Dua hari yang lalu, Gisel dan Bastian sudah sampai di Amerika. Tepatnya di kota Newyork. Sedangkan, Freya, Nathan dan anak-anak mereka tiba keesokan harinya. Freya sempat menginap di apartemen Bastian dan Gisel, sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal di vila yang lebih dekat dengan tempat kerja Nathan.
"Kakak yakin gak mau sama kita aja tinggalnya? Lagian kita gak merasa terganggu kok kalau anak kakak nangis malem-malem," kata Bastian sambil membantu Freya membereskan bajunya. Freya akan tinggal di Villa bersama Nathan dan anak-anaknya.
"Villa lebih deket dari tempat kerja Nathan, Gue juga gak mau ngerepotin kalian. Kalian habiskan masa liburan kalian dulu berdua," kata Freya.
"Tapi nanti kalau kakak butuh sesuatu bilang aja ke kita. Kita bakal bantuin," kata Gisel yang sedang menimang Sania.
"Iya Gisel makasih yah. Lusa kalian mau jalan-jalan gak? Gue sama Nathan mau ke Hollywood," tanya Freya.
"Mau lah Kak! Yakali kagak," jawab Bastian girang.
"Lusa ya Gue sama Nathan bakal jemput kalian. Gue kabarin lagi nanti. Gue pergi ya," kata Freya lalu keluar dari apartemen Bastian dan dibantu oleh semua bodyguardnya.
"Yah gak bisa main sama Nia Twins lagi deh," kata Gisel murung.
"Kan masih punya waktu satu minggu lagi," kata Bastian.
"Sedih banget, tadi Indah sama Andre nangis kejer pas telpon aku. Ternyata William udah nyebarin berita kepindahan kita ke semua orang."
"Ya gapapa, kamu juga gak sanggup kan kalau ngasih tahu mereka secara pribadi? Mending William sih yang jadi perantaranya. Owh ya, nanti sore kita bakal jalan keluar sebentar yah. Pingin lihat sebagus apa sih kota Newyork ini? Masih bagusan Indonesia atau kalah jauh," kata Bastian sehingga membuat Gisel sedikit tertawa.
"Ya Indonesia lah yang paling bagus," kata Gisel lalu memeluk Bastian.
Di malam harinya, sesuai perkataan Bastian, mereka keluar untuk melihat pemandangan sekitar dan mencari makan malam. Malam hari di kota Newyork sangatlah indah. Banyak lampu warna-warni yang menyala terang di sepanjang jalan. Yang tak kalah menariknya adalah, ada banyak sekali wanita yang memakai pakaian kekurangan kain, ya wajar saja karena ini adalah New York. Malah, wanita yang berpapasan dengan Gisel, menatap heran ke arahnya. Pasalnya, Gisel memakai pakaian lengan panjang dan jelana panjang yang sangat tertutup
"Ngapain ya semua pada ngelihatin aku Bas?" Tanya Gisel yang merasa risih.
"Kamu cantik kali makanya banyak yang ngelirik," jawab Bastian.
"Bohong banget kamu! Kalau aku emang cantik ngapain kamu ngelihatin cewek seksi, ha?"
"Gak ada yang ngelihatin, aku lagi nyari restoran. Kamu kalau di tanya jawabnya terserah mulu soalnya," kata Bastian yang masih fokus mencari restoran yang sedikit sepi.
"Ish kamu tuh sayang gak sih sebenernya sama aku?" Tanya Gisel sambil menghentak-hentakan kakinya agar di notice Bastian.
"Kalau nggak kamu mau gimana? Mau pulang?" jawaban Bastian malah membuat Gisel semakin kesal.
"Jangan ngajak aku ke sini kalau gitu! Tahu gitu mending aku jadi pelakor hubungan Nayara sama William aja. Kamu gak romantis soalnya," kata Gisel.
"Hati-hati loh ngomongnya, nanti beneran. Emangnya kamu mau jadi pelakor di hubungan sahabat kamu?"
"Ya nggak lah. Mana nih restorannya? Kok gak nyampe-nyampe sih dari tadi? Cape tahu gak sih jalannya!" Teriak Gisel.
Setelah lama berjalan, dan setelah lama juga Gisel mengomel akhirnya mereka sampai di sebuah restoran pizza yang tidak terlalu ramai pengunjungnya.
