Nada yang sedikit mengancam polisi muda itu lantas sekaligus meringkusnya dalam satu pertanyaan. Dilan yang merasa penasaran dengan apa yang dikatakan oleh pria lima puluhan tahun itu. Umur yang mungkin sebaya dengan ayahnya. Namun, apalah daya setiap pria tua pasti lebih memahami dengan tingkah anak muda.
Dengan perlahan, Dilan membalikkan badannya sembari memperhatikan raut Haris yang duduk santai menatap arah tembok dengan bersedekap tangan.
"Apa maksudmu?" lontar Dilan.
Kening yang saling bertautan menghadap sisi miring dari tubuh si pria bernama Haris Jahraja.
"Lupakan, lupakan apa yang baru saja aku katakan tadi," sahut Haris.
Dilan mengernyitkan dahi, kembali pada posisi awal untuk kembali menuju pintu keluar, sedikit menggeleng seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria tua itu. Entah apa maksud dari pria itu? Perkataan yang seolah-olah pria bernama Maximus adalah orang yang sangat berbahaya.
