Selesai makan siang mereka kembali ke kantor dan menyelesaikan dokumen dokumen yang ada di meja kerja Tuan Robert. Leah diberikan kesempatan untuk menggunakan komputer dan mengkoreksi dokumen-dokumen itu. Awalnya Leah agak kaku mengetik di keyboard, karena sudah lama tidak menggunakannya. Namun, karena sebelumnya Leah sudah menguasainya dan mulai lembar kelima, Leah sudah lancar mengetik tanpa harus melihat keyboard.
Bibi Rosy tersenyum dan berkata, "Memang yang namanya keahlian tetap akan dikuasai. Walaupun, sudah lama tidak digunakan. Lihatlah kamu menyelesaikannya sangat cepat dibanding dengan Bibi! Kemampuan mengetik Bibi kalah jauh dari dirimu Leah!"
"Ah..., Bibi Rosy! Aku tidak sehebat itu! Hanya saja, saat aku bekerja dulu semua ini adalah makanan sehari-hari. Mengetik dan memvalidasi laporan adalah yang aku lakukan setiap harinya. Beruntung, itu semua ternyata masih berguna di pekerjaan ini." ujar Leah dan merasa lega. Sebab, dirinya yakin dapat mengerjakan pekerjaan ini dengan baik.
Waktu berlalu begitu cepat dan sudah hampir menjelang waktu pulang kerja. Mereka berdua bekerja tanpa banyak berbicara, otomatis pekerjaan akan cepat selesai tanpa banyak kesalahan.
"Ayo! Sudah pukul 5 sore. Hari ini, kita bisa pulang tepat waktu, karena tidak perlu menunggu Tuan Robert!" jelas Bibi Rosy.
Merapikan meja kerja dan menutup perangkat komputer, kemudian mereka berdua pulang ke rumah Bibi Rosy.
Dalam perjalanan pulang, Bibi Rosy bertanya, "Apakah kamu lelah?"
"Tidak, Bi! Semakin banyak pekerjaan, aku semakin senang. Sebab, aku menjadi tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal yang sudah berlalu!" jawab Leah, sambil memandang keluar jendela mobil.
Sesampainya di rumah. Bibi Rosy dan Leah bersama-sama menyiapkan makan malam. Setelah itu, mereka mandi dan berganti pakaian, lalu makan malam bersama sambil mengobrol ringan. Selesai makan mereka bersama membersihkan dapur, kemudian Bibi Rosy pamit untuk istirahat di kamarnya.
Leah juga menuju kamarnya, kemudian merebahkan tubuhnya. Lelah baru terasa, tetapi Leah merasa senang. Apalagi belakangan ini, semua terasa begitu lancar baginya. Dirinya berdoa, semoga kedepannya semua akan baik-baik saja. Leah tertidur, mungkin karena tubuh yang terlalu lelah membuatnya langsung terlelap. Itu merupakan hal yang baik. Karena selama ini, setelah kepergian putrinya, Leah mengalami gangguan tidur dan bergantung pada obat-obatan untuk dapat terlelap.
Pagi berikutnya. Setelah selesai sarapan, mereka berdua berangkat ke perusahaan. Hari ini, Leah mengenakan jas dan rok pensil berwarna hitam dengan dalaman kemeja putih. Rambut disanggul longgar dan menggunakan lipstik tipis. Leah senang mengenakan pakaian yang sedikit longgar, karena dirinya dapat bergerak leluasa.
Sesampainya di kantor. Mereka mempersiapkan meja kerja dan mengeluarkan dokumen-dokumen yang telah diselesaikan kemarin. Lift berdenting, tanda Tuan Robert telah sampai dan lebih awal dibanding kemarin.
Melihat kedatangan Tuan Robert, Leah dan Bibi Rosy mengucapkan salam. Namun, Tuan Robert tidak langsung menuju ruangannya tapi berhenti tepat di hadapan Leah. Tuan Robert menatapnya dari atas ke bawah, seakan sedang menilai penampilan Leah.
Kemudian, Tuan Robert memijat pelipisnya seperti orang yang banyak pikiran dan berkata, "Kalian ke ruanganku sekarang juga!"
Tanpa bertanya, Leah dan Bibi Rosy buru-buru mengikuti Tuan Robert ke ruangan kerjanya. Tuan Robert duduk di kursinya, mentap Leah yang berada di hadapannya dan berkata, "Apakah kamu bekerja di biro pemakaman? Tidakkah kamu lihat pakaian Rosy, bahkan lebih berwarna dibanding dengan apa yang kamu kenakan! Sebagai sekretaris perusahaan Y, apalagi sekretarisku, penampilanmu harus diperhatikan! Sebab penampilanmu juga menampilkan citra perusahaan ini!"
Tuan Robert tampak kesal, saat menyelesaikan kalimatnya.
Leah terkejut. Tuan Robert begitu frontal, mengkritik cara berpakaiannya. Sebenarnya itu tidak salah, memang Leah mengenakan baju yang sudah berusia 6 tahun. Selain ketinggalan zaman, juga ukurannya kebesaran untuk badannya saat ini. Namun, tentu saja Leah harus membela diri.
