Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 105 - Bab 104

Chapter 105 - Bab 104

Seperti biasa, setiap memasuki tahun ajaran baru SMA Semesta akan mengadakan kegiatan camping dan pemilihan dari best couple. Banyak pasangan yang mendaftarkan diri sebagai kandidat best couple of the year.

"Menurut Lo, yang bakal jadi pemenangnya siapa?" Tanya Gusti anggota osis kepada Reihan.

"Sejauh ini banyak yang vote Nayara sama William sih," jawab Reihan sambil terus mengamati grafik voting.

"Emang mereka tuh power nya kuat banget gila. Padahal baru beberapa bulan jadian."

"Mereka baru jadian satu bulan," kata Reihan.

"Seriusan? Perasaan Gue sering ngelihat mereka pulang bareng deh."

"Itu karena William pingin aja. Mereka baru jadian waktu William di rumah sakit. Sekitar dua bulanan deng," kata Reihan.

"Gue pingin deh punya cewek kaya Nayara. Udah kalem, cantik, pinter, perfect pokoknya."

Reihan hanya menghiraukan ocehan teman-temannya dan memilih untuk fokus ke grafik yang terus bertambah.

"Tahun ini yang vote bener-bener di luar ekspetasi kita sih. Tahun kemarin cuma setengah dari siswa, bahkan gak sampe setengah," kata ketua osis.

"Dua tahun lalu banyak yang vote karena ada Kak Nathan sama Kak Bella. Kemarin couple nya emang ngebosenin sih, kalau Jesse sama Nayara belum putus, mungkin aja kaya sekarang."

"Keluarganya Nayara berpengaruh besar ya di sekolah ini. Mereka bisa jatuhin atau naikin harga dan partisipan. Keren sih memang mereka."

"Iya kan goodlooking. Coba kalau Gue, mana ada yang mau vote."

"Mau sama Lo aja Gue ogah fiks."

"Jahat."

"Katanya pengumuman best couple of the year bakal di umumin hari ini! Gak sabar banget ngelihat Kak Nayara sama Kak William naik ke atas panggung," kata salah satu siswi.

"Gila pasti pecah banget!!" Sahut yang lainnya.

"Tuh Nay denger, adik kelas aja pada exited kalau Lo menang. Lo kok biasa-biasa aja sih?" Tanya Tiara yang berjalan di sebelah Nayara sambil membawa minuman boba favoritnya.

"Bukannya gak exited, tapi kalau bukan Gue yang menang kan malu," jawab Nayara.

"Owh, ehh Gue mau nyamperin pacar Gue dulu. Bye-bye," kata Tiara lalu berlari menghampiri Reihan dan meninggalkan Nayara.

Nayara tersenyum ke arah Reihan dan Tiara karena kelakuan lucu mereka. Nayara memiliki firasat jika pasangan yang akan menjadi best couple of the year adalah mereka.

"Hei, kok bengong?" Bisik William di telinga Nayara.

"Ngelihatin mereka tuh," jawab Nayara sambil menunjuk Tiara yang sedang merengek kepada Reihan dengan dagunya.

"Mau kaya gitu juga?"

"Nggak kok, kamu udah selesai rapat? Design aku jadi di pake buat almameter basket gak?"

"Hmm sebenernya nggak, soalnya ada yang lebih bagus dari design kamu," kata William yang berniat bercanda.

"Owh," terlihat raut kekecewaan di wajah manis Nayara.

"Pffft! Nggak lah Sayang, mana mungkin design kamu gak kepilih. Design kamu yang paling bagus kata semua anggota," kata William sambil tertawa. Nayara masih diam berdiri dan mematung, dan tak berniat tertawa menanggapi candaan William.

"Iya maafin aku, aku cuma bercanda. Aku suka kalau ngelihat kamu lagi cemberut," kata William sambil memainkan pipi Nayara.

"Bercandanya gak lucu," kata Nayara dan membuat William yang tadinya tertawa keras diam seribu bahasa.

"Maaf Sayang, aku gak bermaksud. Kamu gak percaya kalau design kamu paling bagus? Sini aku tunjukin chat waktu Kak Ken bilang itu yang dipake," kata William.

"Iya aku percaya," kata Nayara dengan senyuman yang merekah.

