Mentari pagi masuk ke dalam kamar Freya melalui tirai jendela yang berkibar karena terkibas angin. Kegiatan kemarin malam membuatnya sangat pusing dan lemas. Freya melihat jam dinding dan menyadari jika ini sudah siang.
"Anjir Gue kesiangan," kata Freya lalu buru-buru masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Freya lalu segera ke ruang makan dan sudah menemukan Nathan dan putri-putrinya bermain.
"Nathan, mereka udah makan kah?" Tanya Freya.
"Udah, kamu siang banget bangunnya. Kasihan tuh mereka kelaperan tadi pagi," kata Nathan.
"Maafiin Bunda ya sayang, Bunda gak akan bangun siang lagi deh," kata Freya dan mengelus satu-satu kepala putrinya.
"Sekarang mau di panggil Bunda nih ceritanya?" Tanya Nathan.
"Terserah sih mereka mau manggil aku apa. Toh aku tetep ibunya kamu bapaknya," jawab Freya lalu berjalan ke dapur untuk mengambil sarapannya.
"Dihh kok emosi? Kan aku cuma nanya. Salah apa lagi aku yatuhan," kata Nathan pasrah.
"Gak marah kok, cuma aku nyesel bangun kesiangan dan bikin Tania sama Sania kelaperan," jawab Freya yang sudah membawa roti panggangnya dan makan di sebelah Nathan.
"Btw Nath, Niko ada bilang sesuatu gak sama kamu tentang hubungan dia sama Raya?"
"Nggak, emangnya mereka lagi ada masalah?"
"Nggak tahu juga, Raya bilang kalau akhir-akhir ini sikap Nicholas jadi dingin ke dia. Kaya pertama kali ketemu."
"Palingan Nicholas lagi jenuh aja sama tugasnya. Nanti juga balik lagi kaya biasanya," jawab Nathan sambil mengelus pucuk kepala Freya.
"Tapi denger-denger, kisah cinta Nicholas gak pernah berakhir mulus yah?"
"Kalau itu iya bener. Dia pernah di selingkuhin, di manfaatin, di bohongin, bahkan dia juga pernah hampir di culik tante girang," jawab Nathan dengan wajah serius.
"Astaga di culik tante girang bagaimana tuh ceritanya?"
"Intinya gitu deh dia tuh emang goblok kalau masalah cinta-cintaan. Aku juga sebenernya kasihan sama Raya yang malah jadi pacaran sama Niko."
"Kenapa?"
"Ya karena itu lah, takut nanti kisah cinta mereka berakhir tragis."
Freya menganggukan kepalanya dan melanjutkan sarapannya. Mereka bersiap-siap untuk kembali ke Indonesia. Urusan mereka di Amerika telah usai.
****
"Camping kali ini bakal bener-bener kerasa beda. Gak ada Gisel, Bastian, Kak Niko, sama Kak Nathan. Bahkan, Gue dateng ke sini sama pasangan baru Gue," kata Nayara sebelum naik ke dalam bus.
"Nay, Lo di panggil sama Kak Ken tuh," kata salah satu teman kelas Nayara.
"Owh makasih ya," ucap Nayara dan langsung menghampiri Ken yang sedang berdiri dan bersandar di kap mobilnya.
"Kakak katanya nyari saya yah? Ada apa Kak?" Tanya Nayara.
"Owh ini, Gue cuma mau ngasih ini doang sih sebagai ucapan terimakasih Gue ke Lo," kata Ken dan menyerahkan totebag untuk Nayara.
"Terimakasih Kak. Ada yang lain lagi? Kalau nggak saya izin permisi duluan," kata Nayara namun tangan Nayara malah di tahan oleh Ken.
"Mending Lo sama Gue aja naik mobil, dari pada naik bus gak nyaman. Lo gak suka banyak orang 'kan?" Kata Ken yang masih setia memegangi lengan Nayara.
"Gapapa Kak, saya permisi dulu. William udah nunggu," kata Nayara berusaha melepaskan cengkraman kuat Ken.
"William biar Gue yang urus nanti. Sekarang ayo kita habiskan berdua di mobil Gue, yah?" Kata Ken dan membuat Nayara kesal.
Dari jauh, ada William yang menatap tidak suka ke arah Nayara dan Ken. Dirinya ingin menghantam wajah Ken saat ini juga. Namun, William masih harus membantu Reihan terlebih dahulu.
