Jason yang kebetulan ada urusan di Nusa Penida mengurus semua tempat untuk teman-temannya yang berlibur. Bahkan, Jesse dan Sandrina beserta istri dan anaknya juga diajak.
"Temen kamu ada yang booking tempat ya katanya?" Tanya Putri istri Jason.
"Iya, si Nathan sama temen-temennya," ucap Jason.
"Ada Sania dong?" Tanya Sonia heboh.
"Iya ada mereka, nanti kamu main yang akur ya sama mereka. Gak boleh nakal," ucap Putri lalu mengelus kepala putrinya.
"Kita juga siap-siap ya, nanti biar bisa dinner bareng," ucap Jason.
Jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Itu artinya, saatnya makan malam. Rombongan Nathan sudah sampai di restoran Jason. Letaknya lumayan jauh dan membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di sana. Kondisi restoran Jason sangat ramai.
"Hai," sapa Freya dan langsung memeluk Putri.
"Udah lama ya kita gak ketemu, kamu apa kabar?" Tanya Putri.
"Baik kok, terakhir kali kayanya ketemu sebulan yang lalu ya di penitipan," kata Freya.
"Iya, Sonia sini sayang salim dulu ke Tante Freya," kata Putri memanggil Sonia.
Sonia lalu menyalimi tangan Freya, begitu juga dengan Tania dan Sania.
"Apa kabar kalian semua?" Tanya Jason yang memang jarang berinteraksi dengan yang lainnya kecuali dengan Nathan.
"Kita baik, itu anak Lo?" Tunjuk Reiga ke arah Sonia yang sedang mengobrol dengan Tania.
"Iya, Sonia namanya," jawab Jason.
"Umur berapa dia?" Tanya Putra.
"Umur empat tahun bulan depan," jawab Jason dan menatap bangga ke arah Sonia.
"Ayo duduk di ujung sana," kata Jason dan mengarahkan mereka semua ke meja panjang yang memang di sediakan oleh Jason. Letaknya di dekat jendela. Mereka bisa melihat pantai dari sana.
"Hai Nay, Will," sapa Sandrina.
"Kalian ikut juga ternyata," kata William.
"Iya nih, supaya Sonia ada yang jagain," kata Sandrina.
"Sejak kapan Lo bikin restoran di sini?" Tanya Hao.
"Baru aja bulan lalu grand openingnya," jawab Jason.
"Gimana rasanya jadi chef terkenal, Jas?" Tanya Reiga.
"Gimana ya bilangnya? Seneng lah yang pasti ya, terus ngerasa gak percaya aja," kata Jason.
"Dulu Gue kira Lo pingin jadi dosen gara-gara jadi tutor adik Gue," kata Nicholas.
"Owh, itu cuma cari uang buat jajan sehari-hari doang sih. Soalnya waktu itu Gue lagi ada masalah sama Mama Gue," jawab Jason.
"Terus sekarang gimana? Masih Mama Lo sinis ke istri Lo?" Tanya Reiga.
"Semenjak Sonia bisa ngomong nenek udah nggak. Hubungan Lo sama tunangan Lo gimana? Ini ya tunangan Lo?" Tanya Jason.
"Iya, kenalin Lily," kata Reiga.
"Hai salam kenal Gue Jason dan ini istri Gue Putri," kata Jason.
"Iya salam kenal juga, Gue Lily. Gak bisa jabatan karena jauh," kata Lily sambil tertawa.
"Iya gapapa, kita mulai aja ya dinner ya," kata Jason lalu memanggil pelayannya. Pelayan di restoran itu mulai menghidangkan satu-persatu di atas meja.
"Anak-anak mau udang yang gak isi sambel ya? Ini Tante tuangin ya di piring kalian," kata Putri lalu menuangkan udang di atas piring, Sonia, Tania, Sania, Kanaya, dan Zayn.
"Wah makasih ya Tante Putri," kata Freya mewakili anak-anaknya.
"Ini anaknya udah umur berapa Mbak? Kayanya dulu waktu saya ketemu mereka masih kecil ya," kata Putri.
"Kanaya sekarang udah sepuluh tahun, Zayn baru delapan tahun. Gak terasa waktu cepet banget berlalu," kata Mbak Andra.
"Wah cepet banget ya, semoga nanti pinter Kak Kanaya nular ke Sonia yah," kata Putri.
"Iya semoga Sania jadi anak yang pinter ya nak," kata Mbak Andra sambil tersenyum.
