Seorang bayi laki-laki tersenyum girang di gendongan ayahnya. William memutuskan untuk mengajak Leo ke kantornya hari ini. Banyak pasang mata menatap gemas ke arah Leo yang tertawa girang.
"Pak, apa Tuan muda Leo akan ikut rapat?" Tanya Sekretaris William.
"Tidak, nanti istri saya akan datang dan menjemput Leo," jawab William sambil menimang-nimang Leo dengan gendongan depan.
"Sampai saat istri saya datang, tunda rapat!" Perintah William.
"Tapi..."
"Tidak ada tapi!"
Sekretaris itu lalu menunduk dan pergi dari ruangan William.
"Leo, keren 'kan Papa? Kamu mau 'kan nanti jadi penerus Papa? Bababa." William menaruh Leo di atas meja sementara dirinya duduk di kursi kerjanya.
Tak lama, Nayara sudah datang dengan membawa keperluan untuk Leo. Baru saja Nayara menaruh tasnya, Leo langsung menangis begitu melihat Nayara.
"Halo anak Mama. Kenapa nangis, hei?" Tanya Nayara di depan Leo yang makin menangis saat Nayara berdiri di hadapannya tapi tidak menggendongnya.
"Mamama..." gumam Leo.
"Apa? Sayang dia ngomong apa barusan?" Teriak Nayara heboh.
"Sekali lagi Leo, panggil Mama gitu," ucap Nayara.
"William, suruh Leo bilang huwa," rengek Nayara.
"Bilang Mama sekali lagi sayang," ucap William sambil menatap mata Leo.
"Mama hehehe," kata Leo sambil cekikikan.
"Huwaaaa, Leo Mama terharu..." Teriak Nayara senang. Nayara lalu menggendong Leo sambil tertawa senang.
"William Leo bilang Mama. Kata pertamanya 'kan itu?"
"Hmm, sebenernya kata pertama Leo itu Papa hehe," kata William.
"Tega kamu nggak ngasih tahu aku! Papa macam apa kamu ini!" Pekik Nayara.
"Hei, aku mau ngasih tahu kamu. Barusan aja dia bilang Papa. Jangan marah," kata William sambil mengecup pucuk kepala Nayara.
"Nggak adil! Padahal aku yang..."
"Ssstt. Leo sayang sama kita berdua. Jangan ngomong gitu yah, aku mau rapat sekarang. Leo sama kamu dulu, bisa? Nanti aku ajak kalian jalan-jalan," kata William. Nayara pun mengangguk dan mencium pipi William sebelum William pergi.
Tiga jam telah berlalu, William dengan perasaan lelah kembali ke ruangannya. Namun, begitu membuka pintu dan melihat istri serta anaknya, mendadak lelah William hilang dan berganti menjadi semangat.
"Leo, makan dulu yuk?" Ajak Nayara yang masih memaksa Leo untuk memakan makanannya.
"Leo sayang, Aaaa buka mulutnya dong."
"Ngghhh..." Tolak Leo.
"Kalau makanannya mau dimakan, Papa beliin dinosaurus," kata William dari belakang leher Nayara.
Tanpa babibu Leo langsung melahap makanannya dan tertawa girang menatap William. Leo sesekali mencoba meraih William dan memperlihatkan giginya yang belum tumbuh.
"Kalau sama Papa baru nurut, ya Leo? Yaudah, kalau gitu Mama aja yang kerja kamu sama Papa di rumah, oke?" Tanya Nayara.
"Hmm.." Jawab Leo yang membuat William dan Nayara kaget.
"Will, dia ngerespons omongan aku. Leo, Mama sayang Leo banyak-banyak," ucap Nayara sambil memeluk William.
Setelah beberapa lama, Leo akhirnya menyelesaikan makannya. Mereka memutuskan untuk mengajak Leo berjalan-jalan ke mall.
"Kamu habis rapat apa nggak capek?" Tanya Nayara sambil memperhatikan William yang tersenyum sambil menggendong Leo di depannya.
"Nggak, lihat kalian berdua udah cukup bikin tenaga aku kembali. Makasih ya, jangan pergi jauh-jauh dari aku," ucap William sambil memeluk pinggang ramping Nayara dari belakang.
"Tasnya aku bawain, ya?" Tanya Nayara.
"Iya, tolong ya." William lalu memberi tasnya untuk Nayara.
Tanpa sengaja, mereka bertiga bertemu dengan Gisel dan Bastian yang juga sedang menemani Mika bermain di time zone.
"Nay!" Teriak Gisel.
"Gisel? Nemenin Mika, ya?"
"Iya, hai Leo."
"Bastian mana?" Tanya William.
"Nemenin Mika, nggak mau kalau bukan Papanya yang nemenin. Gue di usir," jawab Gisel yang terlihat sedikit kesal.
"Sama dong kaya Leo, dia juga lebih suka sama Papanya. Gue dilupakan," ucap Nayara sambil terkekeh.
"Will, ajak Leo kesini," kata Bastian yang sedang bermain pasir ajaib bersama Mika.
"Leo, mau main pasir nggak?" Tanya Nayara.
"Hehehehe," jawab Leo yang artinya iya.
"Will, temenin yah?" Pinta Nayara.
"Oke! Ayo kita berdua main sama Om Bastian! Sayang, bayarin ya." William lalu masuk ke arena bermain dan bermain bersama Leo.
"William sweet banget," gumam Gisel.
