Kecupan bibir yang masih terasa ini melepaskan diri dari hadapanku. Jebran perlahan mengendurkan wajah tampannya dari wajahku. Kedua tangannya menurun dan melambai rambutku sembari berbisik, "Tunggu aku!"
Ia pun beranjak tegak dari membungkuk mendekat ke arahku. Dia pun pergi begitu saja tanpa kata pamit, tapi melambai untuk bersapa hangat.
Aku menebarkan senyum di antara jalannya menuju pagar pintu. Aku pun kembali untuk mengistirahatkan diriku.
Menghempaskan tubuh lelah ini di atas kasur empuk yang tak seberapa. Memejamkan mata untuk menikmati malam yang akan menenggelamkan cerita di siang tadi.
***
Mehmed—ayahku pastinya berdiri dengan kesal. Namun, di sisinya berdiri Yasar dengan raut melebihi dirinya.
"Hei, apa kau yang melepaskan Emira?!" geram Yasar.
"Jika aku, bagaimana?" ungkap Mehmed.
"Sudah kuduga!" ketus Yasar dengan dua bola mata mencuat.