"Selamat pagi Andra," sapa pelanggan yang datang ke kafe Mbak Andra di pagi hari.
"Pagi Bu, kopi seperti biasa ya?" Tanya Mbak Andra sambil tersenyum.
"Jay mana? Biasanya pagi-pagi udah ada di sini main sama Zayn."
"Saya disini loh Bu dari tadi, tak lihat kah?" Kata Bang Jay yang memang dari tadi duduk di bangku belakang.
"Lah di sana toh? Maaf loh saya gak lihat. Maklum factor U," kata pembeli itu canggung lalu meninggalkan kafe setelah pesanannya jadi.
"Hahaha Ayy, ibunya malu," kata Bang Jay hingga hampir terjungkal bersama Zayn.
"Ayy awas Zayn itu loh astaga!!" Omel Mbak Andra.
"Maaf, habisnya ibunya lawak banget. Dikira Gue molor kali ya pagi-pagi?"
"Kan nanya aja itu Ayy, basa basi ibu-ibu. Baperan banget kamu."
"Bukan baper Ayy, kesel tahu nanti digosipin sekompleks."
"Kamu mau bekel apa buat nanti ke bengkel?" Tanya Mbak Andra.
"Apa aja asal kamu yang buat aku mau Ayy," kata Bang Jay. Gombal ceritanya.
"Ihh bisa aja deh kamu. Kalau gitu aku gak usah masak ya Ayy?" Perkataan Mbak Andra sukses membuat Bang Jay terdiam.
"Kok diem? Gapapa kan, Ayy?" Goda Mbak Andra.
"Ihh bukan gitu konsepnya! Kan aku bilang masak apa aja," kata Bang Jay yang sedang membuang muka.
"Terus aku harus apa dong? Katanya apa aja."
"Kamu terserah mau masak apa aja aku gak masalah. Tapi kalau gak masak keterlaluan gak sih?"
"Menurut aku nggak kok, keterlaluan gimana?" Kini Mbak Andra mulai tertawa karena suaminya yang sudah kesal.
"Iya deh kalau gitu aku masak ayam madu aja yah. Kamu tunggu di sini sama Zayn. Zayn Mama mau masak dulu ya, Zayn sama Papa dulu," setelah mencium Zayn Mbak Andra pun menuju dapurnya.
"Woii Bang Jay!" Sapa Reiga dan langsung duduk di depan Bang Jay.
"Zayn sama Om yuk sayang," kata Reiga lalu menaruh Zayn di pangkuannya.
"Lo gak kuliah?"
"Gak ada kelas, dosennya demam. Mampus deh dia tuh! Siapa suruh ngomelin Gue di depan kelas."
"Ngapain Lo dihukum?"
"Nggak buat tugas dia Bang. Pacaran mulu kerjaannya," kata Hao yang datang bersama Putra.
"Lo punya pacar, Rei?"
"Nggak sih, tapi ada orang yang Gue suka," jawab Rei yang mulutnya di mainkan oleh Zayn.
"Siapa? Jangan nyari yang modelan Chery atau Hana Lo. Nyesel nanti," kata Bang Jay.
"Nggak kok, dia anak baik."
"Siapa?"
"Lily Bang, tutor Nayara itu loh," kata Hao sambil cekikikan bersama Putra.
"Iya Bang. Kemarin sumpah Reiga goblok banget. Masak dia mau bikin Lily cemburu dengan cara dia pura-pura bolos sama Chery. Kan bloon," kata Putra dan kini kedua lelaki itu sudah tertawa terbahak-bahak.
"Apaan sih Lo berdua! Ini tuh gara-gara Lo sama Nathan. Segala pake nyebut nama jalang itu lagi! Jijik Gue!" Teriak Reiga.
"Lo udah move on kan dari Chery?" Tanya Bang Jay.
"Udah lah Bang, yakali Gue gak bisa lupain cewek kaya dia. Awalnya tuh Gue udah niat mutusin dia gitu, tapi kasihan aja. Secara Gue kan goodboy," ucap Reiga.
"Alah! Gue tahu Rei Lo gak makan berhari-hari gara-gara putus sama Chery. Lo ngelihatin foto kalian setiap hari. Beli parfume aroma Chery. Makan kue Chery. Minum minuman Chery. Nangis-nangis tiap malem minta balikan, Gue tahu Rei," kata Bang Jay sambil menoyor-noyor kepala Reiga.