"Kak lepasin tangan Gue!" Perintah Nayara.
"Lo harusnya nurut sama kakak kelas Lo, biar pun Gue udah tamat tahun lalu tapi tetep aja Gue ini lebih senior dari pada Lo," kata Ken dengan mata yang melotot.
"Gue gak peduli, mau Lo kakak kelas Gue atau bukan. Lo tuh harusnya tahu mana sikap yang baik dan mana sikap yang buruk! Katanya lulusan terbaik," kata Nayara pelan namun cukup mengintimidasi.
"Lepasin Gue sekarang sebelum William lihat semua ini," perintah Nayara.
"Memangnya kenapa kalau William lihat? Gue sama sekali gak peduli," kata Ken nyolot.
"Lepasin dia sekarang!" Kata William yang muncul dari arah belakang Ken.
"Ehh Will, Gue cuma…."
Bugh!
Belum selesai Ken berbicara, William sudah terlebih dahulu menghajar Ken. William sudah dengar apa yang Ken sampaikan kepada Nayara, tinggal menunggu waktu yang pas untuk menyerang. Kini, semua orang sedang berkerumun untuk menyaksikan perkelahian antara William dan Ken.
"Nayara Lo gapapa?" Tanya Tiara.
"Iya, Gue gapapa," jawab Nayara.
"Kak Ken mau bikin masalah apa lagi sih?" Teriak salah satu siswi.
"Apa maksud Lo ngomong kaya gitu? Inget, Gue ini senior Lo dan Gue kapten basket!" Teriak Ken tepat di hadapan gadis itu.
"Ken, ayo ikut kita," kata dua orang yang memakai setelan baju polisi.
"Kenapa tuh Kak Ken malah di bawa ke kantor polisi?" Tanya Wulan.
"Dia narkoba," jawab Rendi.
"Dari mana Lo tahu?" Tanya Tiara yang seperti biasa akan sangat tidak percaya jika Rendi melakukan sesuatu yang berguna.
"Gue denger dari mantan kapten voli yang pensiun satu tahun lalu. Kak Ken juga gak seharusnya jadi kapten, itu cuma akal-akalan dia aja," jawab Rendi.
"Terus, sekarang kapten basketnya siapa kalau bukan Kak Ken?" Tanya Wulan.
"Aku," jawab Rendi dan malah di tertawakan oleh pacarnya dan teman-temannya.
"Ngapain ketawa? Gak percaya sama Gue?" Kata Rendi dengan suara lantang.
"Bukannya gak percaya, tapi emang gak bener aja. Ya kali Lo yang ppppftt!!!" Kata Tiara sambil menutup mulutnya karena tertawa.
"Ihh seriusan Gue yang bakal jadi kapten basket," kata Rendi berusaha meyakinkan teman-temannya.
"Demi apa?" Tanya Reihan.
"William gak sih yang harusnya jadi kapten? Biar pun kamu pacar aku, aku tetep gak percaya sumpah Ren," ucap Wulan.
"Tanya William? Will, siapa yang bakal jadi kapten basket?" Tanya Rendi kepada William yang dari tadi sengaja diam karena bersekongkol dengan teman-temannya.
"Gue lah, emangnya Lo bisa jadi kapten?" Jawab William dan membuat Rendi semakin kesal.
"Bercanda Gue, iya yang bakal jadi kapten selanjutnya itu Rendi. Gue gak kepilih karena sering oleng pas main," kata William.
"Sebenernya kita juga udah tahu kok, cuma pingin ngerjain kamu aja tadi. Selamat yah," kata Wulan.
"Selain nistain Gue gak ada kerjaan lain kah kalian?' Tanya Rendi dengan wajah yang masih terlihat kesal.
"Ada kok, cuma ya gak seasik pas ngerjain Lo," kata Tiara yang seperti biasa selalu paling semangat jika mengejek Rendi.
"Ayo anak-anak waktunya berangkat," kata Arya yang sudah siap di atas bus.
Perjalanan mereka berlangsung selama tiga hari. Selama tiga hari juga semua remaja itu membuat kenangan yang tak akan mudah mereka lupakan. Terakhir kalinya mereka akan merasakan kebersamaan ini, sebelum akhirnya lulus dan menempuh jalan hidup masing-masing.