"Aku pikir kamu beneran marah tadi," kata William sambil menghela napas lega.

"Emang marah beneran, emang ada marah bohongan?"

"Nggak, aku janji gak bakal ngerjain kamu mulai sekarang," kata Willam lalu mengandeng Nayara untuk kembali ke kelasnya.

****

"Justin!!!" Teriak salah satu teman kelas Justin.

"Mau minta tanda tangan? Kan udah Gue kasih kemarin," kata Justin tanpa menoleh sedikit pun.

"Geer banget sih jadi orang! Gue ke sini tuh mau minta tolong kasihin ini ke Kak Saka. Dia temenan deket kan sama Lo?" Kata teman Justin.

"Owh kirain mau minta tanda tangan Gue. Btw, buat Gue mana?"

"Beli sendiri lah, Lo kan kaya," kata teman Justin lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih atau apa pun.

"Iya sama-sama!"

Justin pun berjalan ke arah kelas Saka, yang letaknya di lantai dua. Sepanjang tangga, Justin terheran-heran karena ada banyak orang yang mengantri. Justin terus berjalan hingga ia sadar jika antrian tersebut datangnya dari kelas Saka.

"Justin!" Panggil Karin.

"Ada apa nih Kak, kok pada ngantri? Mau bagi-bagi apa?" Tanya Justin yang sungguh tidak tahu.

"Ini tuh fans clubnya Saka, tuh lihat aja bahkan adik kelas yang baru masuk aja udah pada berani ngasih Saka hadiah," jawab Karin.

"Ini juga hadiah dari temen Gue. popularitas Gue sekarang anjlok gara-gara Kak Saka masuk ke sekolah ini," kata Justin.

"Sekarang Lo udah kelas sebelas, wajar aja semua pingin nyari yang baru," kata Christ.

"Iya nanti Gue makan. Makasih ya."

"Kak boleh foto gak?"

"Iya boleh."

"Kak jadiin saya pacar kakak dong."

"Iya, kalau cocok yah."

"Iyuhh," kata Karin, Christ, dan Justin bersamaan.

"Fiks ini harus Gue kirim di grup sih, biar Kak Saka di cepuin satu tongkrongan," kata Justin yang mulai kesal.

"Lo belum ada sepuluh menit loh di sini udah emosi. Gimana kita yang harus ngadepin ini setiap hari tanpa henti?" Kata Andrew yang sudah pasrah karena di usir oleh fans Saka.

"Padahal Saka narapidana, bisa-bisanya jadi inceran banyak cewek," kata Karin sambil geleng-geleng kepala.

"Orang sopan aja terbebas dari hukuman, apalagi yang goodlooking. Dia beruntung karena wajahnya yang sempurna," kata Christ.

"Udah lah, bilang aja Lo semua pada iri kan?" Tanya Dita yang datang entah dari mana.

"Udah makan?" Tanya Andrew sambil mengecup pipi Dita.

"Udah barusan," jawab Dita.

"Nggak kok, Gue samsek kaga iri sama bocah tengil kaya dia!" Elak Christ.

"Btw, udah hampir masuk mereka gak di usir aja?"

"Kalau bisa kan udah dari tadi Gue usir tanpa ribet. Mereka batu banget sumpah, stress Gue lama-lama," kata Karin.

"Adik-adik dan teman-teman yang berasal dari kelas lain, dimohon untuk meninggalkan kelas kami karena bel masuk akan berbunyi," kata Dita ala-ala.

Tidak ada yang mendengar.

"Hello, dengar tidak?"

Masih tidak ada yang merespon.

"WOYY ANAK ANJING! KELUAR GAK!" Teriakan Dita sukses membuat semua orang keluar dari kelas itu. Barisan yang tadinya berjajar hingga ke tangga darurat, kini sudah tidak ada lagi.

"Keren Lo, makasih ya," kata Saka kepada Dita.

"Iya sama-sama," jawab Dita.

"Matanya jangan jelalatan," peringat Andrew.

"Yaudah sekarang kamu balik ke tempat duduk kamu. Ngapain masih di sini?" Tanya Andrew kepada Dita.

"Kan kangen kamu, aku mau balik kalau gitu yah," kata Dita dan berjalan ke bangkunya.