"Bunda, kulitnya keras tolong kupasin," kata Sania.
"Kupas sendiri dong Sania, kaya kita," kata Tania sambil bertos dengan Sonia.
"Bundaaaa…Tania ngeselin lagi," rengek Sania.
"Tania jangan gitu dong," kata Freya sedangkan Tania hanya menyengir.
Setelah selesai dinner, mereka memutuskan untuk melihat-lihat pemandangan di pantai malam itu.
Nayara dan William bergandengan tangan menyusuri pasir pantai. Rambut Nayara berkibar karena ulah angin kencang.
"Sayang, kamu mau punya anak berapa?" Tanya William.
"Hah? Tiba-tiba nanya kaya gitu," kata Nayara sambil menahan senyumnya.
"Maksud aku, kamu gak ada niatan nikahin aku gitu?" Tanya William lalu memberhentikan langkahnya. William mengambil tangan Nayara dan menggenggamnya erat.
"Harusnya aku yang nanya gitu," ucap Nayara.
"Aku dari dulu selalu, selalu punya rencana bakal nikahin kamu. Tapi kamu mau gak nikah sama aku?" Tanya William.
"Kita masih muda, tunggu dulu," ucap Nayara.
"Iya aku juga tahu," kata William lalu melanjutkan langkahnya mendahului Nayara.
"Will, aku kan bilang tunggu dulu bukan gak mau," ucap Nayara sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan William yang sedang ngambek, mungkin.
"Kita bisa nikah muda kaya Kak Nathan sama Kak Freya, iya kan?" Kata William tanpa menoleh sedikit pun ke arah Nayara.
"Ya emang gampang kamu bilang gitu, tapi apa kamu siap jadi ayah?" Tanya Nayara.
"Emang nikah harus punya anak ya? Gak bisa cuma ada kita di dalam rumah tangga itu?" Tanya William dan membuat Nayara menghela napas.
"Gini ya William, kalau kita gak punya anak emang Mama kamu masih mau nerima aku? Aku tahu kalau tante Adele baik tapi gak adil dong kalau kita gak ngasih tante Adele cucu? Kamu emang mau aku nanti di jauhin Mama kamu?" Tanya Nayara.
"Nah itu masalahnya, mending aku ngurusin Tania sama Sania dulu deh. Aku cuma mau mastiin biar nanti pas aku ngelamar kamu, kamu gak nolak aku kan malu," kata William lalu kembali menggenggam tangan Nayara.
"Gak jelas banget kamu, apa ini efek dari lembur berhari-hari?"
"Ya nggak lah," kata William sambil terkekeh.
"Kak Naya," teriak Zayn lalu berjalan di antara William dan Nayara.
"Kenapa Zayn? Kok malah kesini bukannya main sama yang lain," tanya Nayara lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Zayn.
"Disana cewek semua, masak Zayn di ajak main masak-masakan ogah banget," ucap Zayn.
"Ogah banget katanya," kata Nayara sambil terkekeh.
"Terus Zayn mau nemenin kita pacaran gitu?" Tanya William lalu berjalan sambil memegang tangan Zayn.
"Iya, biar tahu gimana caranya ngajakin orang pacaran," jawab Zayn santai.
"Heh masih kecil gak boleh ngurusin pacaran. Belajar dulu yang bener," kata Nayara.
"Gapapa Zayn, biar Kak William yang ngajarin kamu gimana caranya ngeluluhin hati perempuan," ucap William.
"Iya Kak, ajarin Zayn," ucap Zayn semangat.
"Emang kamu udah punya gebetan Zayn?" Tanya William.
"Udah dong jelas, gebetan Zayn lebih cantik dari pada pacar Kak William," kata Zayn sambil menunjuk Nayara dengan matanya.
"Oh lebih cantik dari punya Kakak ya? Semangat ngejarnya," kata William lalu bertos dengan Zayn.
"Will jangan diajarin kaya gitu. Dia masih anak-anak," kata Nayara.
"Gapapa Sayang, biar dia belajar dari kecil. Ya Zayn," kata William.
"Kak, Zayn pingin naik kapal," kata Zayn dengan wajah imutnya.
"Jangan, udah malem ini, aneh-aneh aja," kata Nayara.
"Ihh Kak Naya banyak jangannya," kata Zayn sambil mengerucutkan bibirnya.
"Besok aja yah, kan kita masih mau ke pantai," kata William.
"Oh iya kita besok mau ke pantai Billabong kan?" Kata Zayn dan diangguki William.