"Kurang banget waktu tiga harinya," kata Sandrina yang sedang merebahkan diri di atas kasur milik Jesse.
"Maunya emang berapa hari?" Tanya Jesse dan duduk di depan komputernya.
"Mau selama-lamanya. Seru banget camping yang sekarang, lebih seru ketimbang yang kemarin," ucap Sandrina.
"Kenapa? Emang apa bedanya?" Tanya Jesse.
"Bedanya, dulu aku sama kamu masih musuhan, dan sekarang aku sama kamu itu satu hati. Seenggaknya aku gak ngabisin waktu sendiri selama camping ini," jawab Sandrina dan mendudukan badannya menghadap Jesse.
"Setelah ini kamu mau lanjut di mana?" Tanya Sandrina.
"Aku mau tetep di Indonesia aja, aku pingin ngelanjutin bisnis Mama," jawab Jesse.
"Gak mau lanjut kuliah?"
"Ya lanjut, sambil kerja."
"Aku juga lagi berusaha buat dapetin beasiswa."
"Semangat yah. Sekarang aku mau istirahat, kamu juga pasti capek kan setelah tiga hari gak tidur nyenyak? Mending kamu balik ke kamar kamu sekarang yah," kata Jesse dan diangguki Sandrina. Sandrina keluar setelah mendapatkan kecupan singkat di bibirnya.
"Salah gak sih Gue masih mikirin Nayara?" Tanya Jesse pada dirinya.
Jesse masih tetap memikirkan tentang Nayara, walaupun dirinya sudah menolak sekuat tenaga. Perasaan yang dirasakannya selama masih berhubungan dengan Nayara terus menghantui Jesse. Jika ingin bertemu Nayara, Jesse harus berurusan dengan William yang super protektif terhadap Nayara.
Tok…Tok…Tok...
"Mama mau ngomong sama kamu. Kamu ada waktu gak?" Tanya Dewi.
"Masuk aja Ma," jawab Jesse.
"Kenapa Ma?" Tanya Jesse sambil membenarkan posisi duduknya agar menghadap Mamanya.
"Mama mau nanya, kamu beneran mau lanjutin usaha Mama?" Tanya Dewi dengan mata yang berbinar.
"Iya bener, ini kan yang Mama mau?"
"Bener banget, tapi apa syarat yang harus Mama penuhi?"
"Maksud Mama?"
"Kamu kan udah mau nurutin kemauan Mama. Mama juga harus ngasih kamu apa yang kamu mau 'kan? Mama bakal berusaha ngabulin keinginan kamu," kata Dewi dan menggenggam tangan Jesse.
"Izinin Kak Jason nikah sama Kak Putri," kata Jesse dan seketika membuat senyuman yang terukir di wajah Dewi perlahan memudar.
"Kamu gak mau minta yang lain?"
"Yang ada di pikiran Jesse cuma itu. Jesse juga mau bayar kebaikan Kak Jason yang udah dia kasih ke Jesse selama ini."
"Tapi Mama pingin biar Jason dapet pasangan yang setara sama Jason. Putri itu cewek biasa, dia gak ada bedanya sama Sandrina," kata Dewi.
"Kak Putri udah buka usaha kue dan itu udah sukses. Bahkan Kak Putri udah di undang ke berbagai acara untuk pidato. Dan itu tentunya untuk bikin Mama percaya kalau Kak Putri itu bukan cewek yang kaya Mama bayangin. Dia mandiri," kata Jesse.
"Jadi cuma itu yang kamu mau? Oke, bakal Mama kabulin. Nanti Mama kabarin lagi yah tentang jadwal kerja kamu," kata Dewi lalu keluar dari kamar Jesse.
"Yah, Gue udah jadi adik yang baik buat kakak Gue, yakan?" Kata Jesse dalam hati dan tersenyum senang.
Ting
Bunyi notifikasi yang berasal dari HP Jesse. Jesse membuka pesan itu dan itu berasal dari Reihan yang berencana mengajaknya ke bioskop bersama Tiara, Wulan, Rendi, William, dan tentunya Nayara. Jesse akan pergi bersama Sandrina.
"Lama gak nunggunya?" Tanya Sandrina yang baru saja datang.
"Nggak kok, duduk dulu. Masih nunggu William sama Reihan mesen tiket sama beli camilan," jawab Tiara.
