Dilan menetap wajah Erik dengan penuh penasaran. Tanpa harus melempar suatu perkataan lagi, tetapi ia lebih ingin mengetahui.
"Kenapa Jebran melarangnya?"
Dilan benar-benar bingung dengan keadaan yang sudah terjadi ini.
"Aku tidak tahu pasti," sahut Erik.
"Tapi, kita bisa melakukannya berdua agar bisa meyakinkan pamanmu itu," sambung Erik.
Dilan beralih ke lain arah dengan pandangan menurun.
Dengan berat hati, Dilan beranjak dari posisi duduknya.
"Kau tidak mau kopi ini?" tawar Erik.
Dilan membalikkan badannya sembari meraih cangkir miliknya dengan menaikkan alisnya ke arah Erik.
"Kau mau ke mana?" tanya Erik penasaran.
"Aku mau menyendiri," sahutnya tanpa menoleh kembali.
Di ujung halaman rumah yang ada di belakang tembok belakang, ia pun duduk sembari ditemani oleh kopi hangatnya.