Setelah beberapa lama menghabiskan waktu di restoran Jason, mereka memutuskan untuk kembali ke vila.
"Ayo pamit dulu sama tante Putri," kata Freya.
"Hati-hati ya kalian, sampai jumpa lagi," kata Putri.
Mereka akhirnya kembali ke vila pada pukul Sembilan malam.
"Kita duluan ya Ray," kata Freya lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Kalian tidur duluan, Gue mau keluar sebentar," kata Nicholas.
"Mau kemana malem-malem?" Tanya Raya.
"Mau minum sama yang lain," jawab Nicholas lalu menemui teman-temannya yang sedang duduk santai di pinggir kolam.
"Oke," kata Raya lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Minum lagi kalian?" Tanya Nicholas.
"Bir yang tadi masih kurang," kata Nathan.
"Inget loh besok kita masih ada trip, jangan sampe besok kalian teler lagi," kata Bang Jay.
"Tenang Bang Jay, kita tahu batasan kok," kata Putra.
"Enaknya ngomongin siapa ya? Pingin gosipin orang tapi gak tahu mau bahas siapa," kata Hao.
"Lambe turah Kak Hao," kata Egi.
"Kan juga biasanya kalau ngumpul ngomongin orang," kata Andrew.
"Inget Asep gak?" Tanya Nathan tiba-tiba dan membuat mood Reiga mendadak down.
"Nath, boleh kok ngomongin orang boleh banget. Tapi jangan di mulai dengan kata Asep bisa 'kan?" Tanya Hao sambil melirik Reiga.
"Ya kan Gue cuma nanya, Lo masih dendam sama Asep Rei?" Tanya Nathan.
"Dendam ke siapa? Nggak kok Gue udah oke santai aja kalau mau ngomongin dia juga gapapa," kata Reiga sambil meneguk birnya. Mendadak tubuh Reiga terasa panas.
"Tuh, Reiga aja bilang gapapa," kata Nathan.
"Jadi, ada apa sama si Asep?" Tanya Putra.
"Kemarin malem dia nelphone Gue. Dia bilang pingin jalin kerjasama sama perusahaan Gue," kata Nathan.
"Dia di suruh atasannya buat ngajuin kerjasama ke perusahaan Lo gitu?" Tanya Reiga.
"Loh? Lo gak tahu Rei, kalau Asep punya perusahaan sendiri? Walaupun gak gede dan gak terkenal banget tapi dia bosnya," kata Putra.
"Ta-tahu kok, kan tadi cuma nanya siapa tahu aja perusahaan dia bangkrut," kata Reiga dan meneguk birnya lagi.
"Hush! Kalau ngomong tuh di pikir dulu, jangan asal ceplas-ceplos. Secara gak langsung Lo ngedo'ain perusahaannya si Asep bangkrut," kata Bang Jay.
"Tahu ah Gue mau tidur duluan aja," kata Reiga lalu masuk ke dalam.
"Panas tuh dia," kata Hao.
"Lo sih Nath pake bilang kaya gitu segala. Lo tahu kan Reiga juga lagi berusaha ngembangin bisnis," kata Putra.
"Loh, kok jadi salah Gue? Kan Gue cuma pingin curhat doang," kata Nathan.
"Bang, Asep siapa sih?" Tanya Christ berbisik.
"Asep itu mantan pertama dan terindah Lily. Asep sering berantem sama Reiga gara-gara Lily," jawab Bang Jay.
"Emang Kak Lily ngapain sampe bikin mereka berantem?" Tanya Egi yang ikut penasaran.
"Bukan salah Lily, tapi Reiga sering godain Lily dan sering bikin Asep kesel. Waktu itu Asep masih pacaran sama Lily," jelas Bang Jay.
"Si Asep itu ganteng?" Tanya Andrew.
"Lumayan, tapi masih gantengan Reiga," kata Bang Jay.
"Rumit banget kalau di ceritain kisah cinta si Reiga sama si Lily," kata Hao.
"Waktu lamaran aja harus ada drama keluarga Lily gak setuju dulu," kata Putra.
"Kok bisa gak setuju? Gimana ceritanya?" Tanya Bastian.
"Jadi gini…."
Flashback…
"Saya mau kamu ngejamin kalau ponakan saya bahagia," kata Tante Lily.
Keluarga Lily bukan berasal dari keluarga kaya. Lily sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal dengan bibinya dan saudara sepupunya yang pengangguran di desa terpencil. Bahkan bisa di bilang orang-orang di sana sangat tidak memiliki tata krama.