Dita lumayan genit, dan itu membuat Andrew kadang merasa sebal. Hampir semua lelaki tampan yang lewat di depan Dita akan digoda oleh Dita, walau pun di depan Andrew sekali pun.

"Cewek Gue emang bener-bener dah," gumam Andrew sambil memijit pelipisnya.

"Nasib ya Ndrew, btw Dita kayanya lebih cocok sama Gue deh," kata Saka dan mendapatkan tatapan tajam dari Andrew.

"Jangan macem-macem ye Lu!"

Saka terkekeh menanggapi ancaman Andrew, sementara Karin dan Christ menggelengkan kepala mereka.

"Ini Lo ngapain masih di sini?" Tanya Christ sambil menatap Justin.

"Gue mau ini boleh gak?" Tanya Justin sambil mengambil kotak yang berisi cokelat.

"Anak pemulung ya Lu?" Tanya Saka.

"Idih enak aja! Kalau Gue mau nih, Gue bisa beli sampe perusahaannya! Lagian cuma cokelat doang elah," teriak Justin,

"Yaudah sana beli kalau gitu," kata Saka dan mengambil kembali cokelat yang sempat di ambil oleh Justin.

"Iya deh nanti Gue bayar. Ini cokelat limited edition loh, kak," rengek Justin.

"Yaudah, sebagai kakak kelas yang baik Gue kasih cokelat ini ke Lu. Udah sana buruan balik," kata Saka. Segera setelah Saka memberikan cokelat untuk Justin, lelaki itu berlari menuju kelasnya.

****

"Oke para hadirin yang saya banggakan. Hari ini adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh semua siswa. Bener gak?" Tanya Ketua Osis.

"Bener!!!!"

"Supaya waktu gak keburu habis, Kakak bakalan umumin siapa yang jadi best couple of the year. Gue yakin nih semua pasti udah tahu kan siapa yang menang? Ayo kita sebut namanya bareng-bareng. Satu.... dua.... tiga...."

"Pasangan Nayara dan William!!! Beri tepuk tangan untuk pasangan kita. Silahkan Nayara dan William naik ke atas panggung untuk menerima hadiahnya," kata ketua osis.

"Ciee cieee!!! Ini nih pasangan kita yang sesungguhnya!" Teriak Rendi dari bawah panggung.

"Biar pun Gue gak menang, seenggaknya pasangan favorit Gue menang. Uuuu!" Teriak Tiara.

"Silahkan pidatonya Will. Selamat yah buat kalian. Gue juga fans kalian btw," kata ketua osis itu.

"Kak William!!!!"

"Kakk Nayara sama Kak William emang gak ada lawan!!!!"

"Oke oke semuanya tenang yah. Pertama-tama Gue mau ucapin terimakasih banyak sama semua yang udah vote kita, dan mendoakan hubungan kita berdua. Gue juga beruntung banget bisa hadir diantara orang baik kaya kalian. Jadi sekali lagi Gue ngucapin terimakasih buat temen-temen dan adik kelas semuanya," kata William.

"Kamu gak?" Tanya William dan Nayara hanya menggeleng.

"Oke, itu tadi pidato yang disampaikan oleh pasangan kita. Selanjutnya akan pengumuman mengenai camping yang akan di sampaikan oleh guru-guru yang bersangkutan."

"Ciee William!! Apa tuh hadiahnya?" Tanya Rendi yang sepertinya sangat tidak sabar melihat hadiah yang didapat oleh William dan Nayara.

"Bentar Gue buka dulu," William dengan telaten membuka satu persatu bungkus kotak yang ada di tangannya.

"Apa tuh isinya?"

Semuanya termenung menatap hadiah yang di dapat oleh William. Dengan cepat Nayara menyembunyikan semua benda itu di kolong mejanya.

"Anjir, ekstrim juga yah hadiahnya. Haha," ucap Tiara sambil tertawa canggung.

William dan Nayara menatap satu sama lain. Mereka malu.

"Apaan isinya Will?" Tanya Rendi.

"Gue gak perlu kasih tahu Lo. Intinya itu hadiah sakral banget," ucap William.

"Tapi Gue penasaran, lihatin ke Gue dong," kata Wulan yang datang bersamaan dengan Reihan.

