"Weh selama seminggu dong kita gini?" Tanya Tiara kepada Nayara yang sedang merapikan alat-alat tulisnya. Kelas ekstra akan diadakan sampai jam 9 malam selama seminggu.
"Iya mungkin, Gue duluan yah. Yok Will," kata Nayara sambil menoleh ke arah William.
"Hati-hati ya," kata Tiara.
"Nay Gue capek Lo yang bawa mobil Gue gapapa kan?" Tanya William saat dalam perjalanan menuju parkiran.
"Tumben? Abis ngapain sih Lo?" Tanya Nayara.
"Gak tahu nih Gue tiba-tiba pusing banget," kata William.
Dari tingkah William sangat jelas terlihat jika laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari jalannya yang gontai, matanya yang sayu, hingga kata-kata yang diucapkan tidak jelas. Nayara lalu menyetujui dan mengendarai mobil William.
"Will Lo yakin gak usah ke rumah sakit?" Tanya Nayara.
"Gak papa Nay," jawab William pelan.
Setelah beberapa lama, Nayara memarkirkan mobil William di satu tempat. Nayara turun dari mobil dan membuka pintu dari arah William.
"Will Yuk turun," kata Nayara membuat William mengernyitkan dahinya.
"Dimana nih?" Tanya William.
"Di rumah sakit ayo turun cepet," kata Nayara. William pun akhirnya menyetujui Nayara dan berjalan dengan dibantu oleh Nayara.
"Rame banget yah malam ini," gumam Nayara.
"Will badan Lo panas banget gak kedinginan?" Tanya Nayara dan William hanya menggeleng pelan.
"Lo nyender aja di bahu Gue. Kursinya penuh semua soalnya," kata Nayara.
"Tapi Lo bisa kan berdiri bentar di sini? Gue mau ambil nomer antrian lupa tadi," kata Nayara.
"Iya," jawab William lalu berjongkok dan menenggelamkan kepalanya di sela-sela kakinya. Tak butuh waktu lama dengan cepat Nayara kembali dan mengangkat tubuh William.
"Tahan bentar ya Will," kata Nayara sambil menahan tubuh William yang mulai melemah.
"Nay perut Gue sakit," kata William pelan di telinga Nayara.
"Ke kantin dulu gimana? Nomernya juga masih lama kita dapet urutan tujuh puluh lima," tanya Nayara dan William mengangguk.
"Gue suapin ya Will? Tangan Lo gemeter gitu soalnya," kata Nayara lalu mengambil alih sendok yang William pegang.
"Naya ngapain disini?" Tanya Renata yang kebetulan sedang berada di kantin.
"Ini nganterin temen Naya kenalin tante dia William. Will dia tante Renata mamanya Bastian," kata Nayara.
"Halo tante," sapa William.
"Kenapa dia Nay? Sakit?" Tanya Renata.
"Iya tan kita masih nunggu antrian," jawab Nayara.
"Kok masih pake baju sekolah? Dari mana aja?" Tanya Renata agak keras.
"Kita tadi dapet kelas extra dan akan dilanjutin sampe seminggu kedepan," jawab Nayara.
"Awas loh ya tante lihat kamu main malem-malem tante laporin ke mama kamu nanti," kata Renata.
"Nggak kok tante," kata Nayara sambil tersenyum.
"Yaudah tante mau balik ke ruangan tante yah. Hati-hati loh nanti pulangnya kalian," kata Renata lalu pergi setelah mengusap kepala Nayara.
"Baru tahu mamanya Bastian jadi dokter," kata William. Nayara dan William sudah kembali dari kantin.
"Kok mamanya Bastian bisa kenal Lo Nay?" Tanya William.
"Mamanya Bastian sahabat mama sama papa Gue. Udah deh Will gak usah banyak omong. Diem ya bentar aja lagi dikit kok," kata Nayara.
"Itu ada kursi kosong duduk disana aja yuk," ajak Nayara dan membiarkan William duduk, sementara dirinya berdiri di depan William.
"Lo aja yang duduk Nay Gue gapapa berdiri," kata William lemah.
"Yaudah bangun," kata Nayara.
William menatap Nayara kaget, Ia tak percaya jika Nayara memang sekejam ini. Namun, Ia tambah heran melihat Nayara yang tiba-tiba tertawa kecil.
"Lo itu lagi sakit! Gak usah sok-sokan mau berdiri segala. Udah duduk aja," kata Nayara.
"Nomer antrian tujuh puluh lima," kata suster didepan ruang praktek.
"Ayo Will," kata Nayara lalu membantu William berdiri.