"Saya jamin Bu," ucap Reiga dengan mantap. Reiga datang ke rumah Lily bersama orang tua beserta teman-temannya.
"Mana buktinya? Kamu kerja dimana? Sanggup mahar berapa?" Tanya Tante Lily.
"Ayah, kenapa dia gak bisa nanya secara baik-baik?" Tanya Ibu Reiga yang lumayan risih dengan keadaan sekitar.
"Ssttt.."
"Tante, jangan kaya gitu," kata Lily.
"Diem! Enak aja ada orang yang mau nikahin kamu tapi gak punya apa-apa. Kamu harus inget untuk bayar hutang budi ke tante! Mending kamu nikah sama saudagar aja lebih kaya dari pada mereka! Tante gak yakin kalau dia beneran kaya. Paling cuma mau pamer doang ke kita," kata Tante Lily.
"Maaf sebelumnya Ibu, niat kami murni ingin melamar Lily dan menjadikan Lily menantu kami. Selama putra sulung saya dan Lily berpacaran, kami sudah menganggap Lily sebagai Putri kami sendiri," ucap Ayah Reiga dengan tenang.
"Bohong! Kalau kalian memang dari kota dan kaya mana mobil mewah kalian? Ini, ini kalung pasti palsu!" Kata Tante Lily sambil menepis kalung yang digunakan Ibu Reiga.
"Heh jangan sembarangan ya ibu ngatain kita! Kita ke sini jalan kaki karena mobil kita gak bisa ngelewatin jalan kecil!" Teriak Egi.
"Egi udah diem," kata Ayah Reiga.
"Tapi dia udah mempermalukan Kak Reiga Yah," kata Egi.
"Kamu adiknya? Oh pantesan gak beda jauh kelakuannya sama kakaknya yang seenaknya aja ngelamar anak orang!" Teriak Tante Lily.
"Dihh niat kakak Gue baik ya udah mau nikahin Kak Lily. Dari pada di hamilin tapi gak bertanggung jawab? Mending mana?" Teriakan Egi makin keras.
"Gi…" ucap Reiga sambil menahan tangan Egi.
"Ish!" Egi langsung mundur dan kembali ke posisi awal.
"Gi udah diem," perintah Nicholas. Egi hanya pasrah dan memilih untuk diam di sebelah Ayahnya.
"Bu, niat kita kesini mau ngelamar bukan buat debat," kata Ibu Reiga yang sudah tak tahan dengan sikap keterlaluan Tante Lily.
"Lihat kan? Mertua kamu gak punya tatakrama Lily! Gimana caranya dia bisa nunjukin jalan masuk surga?"
"Bu jangan asal ngomong ya!" Teriak Hao yang sudah di ambang batas kesabarannya.
"Emangnya ibu sendiri udah ngejamin kalau Lily bakal bisa masuk surga? Kelakuan bak setan begini?" Tanya Putra dengan nada sinis.
"Apa? Mau apa kamu?" Teriak Tante Lily.
"Tante cukup!" Teriak Lily dan membuat semuanya diam.
"Kamu udah berani teriak ke Tante? Dari kecil Tante ngerawat kamu, nguliahin kamu, ini balasan kamu?"
"Tante bohong! Kalau emang tante yang bayarin uang kuliah aku, buat apa aku kerja? Mulai sekarang tante gak perlu lagi ngurusin hidup aku, cukup urusin hidup anak tante yang mau enaknya aja itu!" Teriak Lily.
"Heh Ly! Lo harusnya berterimakasih sama ibu Gue yang udah mau ngasuh Lo. Lo tuh anak haram yang gak di terima dan di buang sama ibu bapak Lo. Lo lupa?" Tanya seorang laki-laki bertato yang terlihat menyeramkan. Dia adalah sepupu yang paling di takuti oleh Lily, anak dari bibinya.
"Lo harusnya bisa balas budi dengan cara nikah sama saudagar kaya itu, hidup kita semua bakal enak. Dari pada nikah sama dia yang gak punya apa-apa," kata sepupu Lily sambil menunjuk Reiga dengan tangan kiri.
Bugh! Bagh! Bugh! Bagh!
"Nath setop Nath," kata Nicholas menahan kembarannya.
"Seberapa kaya sih emangnya si saudagar itu? Lo yakin kekayaan dia melebihi kekayaan keluarga Reiga?" Tanya Nathan dengan napas yang tersengal-sengal.