"Gak usah! Kalian gak perlu tahu hadiahnya apa ya," kata Tiara.

"Ck! Gue penasaran," Wulan menarik paksa hadiah itu dari Nayara.

"Gue pingin tahu sesakral apa sih hadiahnya sampe Gue gak boleh lihat," kata Wulan dan mengambil isi hadiah itu. Wulan tercenganng dan segera melempar hadiah yang tadi ia ambil dengan paksa.

"Hadiah macam apa itu? Jijik banget," teriak Wulan yang sudah terduduk di lantai.

"Kan udah Gue bilang kalian berdua gak perlu tahu apa itu. Kasihan banget Gue sumpah sama Lo," kata Tiara dan membantu Wulan berdiri.

Sedangkan Reihan sedang meminum airnya dengan cepat.

"Kondom dan testpack buat apa anjir?" Tanya Reihan dengan tangan yang gemetar.

"Kan Lu osis ngapa nanya kita? Kita aja yang otaknya sudah terkontaminasi masih syok dan tidak bisa percaya," jawab Rendi.

"Dapet hadiah apa kamu Nay?" Tanya Pak Arya.

"Ehh ada bapak Arya ganteng disini. Siang pak," sapa Tiara.

"Siang, dapet apa hadiahnya?" Tanya Arya dan mengintip ke tangan Nayara.

"Bukan apa-apa kok pak! Gak penting juga bapak tahu. Kita permisi duluan ya pak," kata William dan menarik Nayara keluar dari kelasnya.

Mereka sampai di rooftop, tempat favorit mereka.

"Gila sih yang bikin acara," kata William sambil membuang hadiah itu di tempat sampah.

"Ngapain coba buang-buang uang cuma buat beli ginian? Nggak sesuai banget sama peraturan sekolah," omel William yang sepertinya akan berlangsung lama.

"Kamu gak suka sama hadiah itu?" Tanya Nayara dan di tatap oleh William.

"Maksud kamu?"

"Kamu emang nggak mau gitu?" Tanya Nayara yang menahan tawa karena raut wajah William yang berubah menjadi sangat serius.

"Bercanda William. Mereka cuma mau ngerjain kita doang. Hadiah sebenarnya ada di aku, nanti aku kasih," ucap Nayara.

"Kok bisa?"

"Mereka maunya nyuruh kamu buat buka hadiahnya di depan semua orang, biar kamu salting. Tapi kamu malah narik aku ke kelas," jawab Nayara.

"Apa kalau gitu hadiahnya?"

"Nanti aku kasih, sabar dong."

"Kalau masalah gini aku gak bisa sabar loh sayang. Cepetan kasih tahu aku, atau…." William mendekatkan langkahnya ke arah Nayara, dan membuat gadis itu melangkah mundur.

"Atau aku bakal kejar kamu! Sini kamu," William mengejar Nayara yang berlari keliling rooftop hingga dirinya tidak bisa menemukan lagi celah untuk lari dari William.

"Nggak bisa kabur 'kan?"

"Will, oke oke aku bakal kasih tahu hadiahnya sekarang. Tapi kamu menjauh dulu. Aku takut William," kata Nayara yang sedikit takut dengan William yang terlihat seperti psikopat.

"Gak mau! Aku pingin makan kamu. Aaahh," William meraih tangan Nayara dan berpura-pura menggigitnya.

"William aku beneran takut, hiks."

"Ehh Sayang kok malah nangis? Maaf maaf astaga," kata William yang sedang terkekeh lalu membawa Nayara ke dekapannya.

"Iya maafin aku yah, Sayang," kata William dan masih dengan nada yang hampir tertawa lepas.

"Cup cup jangan nangis dong cantiknya aku. Kamu mau es krim? Cokelat? Atau apa aku beliin deh sekarang," kata William mencoba membujuk Nayara.

William lalu mengajak Nayara ke dalam mobilnya lewat tangga darurat. Kegiatan di sekolah telah usai, mungkin hanya ketua club dan panitia osis yang masih berada di sekolah.

"Mau nelfon Gisel gak?" Tanya William yang masih berusaha membujuk Nayara.

"Atau mau main ke rumah aku?" Nayara mengangguk. William melajukan mobilnya ke arah rumahnya. Di sana sudah ada mobil Sherina yang terparkir rapi di garasi mobil.

