. Semua hal tidak berjalan dengan yang telah direncanakan.

Meskipun, sudah tidak berkarir hampir selama 6 tahun dari dunia perkantoran, Bibi Rosy tetap yakin kepada Leah. Karena, kepribadian seseorang tidak akan berubah.

"Leah, bagaimana jika besok kamu ikut Bibi ke kantor untuk melakukan interview? Bibi juga tidak menjamin apakah kamu akan diterima. Namun, setidaknya kamu harus mencoba! Karena, jika kamu diterima maka Bibi yakin penghasilan kamu akan lebih dari cukup," ujar Bibi Rosy.