"Ini tiketnya, tapi filmnya mulai sekitar dua jam lagi. Kita terlalu awal nyampenya," kata Reihan yang sudah membawa popcorn dan minuman cola untuk mereka.
"Terus kalau filmnya mulai dua jam lagi ngapain Lu udah beli popcorn bodoh?" Tanya Rendi.
"Berani ya Lo ngatain pacar Gue bodoh!" Teriak, ya siapa lagi kalau bukan pawang Reihan.
"Tadi kita beli camilan dulu soalnya di konter tiket masih rame, males ngantri. Kalau habis tinggal beli lagi apa susahnya coba?" Kata William dan segera duduk di sebelah Nayara.
"Iya tapi kan mubazir anjir uangnya," kata Wulan.
"Kan sekalian sedekah sama karyawannya," jawab William.
"Jadi kita harus nunggu di sini selama dua jam dulu gitu?" Tanya Tiara yang terlihat malas.
"Iya, maaf yah. Gue tadi salah baca jadwal tayang," kata Reihan.
"Padahal baru aja dateng camping tiga hari, diajak ke bioskop isi nunggu lagi dua jam. Tapi yaudah lah yah, udah terlanjur," kata Wulan dan menyenderkan kepalanya di bahu Rendi.
"Mending kita ngobrol santai aja dulu," usul Sandrina.
"Ngomongin apaan?"
"Apa aja."
"Bentar, itu bukannya Astrid?" Tanya Reihan sambil menunjuk ke arah Astrid yang sedang bersama pria. Pria yang Nayara, Jesse, dan William kenal.
"Sama siapa tuh?" Tanya Wulan yang berusaha mencari tahu.
"Sama Saka," jawab William.
"Saka? Siapa tuh? Kaya pernah denger," kata Rendi.
"Owh Gue inget, yang pernah berantem sama Nayara waktu di rumah pohon itu 'kan?" Kata Tiara dan menoleh ke arah Nayara.
"Iya," jawab Nayara.
"Panggil gih," kata Wulan.
"Lo aja Ren, Gue malu," kata Reihan.
"Ihh apalagi Gue, Gue kan gak deket sama dia," kata Rendi.
"Alah biasanya juga Lo malu-maluin Ren. Udah biar Gue aja," kata Tiara dan mengambil ancang-ancang memanggil Astrid dan Saka.
"Astrid!" Teriak Tiara dan Astrid langsung menoleh ke arahnya.
"Loh, kalian? Ngapain di sini?" Tanya Astrid yang melihat semua temannya berkumpul.
"Kita ada rencana nonton, tapi filmnya di mulai dua jam lagi. Lo ngapain di sini? Dia pacar Lo?" Tanya Tiara.
"Owh, bukan. Dia tetangga Gue. Gue sama dia cuma pingin jalan-jalan aja sih," jawab Astrid.
"Nay," sapa Saka dan diangguki Nayara.
"Kalian mau ikut nonton gak? Katanya sih filmnya seru," tanya William kepada Saka.
"Gue senggang, kalau dia?" Jawab Saka dan menunjuk Astrid.
"Iya Gue juga senggang," jawab Astrid.
Akhirnya, Reihan membeli dua tiket lagi untuk Saka dan Astrid.
Sudah tiga puluh menit berlalu, satu persatu remaja itu terlelap di atas kursi. Hanya tersisa, Nayara, William, Jesse, Saka, dan Astrid.
"Kamu gak ngantuk?" Tanya William sambil tangannya yang selalu setia mengelus punggung tangan Nayara. Nayara menggeleng.
"Gimana sekolah baru Lo?" Tanya Nayara kepada Saka.
"Ya lumayan," jawab Saka sambil menyesap minumannya.
"Justin bilang Lo terkenal banget yah di sekolah Lo? Gue sempet lihat video nya juga sampe viral di medsos," kata Astrid.
"Owh ya? Mana coba Gue lihat," kata Saka.
"Nih, bentar Gue cari videonya," kata Astrid dan langsung menunjukkan video miliknya ketika dia sudah menemukan video yang ia cari.
"Ya ampun likenya hampir sejuta. Seterkenal ini kah Gue?" Kata Saka yang heran sendiri melihat video yang menurutnya tidak jelas itu.
"Banyak banget cewek yang komen di postingan ini tahu gak?" Kata Astrid dengan wajah cemberut.
