Chereads / The Boss and I / Chapter 15 - Bab 15 . Kunjungan Kerja

Chapter 15 - Bab 15 . Kunjungan Kerja

Tuan Robert menepuk pundak Leah dan berjalan kembali ke kursi di depan meja kerjanya, seraya berkata, "Bagus! Sudah bisa dicetak!"

Leah mengangguk dan melanjutkan mencetak dokumen tersebut. Setelah selesai, Leah merapikan dokumen itu dan memasukkannya kembali ke dalam amplop.

Tuan Robert melihat waktu di jam tangannya. Waktu baru menunjukkan pukul 8.30. Masih begitu awal, suasana hatinya begitu bagus. Tentu saja, dirinya merasa beruntung karena memiliki sekretaris baru yang begitu kompeten seperti Leah. Kehadiran Leah membuat pekerjaannya semakin efisien dan suasana hatinya begitu bahagia.

"Ayo, kamu ikut denganku pergi ke perusahaan Buy First, di daerah Selatan. Perjalan sekitar setengah jam. Kita berangkat sekarang!" ujar Tuan Robert sembari berdiri dan merapikan jasnya.

Leah senang memiliki kesempatan untuk berkunjung ke perusahaan Buy First dan dapat mengunjungi daerah Selatan yang terkenal asri. Leah bangkit dan berkata, "Baik, Tuan! Aku akan merapikan meja kerjaku terlebih dahulu!"

Leah berjalan keluar menuju meja kerjanya. Merapikan meja kerja dan mengambil tas tangannya. Dirinya memasukkan agenda ke dalam tas. Karena ukuran dokumen yang besar dan tidak muat di dalam tas, akhirnya Leah memegangnya. Sambil mengingatkan dirinya untuk mengembalikan kartu hitam milik Tuan Robert.

Tuan Robert keluar dari ruangnya, tepat pada saat Leah telah bersiap. Lalu, mereka berjalan menuju lift pribadi. Lift membawa mereka turun sampai ke lantai lobi dan pintu terbuka. Mereka melangkah keluar dan Leah dapat merasakan semua mata tertuju kepada mereka.

Dengan penampilan barunya, membuat Leah sebanding saat berdiri bersama Tuan Robert. Mereka tidak mempedulikan tatapan orang-orang dan terus berjalan menuju pintu utama perusahaan. Pintu terbuka dan mereka disambut oleh paman Edward.

Melihat Tuan Robert keluar, sang supir langsung berlari masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin.

Paman Edward membukakan pintu penumpang untuk mempersilahkan Tuan Robert masuk. Namun, Tuan Robert menginstruksikan agar Leah yang masuk terlebih dahulu. Tuan Robert berjalan ke sisi lain mobil, membuka pintu penumpang sendiri dan masuk.

Leah masuk bertepatan dengan Tuan Robert masuk dan duduk disebelahnya. Pintu mobil di sisinya kemudian ditutup oleh Paman Edward. Mobil mulai melaju dan Tuan Robert memberitahukan kepada supir kemana tujuan mereka.

Setelah mereka memasuki jalan raya, Leah membuka tas tangannya. Mengambil dompet kecilnya dan mengeluarkan kartu hitam Tuan Robert. Saat kartu dikeluarkan, kartu nama Emma juga ikut tertarik keluar. Kemarin Leah menyimpannya di tempat yang sama. Leah baru teringat belum menambahkan nomor Emma ke dalam daftar kontak di ponselnya.

Leah menyerahkan kartu hitam terlebih dahulu kepada Tuan Robert, seraya berkata, "Terima kasih, Tuan! Perinciannya ada di kantor, nanti akan aku serahkan kepada Tuan."

"Tidak perlu! Setiap transaksi kartu ini, aku akan menerima email laporan transaksi itu secara jelas. Seperti total transaksi dan perincian produk yang dibeli, sampai ukurannya!" ujar Tuan Robert, sambil menatap Leah dan mengambil kartu hitamnya.

Wajah Leah mendadak merona. What? Beserta ukurannya? Bukankah kemarin Emma juga membelikannya beberapa set pakaian dalam.

Tuan Robert menatap Leah dan merasa senang melihat bagaimana wajah wanita itu merona. Leah terlihat sangat manis saat tersipu seperti itu. Baru kali ini, dirinya memiliki perasaan seperti ini terhadap wanita. Perasaan yang sama dirasakannya, saat bersama saudara kandungnya. Dirinya merasa nyaman menjadi diri sendiri dan mungkin jika dirinya memiliki adik perempuan maka pasti seperti inilah perasaannya.

"Ehm, Baiklah!" ujar Leah sambil mengalihkan pandangannya ke arah ponsel.

Leah melanjutkan memasukkan nomor telepon Emma ke dalam kontak ponselnya. Tidak sampai 1 menit, ponsel nya bergetar hebat. Tanda pesan yang masuk bertubi-tubi.

Pesan masuk dari Emma.

[LEAH!]

[LEAH!]

[Akhirnya! Seharusnya, kemarin aku yang meminta nomormu!]

[Kau tahu berapa banyak orang yang ingin memiliki nomor kontak pribadiku?]

[Dan kamu mengabaikan diriku! Membuatku menunggu seharian sambil terus memeriksa ponselku!]

[Tidak masalah! Aku tidak marah.]

[Kirim fotomu! Aku hendak memastikan apakah kamu sudah merusak karyaku!]

