Duduk di atas bangku panjang dengan pandangan kosong ke depan. Rasanya aku ingin muntah di antara rumah sakit ini, kenapa? Menunggu bahkan membuatku gila. Aku hendak pergi, namun seseorang mencegahku.
"Tunggulah sebentar, dia akan segera selesai," ucap salah seorang perawat wanita.
"Apa?!" jeritku.
Aku menoleh ke arah pintu ruang operasi, rasanya ingin mengamuk di sana.
"Kenapa pria itu? Apa dia mau membalas dendam kepadaku soal semalam itu, tapi rasanya tidak mungkin. Aku bahkan tidak mengenalinya," keluhku dalam hati.
Aku harus berbolak-balik di depan pintu, tak beberapa lama kemudian, sosok Feno mendatangi diriku. Aku memang menghubunginya lewat pesan singkat. Saat kuberitahu dia, ternyata dia tetap perduli denganku.
"Emira," sapa Feno menjerit.
Langkahnya begitu cepat mengarah padaku, yang akhirnya aku tersadar dengan jeritan kuatnya.
"Oh, Feno akhirnya kau datang tepat waktu," keluhku.
"Siapa dia?" tanya Feno penasaran.