"Makasih ya Nay udah nemenin," kata William.
"Kenapa bisa demam gini Lo?" Tanya Nayara.
"Mungkin karena waktu ini hujan-hujanan," jawab William.
"Baru sekarang ya keluar dampaknya," kata Nayara sambil terkekeh.
"Loh? Ini kan jalan pulang kerumah Gue. Ngapain Nay?" Tanya William.
"Nanti Gue bisa dijemput kak Niko atau kak Nathan. Masak iya sih Gue ngebiarin orang sakit bawa mobil sendiri. Kalau kenapa-napa gimana? Kan Gue yang terakhir bareng Lo," jelas Nayara.
"Tapi kan Gue harus tanggung jawab buat jagain Lo," kata William.
"Sshhh! Jugaan Lo bukan orang lain," kata Nayara.
"Duduk dulu Nay, Gue panggilin Mama bentar," kata William.
"Kak Naya!!" Teriak Justin sambil berlari mendekat ke arah Nayara.
"Justin malu-maluin banget kamu! Makasih ya Nay udah nganterin William. Maaf ngerepotin," kata Adele lalu duduk disebelah Nayara.
"Gak ngerepotin kok tante malahan selama ini Nayara yang sering ngerepotin William," kata Nayara.
"Kerjaan orang tua kamu gimana? Udah balik lagi belum?" Tanya Adele.
"Udah membaik kok tante. Kalau gitu Naya mau pamit dulu ya."
"Biar sopir tante aja yang anterin kamu ditemenin Justin yah," kata Adele lalu menuntun Nayara ke depan.
"Hati-hati ya kalian. Tolong antarkan Nayara," kata Adele kepada supirnya.
"Naya pulang ya tante," kata Nayara lalu menyalimi tangan Adele.
"Iya titip salam sama kakak-kakak kamu," kata Adele.
Mobil Nayara pun meninggalkan kediaman keluarga Ackerley. Dengan cepat Adele masuk ke dalam kamar William dan mengecek keadaan William.
"Will udah tidur?" Tanya Adele di depan pintu kamar William. Karena tidak ada jawaban Adele akhirnya membuka pintu kamar William, menampakkan putranya yang tengah tidur sambil berselimut.
"Anak Mama cepet sembuh yah. Jangan lama-lama sakitnya muach," Adele mengecup singkat dahi putranya lalu keluar dari kamar William.
"Siapa tadi sayang?" Tanya Thomas yang baru saja pulang dari kantornya.
"Nayara dia tadi nganter William. Sini tasnya aku bawain," kata Adele lalu mengambil alih tas kerja suaminya.
"Loh? Kok Nayara yang nganter? Emang William kenapa?" Tanya Thomas.
"Dia sakit untung aja Nayara baik," kata Adele.
"Dimana sekarang William?"
"Tuh dikamarnya istirahat. Gak perlu khawatir Nayara juga udah sekalian nganter William ke rumah sakit tadi."
"Owh kamu masak apa hari ini? Eh maksudnya ada makanan apa hari ini?" Tanya Thomas lalu duduk dimeja makan sembari Adele menyiapkan makan malam untuknya.
"Aku yang masak," kata Adele lalu menyiapkan alat-alat makan suaminya.
"Perusahaan Kalendra lagi ada diambang batas kebangkrutan. Banyak dari dana yang mau disumbangin dikorupsi sama karyawan-karyawan mereka," kata Thomas sambil menikmati makan malamnya.
"Emangnya gaji mereka sebulan gak cukup apa ya untuk kebutuhan sehari-hari?" Tanya Adele.
"Bukannya nggak cukup tapi mereka kurang bersyukur. Mereka mau kelihatan kaya karena mau pamer," jelas Thomas.
"Kita nggak bisa bantu apa-apa ya sayang? Pingin banget bantu Sherina," ujar Adele.
"Kita turun tangan pas dibutuhin. Mungkin mereka nggak mau terlalu ngerepotin kita," kata Thomas lalu mengusap kepala istrinya.
"Makasih ya kak udah nganterin William ke rumah sakit," kata Justin.
"Apaan sih cuma gitu doang," kata Nayara sambil memejamkan matanya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua puluh tiga. Namun dirinya masih mengenakan seragam yang tadi Ia gunakan di sekolah.
"Nggak nyangka sih Gue Lo baik banget ke William. Gue kira Lo bakal nggak peduli gitu," kata Justin.
"Gue juga udah sering ngerepotin William masak cuma gitu doang Lo sama William bilang makasihnya berlebihan?" Kata Nayara masih dengan mata yang terpejam.