Leah menatap ponselnya. Dirinya tidak menyangka jika Emma menunggu nomornya ditambahkan ke daftar kontak ponselnya. Leah malas berdebat. Jadi, Leah memilih tombol kamera dan langsung hendak mengambil foto selfienya.

Leah tidak memperhatikan, bahwa Tuan Robert sedari tadi memperhatikan tingkah lucunya. Saat Leah menekan tombol mengambil foto, tiba-tiba Tuan Robert menempelkan kepalanya di samping kepala Leah. Robert penasaran akan apa yang dilakukan Leah. Karena terkejut, Leah menekan tombol kirim dan foto langsung terkirim kepada Emma.

Leah baru hendak bertanya pada Tuan Robert, tetapi ponselnya sudah berdering.

Buru- buru Leah mengangkatnya dan suara Emma segera memenuhi telinganya, membuat Leah menjauhkan ponsel dari telinganya.

[Wow, kamu bahkan langsung mendapatkan perhatian Bosmu! Bagus, sungguh bagus! Tentu itu karena aku menyulap dirimu menjadi seperti sekarang ini.]

"Ehm, tidak. Tidak seperti itu! Aku dalam perjalanan ke tempat klien. Jadi, nanti aku akan menghubungimu kembali," jelas Leah.

[Baiklah! Baiklah! Namun, jangan sampai lupa. Bye!]

Lalu, sambungan telepon diputus oleh Emma.

Leah kemudian memeriksa foto yang dikirimnya. Ternyata foto tadi juga menangkap wajah Tuan Robert dan posisi mereka cukup dekat. Leah akhirnya tahu apa alasan Emma berkomentar seperti tadi, bukan salah Emma.

Leah memijat pelipisnya.

"Kenapa begitu dipikirkan? Apakah kekasihmu marah, karena ada diriku di foto tadi?" tanya Tuan Robert.

Leah malas menjawab dan membuka foto profil nomor Emma yang ada di kontaknya. Lalu, memperlihatkannya kepada Tuan Robert seraya berkata, "Raja gosip yang akan sangat memusingkan!"

Tuan Robert menatap foto itu dan berkata, "Aku sudah biasa dibicarakan. Jadi, menambah satu rumor bukanlah masalah besar!"

Tidak masalah buat Anda, tetapi masalah besar untuk diriku! gerutu Leah dalam hati.

"Siapa itu?" tanya Tuan Robert.

"Pemilik salon yang aku temui kemarin! Orang yang banyak membantu diriku berbelanja dan model rambut ini adalah karyanya," ujar Leah yang merasa bangga akan kehebatan Emma.

"Maksudmu Emmanuel?" tanya Tuan Robert.

Leah mengangguk dan bertanya, "Tuan mengenalnya?"

"Pernah mendengar tentangnya!" jawab Tuan Robert. Emmanuel, putra dari keluarga terpandang. Menurut apa yang didengar olehnya, pria itu berubah seperti ini karena patah hati. Namun, ada juga yang berspekulasi bahwa Emmanuel sengaja bertingkah seperti itu untuk membuat ayahnya cepat mati. Entahlah, mana yang benar tidak ada yang tahu.

Mereka tidak lagi berbicara. Tidak lama mobil memasuki daerah Selatan. Karena masih terlalu awal, Tuan Robert menginstruksikan untuk menuju kedai mie terkenal di daerah itu.

Mereka sampai dan mobil berhenti.

"Ayo kita makan dulu! Katanya, mie di kedai ini adalah mie paling enak di daerah ini!" jelas Tuan Robert sambil turun dari mobil.

Leah turun dan mengikuti Tuan Robert masuk ke kedai mie tersebut. Kedai mie sangat sederhana. Apakah Tuan Robert bisa makan di tempat seperti ini? Bukankah biasanya pria itu akan makan di restoran ternama? batin Leah.

"Duduklah!" pinta Tuan Robert kepada Leah.

Mereka menempati meja kecil di sudut ruangan. Tidak begitu banyak pengunjung, mungkin karena waktu sarapan sudah lewat. Tuan Robert memesan dua mangkok mie dan berkata kepada Leah, "Aku menemukan tempat ini, saat mencari informasi tentang perusahaan Buy First. Katanya mie di sini sangat enak. Jadi, patut dicoba!"

Leah bukan tipe pemilih, jika soal makanan. Jadi, diajak makan di mana  saja, apalagi gratis dirinya akan merasa sangat senang. Tidak lama, seorang bibi mengantar pesanan mereka. 2 mangkok mie dengan asap yang masih mengepul dan 2 botol air mineral.

Tuan Robert melihat porsi mie lumayan banyak dan yakin Leah tidak dapat menghabiskannya. Apalagi makan bersamanya, biasanya para wanita akan sangat menjaga citra mereka.

Dirinya menatap Leah yang mulai mengaduk mie yang masih panas sambil sesekali meniup. Sangat lucu melihatnya seperti itu, mereka makan tanpa berbicara. Tuan Robert menyukai keheningan seperti ini, karena biasanya para wanita yang makan bersamanya akan sangat banyak berbicara dan makan beberapa suap kemudian mengatakan sudah kenyang.

Leah makan dengan lahap sampai mie nya habis. Kemudian, Leah membersihkan mulut dengan tisu dan meneguk air mineral yang telah disediakan. Karena mienya sangat enak, Leah tidak memperhatikan bahwa Tuan Robert memperhatikannya sedari tadi.