"Lo gak cemburu 'kan?" Tanya Saka.
"Ngapain Gue cemburu? Emang Gue siapa Lo?" Tanya Astrid.
"Ya bukan siapa-siapa Gue sih, tapi kan siapa tahu aja Lo ngerasa cemburu gitu. Tapi beneran nggak 'kan?" Tanya Saka lagi dan Astrid hanya diam menatap Saka.
"Mereka lagi kasmaran?" Tanya Jesse sambil menatap William. William hanya terkekeh.
"Adik Gue siap-siap aja jadi sadboy," kata William.
"Justin suka sama dia?" Tanya Jesse sambil berbisik dan William menanggapinya dengan anggukan.
Satu setengah jam telah berlalu, kini remaja itu sudah berada di dalam bioskop dan menunggu film mereka tayang. Di urutan pertama ada Reihan, Tiara, Wulan, Rendi, Saka, Astrid, Sandrina, Jesse, Nayara, dan William.
Sebuah kebetulan, Jesse dan Nayara duduk bersebelahan. Film yang mereka tonton bergenre romantis karena Nayara menolak untuk menonton film horror.
"Sayang, mau popcorn gak?" Tanya William ke arah Nayara yang sedang fokus dengan filmnya.
"Nanti aja," jawab Nayara.
"Sayang, mau?" Tanya Sandrina ke arah Jesse, namun Jesse tidak sadar karena dirinya sibuk memerhatikan Nayara.
"Sayang? Hei, Jesse," panggil Sandrina hingga akhirnya Jesse menoleh ke arahnya.
"Hmm?" Jawab Jesse yang masih kalap.
"Mau?" Tanya Sandrina sambil menyerahkan popcorn miliknya.
"Nggak, buat kamu aja," jawab Jesse.
Film telah usai, kini remaja itu memutuskan untuk pergi makan malam dulu sebelum pulang.
"Mau makan apa nih kita?" Tanya Tiara.
"Pingin mie ayam pangsit nih Gue.Yang lain gimana? Setuju gak?" Tanya Wulan.
"Gue juga lagi pingin mie ayam," jawab Nayara dan diangguki Astrid.
"Gue ikut aja kalau yang cewek mau. Ada yang tahu gak di mana tempat makan mie ayam enak?" Tanya Reihan.
"Sayang, kamu inget gak sih restoran mie ayam waktu itu?" Tanya Wulan sambil menarik lengan baju Rendi.
"Yang mana? Kamu kan suka makan mie ayam di berbagai tempat," jawab Rendi.
"Waktu kita ketemu sama adiknya Kak Alex kalau gak salah. Yakan Nay?" Tanya Wulan dan menatap Nayara.
"Owh restoran itu. Oh iya, itu tuh juaranya mie ayam sih. Bahkan ada banyak menu lain yang bisa kalian pilih. Gue sih rekomendasiin biar kita makan di sana aja," kata Rendi.
"Semasih bisa di pertanggung jawabkan, gas aja lah," kata Tiara semangat.
Mereka pun langsung menuju restoran yang Rendi dan Wulan maksud. Kebetulan tadi mereka membawa kendaraan pribadi mereka, kecuali Saka dan Astrid yang menaiki bus. Sehingga mereka berada dalam satu mobil dengan William dan Nayara.
"Mie ayam semua nih?" Tanya Wulan yang sudah siap dengan buku kecil di tangannya.
"Mie ayam buat makanan pokoknya, terus Gue juga mau side dish nih. Apa yang enak, Lan?" Tanya Tiara.
"Ini sih yang enak, di jamin Lo bakal nambah terus," kata Wulan sambil menunjuk otak-otak.
"Boleh deh, itu Gue satu yah."
"Kamu mau side dish yang mana?" Tanya William.
"Aku masih bingung, mungkin nanti aku bakal mesen sendiri," jawab Nayara.
"Yaudah. Ehh Wulan tunggu dulu," kata William.
"Apa lagi? Ayo buruan," kata Wulan yang sudah tidak sabar memesan.
"Side dish nya semua yah satu-satu," kata William dan membuat semua temannya bengong.
"Buat siapa anjir?" Tanya Rendi yang benar-benar kaget.
"Buat pacar Gue lah," jawab William dan menaruh tangannya di belakang sandaran kursi Nayara.
