Bola mataku sengaja memfokuskan pada tatapan sang ibu. Tiba-tiba, tangan ibuku melemparkan ke arahku. Tepat di pipiku, "Hei! Apa yang kau pikirkan?" Ibuku menerawang wajahku yang termangu.
"Hah?!" kagetku.
"Ayo, habiskan makananmu! Ibu akan pergi ke rumah pamanmu."
"Kau harus sering-sering ke rumah bibimu," keluh ibuku.
"Aduh, ibu memintaku menjadi sosok yang sangat sibuk. Bagaimana bisa aku bertamasya ke rumah Bibi. Bahkan hari liburku hanya sebentar, aku akan kembali ke kantor untuk menyiarkan siaran lagi," gerutuku.
Ibuku menatap lagi, "Oh ... anak ibu ternyata sudah semakin dewasa!" pujinya. Aku melihat ibu mengedip-ngedipkan matanya.
Sontak aku terkesima dengan tingkah anehnya, "Ibu kenapa?" Aku memundurkan pandanganku.
"Ah, lupakan! Ibu selalu mendoakan dirimu," ucap ibu padaku.
"Andai ibu mengizinkanku menjadi Polisi," cibirku dari balik punggungnya.
"Hei! Aku mendengarmu," kelit ibuku.
"Oh," sahutku mengangguk.