Sepupu Lily sudah tersungkur dengan darah yang keluar dari ujung bibirnya.
"Rei! Lo kenapa diem aja ngedenger keluarga Lo di hina-hina, ha?" Teriak Hao.
"Kalian kalau mau bikin rusuh mending pergi dari sini!" Teriak Tante Lily.
"Sudah Reiga ayo kita pergi dari sini! Buat apa kita masih di sini kalau niat baik kita malah di balas dengan perlakuan seperti ini," ucap Ibu Reiga lalu menarik tangan Reiga.
"Reiga gak mau pulang," kata Reiga sendu.
"Reiga, lihat kan perbuatan mereka ke kamu? Kamu di rendahin Nak, ayo kita pulang," kata Ibu Reiga.
"Reiga… Reiga mau pertahanin Lily Bu, Reiga sayang sama Lily," kata Reiga sambil menatap Lily sendu.
"Dah gila si Reiga. Woi Reiga sadar goblok! Keluarga Lo direndahin Rei, balik sini! Percuma Lo sujud syukur kalau yang Lo hadapin itu setan ya gak bakal mempan," kata Nicholas. Final, Nicholas langsung menarik Reiga dengan kekuatan penuh. Tak seperti biasa, Reiga sangat mudah untuk di tarik.
"Rei…" gumam Lily sendu.
"Kalau kalian jodoh, pasti di mudahkan kok," kata Ibu Reiga sambil memeluk putranya dari samping.
"Mending gak usah jodoh aja deh, males banget kalau punya besan kaya nenek sihir begitu," kata Egi.
"Hush Egi, gak boleh kaya gitu," ucap Ibu Reiga.
"Ck!" Egi hanya berdecak kesal.
Flashback off
"Untungnya Lily udah keluar dari keluarga dia dan masuk ke keluarga barunya," kata Nicholas menceritakan semua kejadiannya kepada Bastian dan Egi.
"Anjir gak seru banget Tantenya Kak Lily," kata Bastian.
"Gue yang denger doang aja udah emosi sampe ke tulang rusuk loh," kata William.
"Iya kan? Gue hampir mukul si nenek lampir itu di sana," kata Egi.
"Gue udah sempet ngehajar orang sih di sana, jadi gak terlalu kesel," kata Nathan santai.
"Dan yang paling parahnya lagi ternyata saudagar yang dimaksud itu ketua pemuda pancasila. Ppffttt," kata Hao.
"Dari mana Lo tahu?" Tanya Andrew.
"Lily yang cerita waktu ini," jawab Hao.
"Waktu itu Gue pingin mukul Reiga sumpah tapi gak kesampaian," ucap Nathan.
"Mukanya melas banget, sudah di butakan oleh cinta dia tuh," kata Putra.
"Hachyuuu…" Reiga bersin tepat di sebelah Lily.
"Anjir bikin kaget aja. Kamu flu? Pasti gara-gara tadi main air sama anak-anak," kata Lily.
"Nggak, kayanya mereka lagi ngomongin aku deh," kata Reiga. Dari kamarnya, Reiga bisa melihat dengan jelas teman-temannya yang sedang tertawa puas.
"Memang kisah Gue tuh terlalu epic sampe mereka pun rela menghabiskan waktu hanya untuk menceritakan kisah Gue," gumam Reiga dan membuat Lily menggelengkan kepalanya.
Hari sudah pagi, tujuan berikutnya adalah broken beach.
"Anak-anak beneran sanggup gak ya naik ke pantainya?" Tanya Nathan yang khawatir akan putri-putrinya.
"Gapapa, kalau mereka capek masih ada antek-antek kita yang bakal gendong mereka," kata Bang Jay sambil menunjuk teman-temannya di belakang.
Perjalanan menuju pantai tidak semudah yang di bayangkan. Membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk menemukan pantai itu. Dan benar saja, belum setengah perjalanan, anak-anak mulai merengek tanda mereka kelelahan. Setidaknya perjuangan mereka semua tidak sia-sia. Akhirnya mereka sampai di pantai yang indah itu, broken beach.
"Huh huh gak sia-sia kita lompat sana lompat sini naik motor untuk sampai di sini," kata Andrew.
"Terbayar sih semua capek dan mual yang mendatangi Gue selama perjalanan," kata Freya yang hampir saja muntah tadi di perjalanan.
"Ayo kita foto-foto dulu," kata Bang Jay.
"Jangan lupa upload di instagram masing-masing ya," teriak Alexa.