"Kan aku bilang bakal pesen nanti," kata Nayara.
"Gapapa, kamu bisa rasain semua side dish nya sekaligus. Kalau suka kamu habisin, kalau nggak aku yang makan. Aku pastiin gak akan ada makanan yang ke buang," kata William.
"O-oke, ada yang lain lagi?" Tanya Wulan.
"Nggak, itu aja," jawab William.
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya semua pesanan mereka datang. Makanan yang ada di atas meja mereka sangat penuh, hingga pemilik restoran harus menyediakan meja tambahan karena pesanan milik William yang kelewat banyak.
"Wah, kok Gue jadi insecure ya sama William?" Tanya Tiara.
"Kalian kalau mau boleh kok. Anggap aja Gue traktir ini karena Gue udah di nobatkan jadi best couple of the year SMA Semesta," kata William dan mendapatkan sorakan dari teman-temannya.
"Best apa tadi Will?" Tanya Saka yang tak paham.
"Ada event di sekolah Gue. Lo gak tahu," kata William.
Mereka pun menghabiskan makanan mereka. Setelah selesai makan, remaja itu langsung keluar dan berjalan-jalan di halaman restoran itu yang seperti lapangan. Banyak pasangan yang sedang berkencan di sana. Wajar saja, ini malam minggu.
"Cantik banget yah bintangnya," kata Tiara sambil menatap langit dan melingkarkan tangannya di lengan Reihan.
"Nggak, menurut aku lebih cantik kamu dari pada bintang," kata Reihan dan membuat Tiara tersipu.
"Hadeh hadeh hadeh. Pak buaya udah beraksi nih. Hati-hati loh di sakitin," kata Wulan.
"Sirik kan Lu?" Tanya Tiara.
"Iya sebenernya," jawab Wulan dan membuat semua temannya tertawa.
"Kode keras tuh Ren, pawang Lu juga minta di gombalin," kata William.
"Ahh Gue mah gak suka yang manis-manis tapi cuma di mulut doang. Mending langsung gitu," kata Rendi.
Setelah lelah berjalan, remaja itu memutuskan untuk duduk lesehan di rumput yang memang di sediakan agar pengunjung restoran bisa bersantai.
"Kalian mau lanjut kemana habis lulus?" Tanya Tiara.
"Gue mau lanjut kuliah dong jelas," jawab Rendi.
"Gue juga," jawab Wulan dan tersenyum gemas ke arah Rendi.
"Kita semua pasti lanjut kuliah lah, gak mungkin nggak. Cuma yang bikin Gue penasaran itu, Lo. Lo habis lulus mau kemana?" Tanya Wulan ke arah Sandrina.
"Gue juga mau kuliah kok, lagi nyari beasiswa aja," jawab Sandrina dan mendapatkan sorakan kagum dari mereka semua.
"Gak ada yang mau ke luar negeri kah, ngikutin jejak Gisel sama Bastian?" Tanya William.
"Gak tertarik ke luar negeri. Lebih asik di sini," kata Jesse.
"Bisa ngomong juga ya Lo, Gue kira nggak," ejek Wulan karena ini adalah kalimat pertama yang Jesse ucapkan sejak tadi.
"Udah malem nih, balik yuk?" Tanya Tiara dan diangguki semuanya.
"Hati-hati ya kalian semua. Kalau udah nyampe kabarin ya," kata Wulan. Setelah kepergian Wulan dan Rendi, Tiara dan Reihan pun menyusul. Begitu juga dengan Jesse dan Sandrina.
"Makasih ya Will udah ngasih Gue tumpangan," kata Saka.
"Gak masalah, Astrid rumah Lo emangnya di sekitar sini?" Tanya William.
"Ng, i-iya," jawab Astrid.
"Yaudah, kalau gitu Gue duluan yah. Jagain Astrid loh Sak," kata Nayara dan berlalu bersama William.
"Lo malu ya kalau temen Lo tahu kalau rumah Lo jelek?" Tanya Saka.
"Iyalah, mereka tuh anak kaya semua. Mana mau bertemen sama anak miskin kaya Gue. lagian itu privasi Gue juga," jawab Astrid.
"Gue anterin Lo pulang sekarang," kata Saka dan mengantarkan Astrid pulang sesuai perkataannya. Rumah Astrid tidak terlalu jauh dari rumah Saka.