"Kamu mau mesen apa?" Tanya Bastian.
"Pizza lah kan ini restoran pizza," kata Gisel jutek.
"Kirain mau mesen cilok."
"Dih! Dikira Abang yang sering jualan di depan sekolah kali ya."
"Kan jadi kangen abangnya, kamu sih," kata Bastian sambil memajukan bibirnya.
"Padahal baru dua hari ya kita dateng ke sini, tapi udah kangen aja sama hal-hal yang kita tinggalin di Indonesia," kata Gisel.
"Ya namanya juga manusia, kalau belum kehilangan mana sadar. Makanya kamu harus memperlakukan aku sebaik-baiknya biar nanti gak nyesel kalau aku tinggalin."
"Emangnya kamu mau kemana? Kamu bisa ninggalin aku?"
"Aku ninggalin kamu bukan karena kehendak aku sendiri, tapi kehendak yang diatas bisa jadi."
"Kamu sakit parah? Sejak kapan? Aku harus mempersiapkan segala hal dari sekarang," kata Gisel heboh.
"Mempersiapkan apaan?"
"Mempersiapkan pacar baru lah. Aku gak mau lama-lama jomblo," kata Gisel sambil tertawa.
"Anjir kamu yang tega sama aku! Kamu jahat dek!" Kata Bastian sambil berakting nangis.
Indonesia...
"Kira-kira, Gisel sama Bastian betah gak ya di sana?" Tanya Tiara.
"Biasanya Lo paling anti kalau ada Gisel, ngapa sekarang malah Lo yang seakan-akan paling kehilangan?" Tanya Rendi.
"Gak tahu, Gue cuma ngerasa hampa aja kalau gak berantem sama Gisel. Sepenting itu ternyata Gisel di hidup Gue," jawab Tiara. Sejak William mengumumkan bahwa Gisel telah pindah ke luar negeri, Tiara merasa sedih dan kecewa.
"Itu berarti kalian punya ikatan batin yang kuat. Gue yakin Gisel pasti kangen juga sama Lo," kata Wulan.
"Temen duduknya Gisel sama Bastian siapa namanya?" Tanya Wulan.
"Andre sama Indah," jawab Reihan.
"Iya mereka, mereka nangis kejer kaya orang kesurupan anjir serius Gue," kata Wulan dengan tatapan yang serius.
"Satu sekolah pada gempar, dikiranya dia beneran kesurupan," lanjutnya.
"Tapi mereka kan yang paling deket sama Gisel dan Bastian? Wajar sih, tapi si Nayara sama si William kuat yah. Kagak nangis tuh bocil," kata Tiara.
"Mereka nangis, cuma ya gak di publish aja. Bikin malu image mereka aja," kata Rendi.
"Besok katanya ada pemilihan best couple ya, Rei?" Tanya Wulan kepada Reihan.
"Iya, tapi jangan di kasih tahu siapa-siapa yah," jawab Reihan.
"Enak banget punya temen osis, bisa di tanya-tanya kalau lagi ada sidak," kata Rendi sambil menepuk bahu Reihan.
"Kebetulan aja tahu dan kebetulan juga kalian yang nanya. Jadi ya sekalian jawab aja biar gak banyak tanya," kata Reihan.
"William sama Nayara mana?" Tanya Tiara.
"Nayara lagi nemenin William rapat, William pingin ngajak Nayara diskusi tentang almameter yang bakalan di buat sama tim bola basket," jawab Reihan.
"Lo masih muda ya ternyata," kata Rendi dan mendapat tatapan membingungkan dari seluruh temannya.
"Apaan anjir maksudnya? Lo ngipi ya?" Teriak Tiara.
"Gue udah tua, Gue kangen sama temen Gue yang udah pada sukses," kata Rendi.
"Wulan kayanya pacar Lo kerasukan deh. Lihat matanya jadi melotot gitu," kata Tiara.
"Ihh Rei tolongin pacar Gue dong, kayanya dia kerasukan arwah mantan kakel kita dulu," kata Wulan heboh. Wulan hampir menangis.
"Ihh Ren Lo seriusan kerasukan nih?" Tanya Reihan.
"Ya kagak lah anjir, yakali," kata Rendi sambil tertawa. Memang dasar prik!