"Tante Sherina kayanya ke sini lagi deh," kata William lalu masuk sambil merangkul pinggang Nayara.

"Halo Tante," sapa William kepada Sherina yang sedang mengobrol dengan Mamanya.

"Halo, lah Naya? Kenapa gak langsung pulang?" Tanya Sherina.

"Mau ngambil barang, kemarin waktu main ke sini ketinggalan," jawab Nayara.

"Yaudah sana ambil dulu barangnya. Nanti langsung turun loh jangan diem di kamar," kata Adele dan tertawa bersama Sherina.

"Kalau gitu kita mau naik dulu ya," kata William dan langsung menuju kamarnya bersama Nayara.

"Sini peyuk dulu bayi aku," kata William sambil memeluk Nayara.

"Udahan kan marahnya?" Tanya William dan membawa Nayara ke pangkuannya. Sementara dirinya duduk di ujung kasur.

"Iya udah nggak," jawab Nayara yang masih setia memeluk dan menaruh dagunya di bahu lebar William.

"Kamu kan baru makan pagi aja, mau makan siang apa? Aku pesenin," kata William sambil mengelus rambut Nayara.

"Mau makan capcay," jawab Nayara.

"Oke, aku pesenin yah," kata William lalu mengutak atik ponselnya.

"William," panggil Nayara namun tidak ada sahutan dari William.

"Will," Nayara mencoba memanggil William sekali lagi. Karena khawatir, Nayara mendongakkan kepalanya dan melihat William yang sedang tersenyum.

"Aku manggil kamu loh tadi," kata Nayara.

"Masa manggil nama? Panggil Sayang dong, ayo coba," kata William dan di respon dengan gelengan kepala oleh Nayara.

"Kalau kamu masih manggil nama aku, aku gak bakal noleh sampe kamu manggil aku dengan sebutan Sayang. Aku serius dalam hal ini," kata William.

Cup!

Nayara mengecup pipi William.

"Apa itu tadi?" Tanya William yang masih tercengang.

"Itu... Hadiahnya."

****

Nathan dan Freya akan menghabiskan malam terakhir mereka di kota New York. Nathan sudah berjanji jika dirinya akan menyelesaikan pekerjaannya lebih awal agar bisa menemani Freya dan putri-putrinya.

"Nathan aku makan di restoran itu, boleh?" Tanya Freya.

"Iya boleh, ayo," kata Nathan dan mengajak Freya masuk ke dalam restoran itu.

Setelah selesai makan, mereka berdua melanjutkan kegiatan mereka dengan berkeliling dan membeli beberapa barang untuk oleh-oleh. Janji yang di buat oleh Freya dan Bastian harus di batalkan, karena waktu itu Nathan tidak punya waktu dan tidak mengizinkan Freya untuk pergi sendiri.

"Kenapa kamu ngelarang aku pergi sama Bastian waktu itu?" Tanya Freya yang tengah memakan es krimnya. Pasangan itu terlihat sangat mewah dan serasi. Freya mengenakan jaket bulu tebalnya, sementara Nathan dengan setelan jasnya sambil mendorong kereta bayi.

"Aku gak mau kamu sama anak-anak kenapa-napa," jawab Nathan.

"Tapi kan ada bodyguard kamu yang bakal jagain aku," kata Freya.

"Tetep aja bikin aku khawatir. Kamu sama anak-anak itu nyawa pertama aku. Kalau kalian bertiga kenapa-napa, sama aja itu bikin aku mati pelan-pelan," ucap Nathan dan sesekali mengelap bibir Freya yang belepotan.

"Makasih ya udah khawatir sama kita. Kamu mau gak?" Tanya Freya sambil menyodorkan es krimnya.

"Nggak usah, makan aja. Kalau kurang tinggal bilang. Suami mu yang tampan ini sudah menjadi sugar daddy," ucap Nathan.

"Gak jadi kagum Gue sumpah. Padahal barusan aja Lo tuh keren Nath Nath," ucap Freya sambil menggelengkan kepalanya.

"Dosa loh pake Lo Gue sama suami," kata Nathan.

"Bodo amat! Juga Gue yang nanggung semua dosanya."