"Benar, Tuan! Aku sadar penampilan ini, ketinggalan zaman! Namun, tidak semua orang seberuntung Tuan, yang dapat memiliki pakaian sesuai dengan perkembangan mode setiap saat! Aku memang berencana untuk membeli beberapa pakaian baru, tetapi itu membutuhkan uang! Aku akan memiliki uang setelah menerima gaji pertama dan akan membeli satu setel pakaian baru, setiap aku menerima gaji di bulan berikutnya!" ujar Leah dengan yakin.
Tuan Robert terdiam sejenak, memang betul tidak semua orang seberuntung dirinya bisa membeli apapun tanpa memperdulikan harganya. Apakah wanita di hadapannya itu sangat kasihan? Memang terlihat wanita itu jarang belanja. Bukankah belanja merupakan hobi setiap wanita? renungnya dalam hati. Tuan Robert kembali memijat pelipisnya, setiap bertemu wanita itu akan membuat dirinya merasa pusing.
Kemudian Tuan Robert berkata, "Jika kamu bekerja sebagai sekretarisku, maka aku tidak berharap melihat dirimu memakai pakaian yang sama dalam satu bulan! Itu berarti, paling tidak kamu harus memiliki setidaknya 20 pakaian baru! Seperti perkataanmu tadi, bahwa kamu akan membeli satu setiap bulan setelah gajian. Bukankah itu harus menunggu 2 tahun, baru bisa melihat dirimu tidak memakai pakaian yang sama dalam 1 bulan?"
Leah hendak menjawab betul, tetapi dirinya mengigit lidah, agar tidak menjawab pertanyaan pria itu. Demi Tuhan, dirinya butuh pekerjaan ini. Jangan sampai dirinya dipecat gara-gara pakaian.
Tuan Robert memandang Bibi Rosy dan bertanya, "Apakah kamu yakin Leah bisa menggantikan posisimu? Yang aku maksud adalah apakah kinerja kerjanya bagus?"
Bibi Rosy buru buru menjawab, "Saya yakin 100%, Tuan! Dan kinerja kerja Leah tidak perlu diragukan lagi, bahkan lebih bagus dari diriku!"
Leah kembali merasa sangat berterima kasih kepada Bibi Rosy. Wanita itu selalu memberikan dukungan kepada Leah dan tidak pernah mengharapkan balasan apapun dari Leah.
Tuan Robert bangkit dari duduknya, lalu mengambil dompet dari saku belakang celananya dan mengeluarkan sebuah kartu warna hitam. Kemudian meletakkan kartu itu di atas meja kerjanya dan berkata, "Gunakan kartu itu dan beli semua keperluanmu. Penuhi standar sekretaris perusahaan Y!"
Leah menganga tidak percaya. Dirinya pernah melihat di majalah, bahwa kartu hitam itu khusus untuk orang yang benar-benar kaya. Tidak sembarangan orang bisa memiliki kartun itu. Konon, kartu itu tidak memilki limit, yang artinya bisa digunakan membeli apapun bahkan mungkin rumah, renung Leah.
"Ehm..., semuanya Tuan? Pakaian, sepatu, makeup, tas apakah itu semua termasuk?" tanya Leah antusias.
"Semua yang kamu perlukan! Sekalian ganti model rambutmu itu! Kamu terlihat 10 tahun lebih tua dari usiamu saat ini!" jawab Tuan Robert, masih memandang Leah.
"Apakah Tuan akan memotong dari gaji bulanaku nantinya?" tanya Leah masih belum percaya.
"Tidak! Anggap ini adalah investasi awal perusahaan untuk dirimu! Tentunya, kamu harus bayar dengan memberikan kontribusi kerja yang bagus dan tidak merepotkan saya dengan kisah Cinderella seperti yang kamu sampaikan sebelumnya!" ujar Tuan Robert, sedikit tersenyum. Dirinya teringat pada pertemuan pertama mereka. Masih menatap Leah, Tuan Robert melihat Leah juga mulai tersenyum. Hal yang suka dilihatnya. Mata wanita itu saat tersenyum berbentuk bulan sabit dan memperlihatkan gigi taring kecilnya.
Leah maju ke depan meja kerja Tuan Robert dan mengambil kartu hitam yang bertuliskan nama Robert Wayne. Wow... sungguh beruntung! Seperti inikah rasanya jika memenangkan jackpot? batin Leah dalam hati. Masih tetap tersenyum, Leah tidak melihat pandangan tuan Robert masih tertuju padanya.
"Ehm, besok aku harap tidak melihat penampilan seperti itu lagi! Jadi, hari ini kamu ditugaskan untuk berbelanja barang kebutuhanmu. Masalah pekerjaan biarkan Rosy yang mengurusnya!" perintah Tuan Robert, sambil berusaha mengalihkan pandangannya dari Leah.
Leah kemudian buru-buru berbalik dan meraih lengan Bibi Rosy dan berbisik, "Ayo, Bi! Kita keluar. Jangan lama-lama di sini, nanti dia berubah pikiran!"
Tuan Robert mendengarnya dan dirinya hanya tersenyum. Entah mengapa, setiap melihat wanita ini membuat hatinya merasa bahagia.