"Anjing! Untung Gue gak teriak!" Kata Tiara yang sangat kesal.
"Sayang kamu bikin panik aja tahu gak! Aku mau nangis hiks," kata Wulan dan sedang menangis sekarang.
"Eh sayang iya iya maaf aku kan cuma bercanda aja. Jangan nangis dong," ucap Rendi berusaha menenangkan kekasihnya.
"Hayo loh Ren, Wulan ngambek. Jangan di maafin dia Lan. Ngelunjak entar," kata Reihan.
"Ehh jangan gitu dong, kalau kamu marah sama aku nanti siapa yang jajanin cimol? Kamu mau beli cimol gak pulang sekolah? Aku temenin sampe kamu puas deh," kata Rendi.
"Bener yah? Awas kalau boong," kata Wulan dengan suara khas orang habis menangis.
"Iya janji, sini hapus dulu air matanya. Jangan ngambek lagi ya maafin aku," kata Rendi lalu memeluk Wulan.
"Gue mau keluar yah, mau ada rapat osis," kata Reihan dan pergi setelah mengelus rambut Tiara.
"Gue juga nih, mau latihan basket," kata Rendi dan menyusul Reihan.
"Reihan sekarang makin sibuk ya?" Tanya Wulan.
"Iya lah, kan dia osis dan pemain voli," jawab Tiara.
"Lo kesepian gak? Jarang ketemu kan sama Reihan?"
"Kalau kesepian sih nggak, soalnya dia kalau lagi sendirian pasti selalu nelpon Gue dan juga dia sering nyamperin Gue ke rumah. Ya gak gitu terasa sih Gue. Kalau jarang ketemu sih udah jelaas lah, secara dia jadwal nya kaya presiden aja," jawab Tiara.
"Tapi Gue juga salut sih sama Reihan, biarpun dia sibuk dia tetep bisa luangin waktu buat Lo."
"Emangnya Rendi gimana?"
"Dia jadwal nya gak padet-padet amat tapi tetep aja jarang ketemu sama Gue. Bahkan kalau telfonan juga Gue yang ngeduluin."
"Mungkin dia emang butuh waktu sendiri kali. Coba Lo tanya ke dia, apa yang bikin dia kaya gitu. Bikin Rendi terbuka sama Lo. Tapi, nanti Lo jangan khianatin dia," ucap Tiara sambil terkekeh.
"Mungkin itu yang bikin Rendi gak terlalu terbuka sama Gue, dan itu gak masalah bagi Gue. Gue juga belum bisa buat terbuka sama Rendi," jawab Wulan.
"Di dalam sebuah hubungan, yang paling penting itu komunikasi, gak boleh egois."
"Wihh saran Lo emang gak pernah gagal."
"Saran dari ayang bebeb Gua sih," jawab Tiara.
"Beruntung banget Lo sama Nayara sumpah," kata Wulan sambil menatap Tiara.
"Maksudnya?"
"Ya kalian pacaran sama goodboy, sedangkan Gue malah dapet pacar sengklek kek Rendi," jawab Wulan sambil mengembungkan pipinya.
"Yaudah Rendi mending kasih temen Gue aja kalau gitu. Lo gak sayang lagi kan sama dia?" Goda Tiara.
"Ehh jangan dong gila! Bukan gitu maksud Gue. Gue sayang Cuma ya agak disayangkan aja Gue dapetnya modelan Rendi. Gue sayang kok banget banget malahan," omel Wulan.
"Iya iya deh, gajadi ya berarti Gue kenalin Rendi ke temen Gue?"
"Awas aja kalau Lo berani, Gue kulitin badan Lo terus Gue goreng biar bisa dijual! Lumayan tuh buat bekel bulanan."
"Kampret ye Lu!"
****
"Makasih ya dek udah bantu ngedesign almameter kita," kata Ketua tim basket yang bernama Ken.
"Sama-sama Kak," jawab Nayara dan membalas uluran tangan Ken.
"Lo udah makan belum? Gue beliin makanan yah. Itung-itung buat ucapan terimakasih juga karena Lo udah bantuin Gue," tanya Ken.
"Gak usah Kak, Gue sama dia mau makan berdua aja," jawab William.
"Yah yah Will, gak enak nih Gue sama Nayara, sekali aja ya? Gue bakal lebih nyaman kalau seandainya butuh bantuan dia lagi," mohon Ken.