"Freya, kamu mau di hukum nanti? Apa perlu sampe kamu gak bisa jalan dan harus stay di atas tempat tidur kaya waktu itu?" Tanya Nathan yang menurut Freya sangat horror.

Freya tidak ingin di hukum oleh suaminya itu lagi. Dia kapok, terakhir kali Freya benar-benar tidak bisa berjalan hingga tiga hari lamanya.

"Jahat banget kamu sama istri," kata Freya.

"Tapi hukumannya enak kan, Sayang?" Goda Nathan.

"Bagi kamu iya, tapi bagi aku itu sebuah penyiksaan! Aku bisa laporin kamu atas tuduhan KDRT loh Nath," kata Freya.

"Kan baru tuduhan, belum terbukti. Aku bakal bikin malem ini sebagai malam yang bener-bener gak bisa kamu lupain selama kamu hidup," bisik Nathan di telinga Freya dan membuat seluruh bulu kuduk Freya naik.

"Berarti nunggu aku mati dulu baru bisa ngelupain malam ini gitu?" Tanya Freya yang tak mau kalah dari suaminya.

"Sampai kita mati Sayang, kita bakal mati bersama," kata Nathan dan memeluk Freya dengan satu tangannya yang selalu memegang kereta dorong Nia Twins.

"Hoooekkk….. hoeeekkk….." tangisan Tania yang terdengar membuat pasutri itu melepas pelukan mesra mereka.

"Nathan kayanya Tania laper deh, aku mau pisang dulu. Ada gak ya dagang buah di sini?" Kata Freya sambil mencari-cari dagang buah.

"Beli di supermarket aja, biar aku suruh bodyguard aku yang beli. Kita balik ke vila," kata Nathan.

"Yah Nath, aku masih mau jalan-jalan," rengek Freya.

"Cuacanya makin malem makin dingin, gak baik bagi kesehatan. Lain kali kalau musim panas aku ajak kamu ke sini lagi," kata Nathan dan di setujui secara terpaksa oleh Freya.

Setelah sampai di vila, Nathan langsung mengambil pisang yang sudah di beli oleh bodyguardnya dan langsung menyuapi Tania dan Sania yang kelaparan.

"Kayanya mereka juga haus deh," ucap Nathan.

"Papanya atau anaknya nih?" Tanya Freya sambil menggoda Nathan.

"Kalau kamu punya tiga susu, aku juga ngikut. Sayangnya kamu cuma punya dua," kata Nathan dan membuat Freya kesal.

"Yaudah kamu cari istri baru aja lagi. Kan ada empat susu," kata Freya.

"Kamu emangnya mau di duain?"

"Ya nggak lah Nathan goblok!"

"Hush, di depan anak-anak gak boleh ngomong kasar!"

"Ish gara-gara kamu tahu!"

Kesarkasan Freya semasa SMA mulai muncul lagi akhir-akhir ini. Bahkan Freya tak bisa menghentikan refleknya berbicara kasar dan melontarkan sumpah serapah ke arah Nathan. Freya juga khawatir, bagaimana nanti jika dia menyumpahi keluarga suaminya?

"Mereka udah tidur tuh, kita juga tidur atau bikin bayi lagi?" Tanya Nathan.

"Belum ada setahun Nathan," kata Freya.

"Kan bulan depan bakal setahun. Biar mereka gak kesepian."

"Aku yang pusing nanti ngurusnya. Bukannya gak mau, tapi aku takut nanti anak aku malah tidak terdidik dengan baik. Mending punya anak sedikit tapi mereka mendapat kasih sayang yang layak. Dari pada banyak tapi gak keurus," jawab Freya.

Mereka berdua sedang ada di balkon kamar vila mereka. Nathan memeluk Freya dari arah belakang. Mereka menatap banyaknya kendaraan yang berlalu lalang dan lampu yang masih menyala terang.

"Kamu bener. Kamu ibu yang hebat," kata Nathan dan menenggelamkan wajahnya di celuk leher Freya.

"Kamu juga ayah yang baik," balas Freya dan membalikan badannya.

Nathan mulai mencium bibir Freya terlebih dahulu. Perlahan ciuman itu berubah menjadi lumatan kasar yang penuh nafsu.