"Kayaknya Lo ngantuk deh kak tidur aja nanti kalau udah nyampe Gue bangunin," kata Justin.
"Kak Gue langsung pulang dulu gapapa kan?" Kata Justin saat sudah sampai di rumah Nayara.
"Masuk dulu kasihan supir Lo ngantuk," kata Nayara sambil menunjuk ke arah supir Justin.
"Saya tidak apa-apa. Saya bisa mengantar tuan muda Justin hingga selamat sampai di rumah," kata supir itu pelan.
"Justin permintaan Gue tinggal lagi dua kan? Nah satu Gue pake sekarang," kata Nayara.
"Mau minta apaan Lo? Martabak? Terang bulan? Sate ayam? Kambing? Domba? Buaya?" Tanya Justin.
"Mampir dulu bentar ajak supir Lo masuk juga," kata Nayara lalu berjalan mendahului Justin.
"Silahkan duduk dulu pak saya buatkan kopi," kata Nayara mempersilahkan supir itu duduk.
"Terima kasih," kata supir itu.
"Kak Nay Gue mau air putih dingin aja boleh?" Tanya Justin sambil berdiri di belakang Nayara.
"Boleh ambil aja di kulkas," kata Nayara.
"Kak Nicholas sama Kak Nathan udah tidur ya? Sepi amat. Gak takut Lo kak?" Tanya Justin sambil meneguk air dinginnya.
"Nggak lah orang gak ada apa-apa," kata Nayara lalu berjalan ke arah ruang tamu dan menyajikan kopi untuk supir itu.
"Terima kasih nona Nayara," kata supir itu dan dijawab anggukan kecil oleh Nayara. Nayara lalu mengajak Justin untuk mengobrol di taman belakang rumahnya.
"Mau jajan gak Jus? Gue ambilin sekalian," tanya Nayara.
"Iya mau jangan yang kering-kering. Bolu boleh atau roti," kata Justin.
"Banyak maunya Lo," kata Nayara.
"Nih," kata Nayara sambil menyerahkan satu piring yang berisi roti panggang panas dan beberapa cupcake kecil dan juga beberapa coklat.
"Widih banyak amat yakin ini semua buat Gue?" Tanya Justin.
"Iya lah emang buat siapa lagi? Kan Lo doang yang ada disini sama Gue," kata Nayara lalu meminum jus labu yang tadi Ia ambil.
"Tuh disebelah Lo," kata Justin sambil menunjuk ke arah kanan Nayara.
"Astaga!" Kata Nayara sambil memegangi dadanya.
"Hehe Gue ada disini Nay," kata Hao dan Reiga yang berdiri di depan Nayara sambil tersenyum ke arah Nayara.
"Kaget loh Kak," kata Nayara.
"Ya maap lagian emang Lo tadi seriusan gak lihat kita berdua? Padahal jelas banget tahu gak," kata Reiga.
"Mau minum kak? Atau jajan? Naya ambilin," kata Nayara hendak berhenti namun ditahan Reiga.
"Gue ambil sendiri aja. Lo mau apa Ho?" Tanya Reiga.
"Samain kek Lo," jawab Hao. Kaki Hao masih patah dan baru bisa berjalan kira-kira dua bulan lagi.
"Siapa tuh yang tidur di sofa Lo Nay?" Tanya Reiga dengan nampan yang penuh dengan berbagai camilan dan dua gelas coklat panas ditangannya.
"Lo mau ngerampok atau mau ngebangkrutin keluarganya Nayara? Banyak banget," kata Hao heboh.
"Sekali-sekali, siapa tu Nay?" Kata Reiga lalu menyantap camilan yang Ia ambil dengan wajah tanpa dosa bersama Hao.
"Supir Justin tadi nganterin Gue sekalian aja Gue suruh masuk," jawab Nayara.
"Hati-hati loh Nay Lo ngajak orang asing masuk. Ini lagi kaya kenal mukanya," kata Hao tidak jelas karena mulutnya sibuk menguyah.
"Dia Justin adiknya William. Lagian kalau misalnya Naya diapa-apain kan tinggal teriak. Ada Kak Niko sama Kak Nathan juga," jawab Nayara.
"Kalau kakak Lo gak ada gimana?" Tanya Reiga.
"Ya siapa gitu. Bang Jay ada, Kak Alex, Kak Putra, Saka Andrew banyak kan orang sini yang jago duel?"
"Kok kita berdua gak disebut?" Tanya Hao.
"Emangnya Lo berguna?" Kata seseorang yang sudah dari tadi berdiri memerhatikan mereka.