"Iya, dia nggak berubah dari zaman SMA. Ada deng yang berubah, dia jadi lebih bijaksana."
"Bastian nggak berubah sama sekali, tetep freak. Sahabat Lo tuh emang gila tahu!" Kata Gisel.
"Sabar, suami memang kaya gitu."
Beberapa waktu kemudian....
Keadaan di mansion William saat ini sangat ramai. Banyak pelayan yang sedang mendekorasi mansion. Semua teman-temannya berkumpul di sana untuk mengadakan reuni setelah sekian lama tidak berjumpa satu sama lain.
"Udah siap semua?" Tanya Nayara kepada William yang sedang menggendong Leo.
"Udah, semuanya dateng 'kan?"
Nayara mengangguk dan tersenyum. Tak lama kemudian, Raya, Nicholas, Freya, Nathan, dan Nia twins sampai di mansion Nayara. Raya sedang mengandung anak pertamanya bersama Nicholas.
"Kak, apa kabar?" Tanya Nayara lalu memeluk semua kakaknya bergantian.
"Kita baik, kamu gimana?" Tanya Freya.
"Naya baik, Kak. Ayo masuk dulu Kak," kata Nayara.
"Hai Leo," sapa Nia twins.
"Mau main sama adek Leo nggak?" Tanya William.
"Mau Om!" Pekik Nia twins.
"Yaudah, ayo ikut Om."
"Kak, usia kandungannya udah berapa bulan?" Tanya Nayara sembari menyajikan teh untuk Raya.
"Baru dua bulan. Duluan kamu yang lahiran ternyata. Doain Kakak ya Nay," kata Raya.
"Gue pingin punya anak cowok," kata Nicholas di sebelah William yang sedang bermain bersama Leo dan juga Nia twins.
"Semoga ya, biar Leo ada temennya," kata William.
"Tunggu aja sampe anak Lo udah bisa jalan. Pusing Lo," kata Nathan yang terdengar berpengalaman. Nathan menatap santai dan memijit kepalanya.
"Kenapa, Kak? Lo sakit?" Tanya William.
"Nggak, Gue cuma sakit kepala dikit. Mengingat kerusuhan yang dibuat oleh Nia twiins. Gue jadi ngerasa bersalah sama Mama jadinya," kata Nathan dan ditertawakan oleh William dan Nicholas.
"Ngurus anak kembar itu nggak gampang tahu. Double capeknya," kata Freya yang ikut dalam obrolan mereka.
"Lo tuh harusnya bersyukur, udah dikasih langsung dua," kata Raya.
"Iya sih, Gue 'kan cuma ngeluh dikit. Tapi Gue lebih bahagia semenjak ada mereka sama Nathan."
"Tuh 'kan, kamu tuh sebenernya sayang sama aku. Tapi kamu gengsi," kata Nathan bangga.
"Pasrah Gue Ray," kata Freya.
Kemudian, Gisel menyusul bersama Bastian. Gisel sedang hamil anak keduanya. Mika sudah berusia satu tahun bulan lalu.
"Mika, tante kangen," kata Freya lalu memeluk Mika.
"Kamu hamil lagi Gisel?" Tanya Raya kaget.
"Iya hehe," jawab Gisel.
"Selamat ya, Gisel. Astaga nggak nyangka banget," kata Raya terharu.
"Iya kak."
Setelah itu, di susul juga oleh Dita dan Andrew bersama Putra mereka. Lalu Karin dan Christ yang juga datang bersama putra mereka juga.
"Sayang banget Astrid sama Saka nggak bisa hadir," kata Karin.
"Iya, dia mau melahirkan. Nggak ada yang nemenin dia?" Tanya Dita.
"Kak Reiga sama Kak Lily ada di sana," jawab Christ.
"Kak Hao, Kak Alexa juga. Nanti malem mungkin Kak Putra sama Kak Aira juga bakal ada di sana," lanjut Andrew.
"Ayo kita foto dulu semua," kata William lalu mengambil kameranya.
"Kita bakal bikinin album buat anak kita nanti. Kaya album yang ada di rumah pohon," kata Andrew.
"Woii, tunggu! Anak Gue juga wajib ikut!" Teriak Egi yang datang bersama putranya dengan gendongan bayi beserta satu tas yang berisi keperluan putranya.
"Egi? Anak siapa anjir?" Tanya Freya.
"Itu anak dia, Kak. Dia memilih untuk adopsi anak dari pada nikah. Kata dia nikah ribet," jawab Karin.
"Apa? Wah.. Mulia sekali kamu," kata Freya lalu menghampiri Egi.
"Namanya siapa?" Tanya Gisel.
"Gaga," jawab Egi singkat.
"Itu doang?" Tanya Gisel.
"Terus apa? Nama Gue sama Kak Reiga juga cuma satu kata, lupa?"
"Oh iya, simple ya..." Kata Gisel lalu terkekeh.
"Terus, Lo ngerawat dia sama siapa dong?" Tanya Bastian.
"Sendiri, sama siapa lagi dong? Gue nggak punya istri, Bas."
"Sini, Gi. Ngapain Lo berdiri di sana? Nggak capek?" Tanya William.
"Iya, Gaga ikut foto ya Om, Tante."
Egi lalu menaruh anaknya dan ikut berfoto bersama anak yang lain. Satu foto bayi pun jadi.
"Mereka pasti jadi penerus kita."