"Ihh Bang sakit! Zayn jatuh loh ni."
"Awas aja kalau sampe anak Gue jatuh! Gue bengkokin kepala Lo biar sekalian Lily malah ilfeel deket cowo kaya Lo!"
"Gak nyangka ternyata Chery itu jalang," gumam Reiga.
"Udah lama kali! Cuma Lo nya aja yang terlalu buta gak bisa terima kenyataan! Chery sama Hana cuma manfaatin Lo, tapi Lo masih aja ngapelin dia. Ahh sudahlah, percuma ngasih tahu Reiga tentang teory of love. Reiga kan gak punya otak," kata Hao dan membuat Reiga melotot.
"Lo mau lihat otak Gue gak? Nih Gue buktiin kalau Gue itu punya otak! Yang gak punya otak itu Lo!" Kata Reiga dan menunjuk Putra yang dari tadi hanya tertawa.
"Apaan Lo nunjuk Gua? Ngajak berantem ha?" Tanya Putra lalu berdiri dari kursinya dan menyingsingkan bajunya.
"Heh ngapain Lo naik ke kursi Gue?" Teriakan Mbak Andra yang menggelegar mengagetkan semuanya.
"Gak ada loh Ayy, udah selesai masaknya?"
"Udah, siapa sih yang jadi jalang? Penasaran Gue sama orangnya," kata Mbak Andra lalu bergabung dengan mereka.
"Yang jadi jalang itu Lily Mbak," kata Reiga berniat bercanda.
Byur!
"Apa maksud Lo nyebut Gue jalang?" Tanya Lily yang baru saja menyiram Reiga dengan juice buah naga.
"Gue gak tahu masalah Lo apa sama Gue, tapi kalau Lo nyebar kebencian dengan cara kaya gini, Lo bukan cowok. Lo bencong!" Teriak Lily.
"Apa maksud Lo nyiram Gue, ha? Atas dasar apa Lo bisa bertindak seenaknya? Siapa Lo?" Teriakan Reiga lebih keras dari Lily.
"Lo tuh berasal dari kasta rendahan! Lo gak berhak nyiram Gue!"
Bugh!
Asep melayangkan pukulannya sehingga membuat ujung bibir Reiga sedikit robek. Asep dan Lily akan pergi sekarang.
"Jaga omongan Lo Rei, Lily gak serendah itu. Dan satu hal lagi, yang jadi jalang itu Chery mantan Lo. Bukan Lily," kata Asep lalu mengajak Lily agar keluar dari kafe Bang Jay.
Semuanya diam menatap Reiga, hingga Bang Jay mendekatkan dirinya ke arah Reiga.
"Gue setuju sama cowok yang tadi. Gak baik ngatain cewek kaya gitu," kata Bang Jay.
"Tapi Bang Gue Cuma bercanda serius, nggak ada niat Gue kaya gitu sebenernya," kata Reiga dengan tatapan melas.
"Udah telat Rei," kata Hao.
"Nggak, belum telat. Kejar dia dan Lo minta maaf sama dia," kata Putra dan menepuk pundak Reiga.
Reiga menganggukan kepalanya dan berlari untuk mengejar Lily. Namun naas, Reiga kehilangan Lily. Lily sudah pergi bersama Asep. Yang Reiga dapatkan hanyalah, penyesalan.
"Ngapain Lo nyuruh Reiga ngejar Lily? Jelas-jelas Lily pergi sama Asep naik mobil," kata Hao.
"Cuma iseng doang," kata Putra dan menyeruput kopinya.
"Anjir jahat banget Lo elah."
"Ho, jalan kuyy?" Ajak Putra.
"Nggak, Gue mau jalan sama Alexa," jawab Hao sambil memainkan ponselnya.
"Bentar doang Ho, temenin lah. Gue kesepian nih," mohon Putra.
"Sayang," Alexa datang untuk menemui kekasihnya.
"Gak bisa, lain kali aja," kata Hao lalu meninggalkan Putra.
"Nasib jomblo gini amat yatuhan," kata Putra sambil menarik napas panjang.
"Kita jadi jenguk Kak Alex kan?" Tanya Alexa sambil menoleh ke arah Hao yang sedang menyetir.