"Iya boleh kok Kak. Gapapa kan Will?" Kata Nayara dan menatap William dengan senyuman. William yang luluh akhirnya menyetujui permintaan Nayara.
"Mau pesen apa? Pesen aja sepuasnya," kata Ken.
"Gue mau pesen siomay aja, kamu mau apa?"
"Samain kaya kamu aja deh," jawab Nayara.
"Tunggu sebentar ya biar Gue yang pesenin," kata Ken.
"Kamu tumben mau diajak makan sama orang lain?" Tanya William. Nayara sangat sulit jika diajak makan oleh orang yang tak ia kenal.
"Kan dia partner kamu, lagian aku juga belum makan dari tadi pagi," jawab Nayara.
"Haha, maaf ya aku lupa beliin kamu sarapan. Tapi perut kamu gapapa kan?" Tanya William sambil mengusap perut Nayara.
"Nayara hamil?" Teriak Ken dan membuat seluruh siswa menatap mereka.
"Enak aja Lo! Nayara tadi belum sarapan makanya Gue nanya begitu!" Teriak William tak kalah keras.
"Bener Nay?"
"Iya Kak, tadi saya belum makan. Jangan mikir yang macem-macem," kata Nayara.
"Hehe maaf ya semua," kata Ken lalu kembali duduk dengan rasa malu.
"Maaf ya Nay, Will. Abisnya si William ngelus perut Lo kaya gak berdosa jadinya Gue kan curiga," kata Ken.
"Makanya, besok-besok Lo cari tahu bener apa nggak rumornya. Lagian kita gak pernah ngapa-ngapain juga 'kan?"
"Iya maaf, nih dimakan ya siomaynya. Kalau kurang boleh tambah," kata Ken.
"Kak Ken Gue gak di traktir nih?" Tanya Rendi yang langsung duduk di sebelah William.
"Siape Lu?" Balas Ken dan ditertawakan oleh Nayara dan William.
"Ihh jahat banget Lu Kak. Gue juga mau ya Kak? Gue laper nih," kata Rendi.
"Yaudah sana, gak modal banget jadi cowok!"
Setelah selesai makan, William dan Nayara kembali ke kelas duluan.
"Prik banget kan ketua tim aku? Malu banget sumpah ngenalin dia ke kamu," kata William.
"Nggak kok, Kak Ken humoris. Jadinya nyaman kalau kerja bareng dia," jawab Nayara.
"Besok kita bakal ikutan best couple, kamu udah tahu?"
"Udah, Tiara yang ngasih tahu barusan. Heboh banget," jawab Nayara.
"Aku pingin jadi best couple nih," kata William.
"Kenapa?" Tanya Nayara sambil menatap William.
"Biar bisa dansa sama kamu. Tahun lalu kamu kan dansa sama mantan kamu," kata William dan membuat senyum Nayara yang tadinya merekah mendadak pudar.
"Jesse lagi Jesse lagi. Apa yang harus Gue lakuin biar Jesse musnah dari pikiran Gue?" Tanya Nayara dalam hati.
"Hei, kok bengong?" Tanya William sambil melambaikan tangannya di depan wajah Nayara.
"Nggak papa, keinget sesuatu aja tadi," jawab Nayara.
"Pulang sekolah mau jalan berdua gak?" Tanya William.
"Nggak deh Will, aku mau belajar. Kalau udah selesai ujiannya baru kita jalan lagi, yah?" Jawab Nayara dan diangguki William.
"Aduh princess Mama baru pulang. Dianter siapa?" Tanya Sherina yang langsung menyambut heboh anaknya yang baru saja pulang sekolah.
"Dianter William Ma. Mama kok tumben pulang gak sama Papa?" Tanya Nayara.
"Papa masih ada kerjaan di Amerika, sama Kak Nathan tuh. Mama kesepian di Afrika, makanya Mama mutusin balik kesini biar bisa sama kamu," jawab Sherina.
"Owh Naya cuman pelampiasan kangen doang berarti? Kalau Mama gak kesepian gak inget Naya dong?"
"Kok ngomongnya gitu sih? Mana ada, Mama selalu kangen sama kalian bertiga. Udahlah kamu taruh tas, ganti baju. Abis ini kita ke rumah William," kata Sherina.
