Tatapan malu-malu itu seakan meruntuhkan pandangan Haruka kepada Feno. Terlihat kikuk sekaligus menurun, sedangkan aku dan Leo menjadi saksi mata yang memandang keduanya semakin bercanda.
"Kami pulang dulu, maaf telah merepotkan kalian sekeluarga," pamit Feno menggunakan Bahasa Jepang.
Bibi keluar dari pintu sebelah ruangan.
"Tunggu!" cegah si bibi Haruka.
Kami pun mematung sesaat ketika bibinya tiba-tiba muncul sambil merunduk.
"Besok datanglah ke tempat ini di jam biasa."
Bibi Haruka menyerahkan kartu nama restoran miliknya kepada Feno, "Ada yang ingin aku ucapkan maaf kepada kalian semua," ujar si bibi.
Aku dan Leo saling memandang ketika Feno menerima kartu itu dengan penuh keheranan.
"Pergilah!" pinta si bibinya lagi.
"Ini permintaan bibiku, kita akan bertemu lagi di sana!" sambung Haruka membungkukkan badannya.
"Hemm, baiklah! Akan kami usahakan untuk datang," sahut Feno membalas.