Seminggu sudah berlalu, perjalanan mereka di akhiri dengan pemandangan indah dari broken beach. Sekarang mereka harus menghadapi kenyataan pahit lagi. Kerjaan yang menumpuk, tugas kuliah, anak dan lainnya.
Pagi ini, Reiga, Lily, Alexa, dan Hao memutuskan untuk berkunjung ke toko roti milik Astrid dan Saka.
"Pagi Astrid," sapa Lily.
"Pagi Kak, duduk dulu Kak," ucap Astrid.
"Sendirian aja, Saka mana?" Tanya Alexa.
"Dia masih nganter pesenan kue Kak, bentar lagi balik kok. Sebentar ya Kak, Astrid mau ngelayanin pelanggan dulu," kata Astrid dan diangguki oleh ke-empatnya.
Astrid dan mereka lumayan canggung. Mungkin karena jarang bertemu dan perbedaan usia. Saat ini jantung Astrid berdetak sangat cepat, dirinya sangat gugup.
"Buruan dateng Sak," ucapnya dalam hati.
"Wih, ada pasangan yang udah tunangan nih," kata Saka saat baru memasuki tokonya.
"Nih ada oleh-oleh dari Bali buat Lo dari kita semua. Yang lainnya pada sibuk makanya gak bisa kesini," ucap Hao lalu menyerahkan beberapa paper bag untuk Saka.
"Nah ini untuk Astrid, kita yang cewek semua udah pada punya. Di pake yah nanti," kata Alexa.
"Ehh makasih loh Kak, harusnya gak perlu repot-repot. Makasih ya Kak," kata Astrid lalu menerima kotak yang berisi perhiasan asli Bali.
"Ya ampun Kak ini bagus banget, pasti mahal ya?" Kata Astrid dengan mata yang berbinar. Pasalnya, perhiasan yang di berikan Alexa terlihat sangat classy.
"Mahal sih gak penting, yang penting itu kualitasnya. Pake ya nanti kalau ada kumpul-kumpul atau ada acara di keluarga kamu," kata Alexa.
"Pasti Kak, makasih ya Kak sekali lagi," kata Astrid dan Alexa mengangguk menanggapi Astrid.
"Udah ya, kita mau balik dulu," kata Reiga.
"Sekarang banget ya Kak? Tunggu ya Astrid bungkusin roti dulu," kata Astrid dan diangguki Reiga.
"Nih Kak, hati-hati ya," kata Astrid.
"Makasih ya Astrid banyak banget ini," kata Lily. Lily dan Alexa masing-masing mendapat satu paket roti.
"Iya Kak," kata Astrid.
"Mungkin nanti kita bakal kesini lagi. Semangat ya Sak," kata Hao lalu menepuk pundak Saka.
"Makasih ya Kak, kalian juga semangat," kata Saka.
"Kita duluan ya," kata Reiga lalu melajukan mobilnya.
"Banyak banget kita di kasih oleh-oleh," kata Astrid.
"Mereka mah kalau jalan-jalan selalu ngasih Gue oleh-oleh," kata Saka.
"Lo emang gak pernah ikut jalan-jalan sama temen-temen Lo ya?" Tanya Astrid.
"Bukannya gak pernah, tapi ini pertama kalinya mereka liburan bareng. Biasanya liburannya sama keluarga masing-masing," jawab Saka.
"Oh gitu," kata Astrid sambil menganggukan kepalanya.
"Ehh ini kue nya menarik kayanya," kata Astrid.
"Oh itu kue gabin fla, Gue pernah makan waktu study tour ke Bali," ucap Saka.
"Gue pingin jual ini di toko kita, laku gak ya?"
"Kalau gak nyoba ya mana tahu laku apa nggak," kata Saka sambil memakan satu buah jajan gabin fla.
"Harusnya Gue juga belajar buat jajan tradisional. Kita bisa jual berbagai macam kue," kata Astrid semangat.
"Banyak maunya Lo, bikin kue tart aja masih sering jatuh," kata Saka.
"Kan semuanya butuh proses. Trust the process and… and…"
"And apa? The end? Udah deh mending Lo perbaiki semua resep roti Lo, upgrade dia biar toko roti kita punya ciri khas sendiri. Percuma punya toko roti tapi resep masih nyari di google," ucap Saka lalu pergi melayani pembeli.
"Bener juga kata Saka, selama lima tahun resep yang Gue pake semuanya dari google dan itu pun Gue tiruin semua," kata Astrid. Astrid menghela napasnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.