"Iya sayang, kita jenguk Alex," jawab Hao sambil mengelus rambut Alexa.
Mereka telah sampai di kuburan Alex, Alexa langsung berjongkok dan mengelus batu nisan yang bertuliskan nama Alex.
"Kak, sekarang Kakak gak usah khawatir lagi sama keadaan Alexa. Alexa udah punya Hao, nih dia ada di sini," kata Alexa yang tersenyum ceria walaupun hatinya masih sakit.
"Iya Lex, Lo gak usah ngeraguin Gue lagi. Gue bakal jadi rumah adik Lo mulai sekarang," kata Hao yang ikut berjongkok di sebelah Alexa.
"Kita makan di restoran yang sering aku sama Alex kunjungin yah? Gapapa kan?" Tanya Hao.
"Iya, aku pingin tahu seberapa enak sih masakan yang di masak disana," kata Alexa.
Hao lalu mengajak Alexa ke restoran tempat dimana biasanya ia berkumpul dengan teman-temannya.
"Loh? Ini bukannya mobil Nathan ya?" Tanya Alexa saat sudah sampai.
"Nathan kan ke Amerika buat urusin bisnis, sekalian nemenin adik iparnya," kata Hao.
"Owh, mungkin mirip doang mobilnya," kata Alexa.
"Tapi ini memang mobil Nathan, nomor platnya sama." Hao melihat mobil itu dengan intens.
"Masak sih Nathan yang lagi di Amerika tapi mobilnya di sini. Kan gak nyambung," kata Alexa.
"Mungkin ada Nayara di sini."
Dan benar saja, di dalam ada Nayara yang sedang makan bersama William, Rendi, dan Wulan.
"Nah kan perasaan Gue bener. Ngapain Lo bawa mobil Nathan Nay?" Tanya Hao dan menepuk pundak Nayara.
"Kata Kak Nathan Naya boleh makek," jawab Nayara.
"Halo Kak," sapa William, Rendi, dan Wulan.
"Iya iya, kalian lanjut makan yah. Gue mau makan berdua sama pacar Gue," kata Hao lalu pergi dari sana.
"Itu bukannya adiknya Kak Alex ya Nay? Kok bisa pacaran sama Kak Hao?" Tanya Wulan.
"Waktu nabur bunga ke laut mereka jadiannya. Gak kaget sih, soalnya kan Kak Hao memang baik dan kelihatannya tertarik sama Kak Alexa," jawab William.
"Semoga Kak Hao bisa jaga pacarnya yah," gumam Rendi.
"Maksudnya?" Tanya William.
"Nggak bukan apa-apa. Lanjut makan," jawab Rendi.
"Biasanya Kak Alex mesen apa?" Tanya Alexa.
"Ini," jawab Hao sambil menunjuk dimsum.
"Ini makanan favorit aku tahu. Aku mau ini deh sama es leci," kata Alexa.
"Pesanannya sama persis kaya Alex dulu," kata Hao dalam hati dan tak memalingkan pandangan sedetik pun dari Alexa.
"Dulu, Alex sering banget cerita tentang kamu. Dia bilang kalau kamu itu baik, cantik, pemalu, dan introvert. Setiap hari Alex selalu khawatir sama keadaan kamu. Tapi bodohnya aku, aku malah menyepelekan rasa sayang Alex ke kamu. Aku pernah marah sama Alex karena aku pikir percuma kalau dia khawatir sama kamu yang sama sekali gak khawatir sama dia. Aku bodoh," ucap Hao sambil menunggu makanannya.
"Oh ya? Terus kenapa sekarang kamu malah suka dan jadiin aku pacar kamu?"
"Kamu beda dari ekspetasi aku, kamu jauh lebilh baik di kehidupan nyata dari pada di imajinasi aku. Aku minta maaf karena dulu sempet gak suka sama kamu. Kayanya aku kena karma deh," kata Hao sambil tertawa pelan.
"Makanya kamu jangan asal menyimpulkan. Nelen ludah sendiri kan jadinya. Berarti aku udah masuk dong di kriteria cewek idaman versi kamu?"
"Sebenernya dari dulu, tapi karena masalah itu aku malah jadi benci sama kamu."
Hao dan Alexa menghabiskan hari mereka dengan mengobrol ringan di restoran itu.