"Ngapain Ma?" Tanya Nayara.
"Mau sungkeman sama calon besan," jawab Sherina.
Nayara lalu melakukan semua yang diperintahkan oleh ibunya. Sesuai perkataan Sherina, mereka telah sampai di depan pintu rumah megah milik keluarga Ackerley.
"Lah udah nyampe aja, sini-sini masuk," kata Adele.
"William dan Justin kemana?" Tanya Sherina dan duduk di ruang tamu bersama Nayara dan Adele.
"Mereka berdua lagi ada di kamar. Nayara, sana cari William di kamarnya," kata Adele.
"Nggak deh tante, saya di sini aja," jawab Nayara.
"Malu ya? Gapapa nak, kamu juga udah sering nginep di sini kan?"
"Iya bener tuh, udah sana."
"Tapi Ma..."
"Ck! Udah sana," kata Sherina. Mau tidak mau Nayara harus menuruti semua perintah Mamanya.
Nayara berjalan ragu kearah kamar William. Setelah sampai, Nayara berhenti dulu di depan pintu kamar William dan menatap datar pintu itu. Adele yang memerhatikan Nayara menjadi gemas sendiri.
"William ada yang nyari kamu nih," teriak Adele.
"William keluar dulu sayang."
Pintu terbuka dan menampakan William yang sepertinya baru selesai mandi.
"Sayang?" Panggil William kaget, begitu pun Nayara yang langsung memundurkan badannya.
"Hai, William," sapa Nayara canggung.
"Nah itu yang nyari kamu. Ajak masuk sana," goda Adele.
Namun, sebelum itu William terlebih dahulu menyapa Sherina. Lalu ia mengajak Nayara masuk ke kamarnya.
"Kamu ngapain ke sini?" Tanya William.
"Kata Mama mau ketemu sama tante Adele. Mama baru sampe dari Afrika," jawab Nayara.
"Owh, kamu mau makan apa? Atau mau ngemil apa? Biar aku ambilin," kata William.
"Gak usah, aku gak laper," jawab Nayara.
"Guling aku di mana ya?" Tanya William sambil mencari-cari guling favoritnya.
"Kamu laundry gak?" Kata Nayara yang juga mulai mencari guling milik William.
"Nggak deh perasaan. Owh iya!"
"Kenapa?" Tanya Nayara lalu menatap William aneh.
"Aku lupa kalau guling yang lama aku buang. Aku punya guling baru yang lebih real," kata William.
"Kan ini guling baru aku," ucap William lalu menggendong Nayara ala bridal style.
"Ahhkk! William lepasin," kata Nayara yang memeluk leher William erat.
"William please," mohon Nayara dengan mata melas.
William lalu menjatuhkan Nayara di atas tempat tidurnya dan menindih badan Nayara. Wajah mereka berdekatan dan mereka bisa saling merasakan napas satu sama lain.
"Will…" ucap Nayara lirih.
"Hmm?" jawab William sambil membelai wajah Nayara.
Nayara mengalihkan pandangannya dan William tersenyum melihat kekasihnya yang sepertinya malu dengan posisi mereka saat ini.
"Look at me babe," panggil William dan Nayara menuruti keinginan William.
"Kamu kelihatan cantik kalau di lihat dari atas," kata William lagi.
Dengan kekuatan yang sudah di kumpulkan Nayara sejak tadi, Nayara berhasil menyundul kepala William dengan kepala miliknya.
"Akkh!"
"Makanya jangan macem-macem!" Bentak Nayara.
"Kan aku cuma godain kamu aja. Sakit banget Sayang," kata William.
"Maaf, mana yang sakit?" Nayara lalu mendekat ke arah William dan membelai kepala William.
"Yang ini," kata William sambil menunjuk dahinya yang biru.
"Astaga, parah banget. Maaf ya Will. Kamu sih pake segala kaya gitu," kata Nayara.
"Pingin peluk," rengek William.
Nayara lalu membawa tubuh William ke pelukannya. Nayara dengan sayang membelai kepala William. Ia melihat pantulan dirinya dan William yang sedang berpelukan di cermin. Nayara lalu mengambil HP nya dan memfoto pantulan dirinya dan William.
"Post kali ya?" Tanya Nayara pada dirinya sendiri.
Nayara lalu memposting foto itu di akun instagram miliknya. Belum ada lima menit, postingan Nayara sudah di banjiri like dan coment dari penggemar hubungan mereka. Nayara lalu terus membelai kepala William dengan senyuman yang terukir manis di wajahnya.
Keesokan harinya...
"Ihh lihat nih Nayara sama William. Emang pasangan idaman banget sih," kata Santi.
"Apanya yang idaman? Kaya lonte baru ada!" Sewot Rani.
"Ihh ada yang sirik nih," kata Tiara yang baru saja datang bersama Nayara.
"Apa sih Lo? Emang bener kan temen yang jalan di sebelah Lo itu lonte! Kalau Gue jadi Lo sih Gue gak mau temenan sama dia," kata Rani.
"Yaudah kalau Lo gak mau gapapa. Nayara juga gak mau temenan sama manusia modelan kaya Lo," kata Tiara dan diselingi dengan kekehan mengejek.
"Lo…"
"Udah deh Rani, Lo jangan nyari masalah sama Nayara bisa kan?" Kata salah satu teman kelas Nayara.
"Lo kalau memang iri yaudah bilang aja, lagian Lo juga gak sebagus Nayara kok. Lo juga gak cantik," kata yang lainnya.
"Kenapa semua jadi bela Nayara sih? Jelas-jelas di sini tuh Rani yang jadi korban," teriak Santi.
"Santi, Lo gak sadar kalau sebenernya Rani cuma manfaatin Lo aja? Rani selalu ngajak pergi Lo biar Lo bayarin semua apa yang dia mau," kata Tiara.
"Nggak ada kaya gitu! Gue tulus kok temenan sama dia," kata Rani.
"Gue ada bukti kalau Rani cuma manfaatin Lo aja Santi. Nih Gue kasih tahu," kata salah satu siswa dan mengeluarkan sebuah speaker bluethoot.
Pesan suara…
"Lo beneran mau ngajak si nolep?" Teman Rani.
"Nolep? Maksud Lo?"
"Santi."
"Owh, ya Gue ajak lah. Kalau gak ada si nolep Gue gak jajan."
"Jahat banget Lo Ran, kasihan anak orang."
"Lagian siapa suruh jadi bodoh? Di bodohin sama Gue kan jadinya. Hahaha."
"Jadi ini yang sebenernya terjadi di belakang Gue Ran?" Tanya Santi dan mengepalkan tangannya..
"Bukan! Itu bukan Gue! Lo gak percaya sama hal kaya gini kan? Itu bukan Gue percaya sama Gue," kata Rani dengan nada yang bergetar.
"Ini Gue rekam sendiri, karena dulu Gue juga korban kebusukan dia. Dia itu yang sebenernya lonte!" Teriak siswa yang tadi.
"Iya Gue juga tahu dia lonte. Tapi Gue diem karena Gue pikir dia emang tulus temenan sama Gue. Tapi ternyata Gue salah, dia yang selama ini Gue anggep sebagai temen ternyata cuma mau manfaatin kekayaan yang Gue punya. Tega ya Lo Rani sialan!" Teriak Santi dan hendak menampar Rani namun di tahan oleh Nayara.
"Ngapain Nay? Ngapain Lo nahan Gue?" Tanya Santi.
"Masalah gak akan selesai kalau gini caranya. Yang ada Lo malah masuk BK lagi," kata Nayara.
Benar juga apa kata Nayara, peraturan sekolah ini sangat ketat. Santi menatap tajam ke arah Rani dan melewati Rani begitu saja. Semua orang yang tadinya berkumpul kini sudah kembali duduk dan belajar di bangku mereka masing-masing.
"Nay, harusnya Lo tadi jangan cegah Santi. Biarini sekalian Rani di tampar," kata Tiara.
"Nanti dia di laporin ke BK," jawab Nayara.
"Iya sih. Tapi Gue gak peduli sih sekarang, kan Lo udah gak ada yang gangguin lagi sekarang. Seminggu lagi Lo ikut kan camping? Parah sih kalau gak ikut," kata Tiara.
"Jelas lah Gue ikut," kata Nayara.
"Ini baru Nayara Gue. Owh ya, nanti vote Gue sama Reihan di pemilihan best couple."
"Iya."