Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 50 - Bab 49

Chapter 50 - Bab 49

"Sayang nama anak kita siapa?" Tanya Nathan.

"Hmm? Tania sama Sania gimana?" Jawab Freya.

"Owh Nia twins?" Kata Nathan heboh.

"Sayang jangan teriak nanti mereka bangun. Btw apa sih yang bedain kamu sama Nicholas?" Tanya Freya.

"Ya sebenarnya aku gamau ngakuin sih. Yang jadi perbedaan itu tinggi badan aku sama si Nicholas tinggian dia," jawab Nathan.

"Pantesan kamu sering diejek cebol sama Niko ternyata itu alasannya," kata Freya sambil cekikikan.

"Ya ga gitu juga ada alasan lain selain itu," kata Nathan sambil menggaruk belakang lehernya.

"Apa dong?"

"Dia lebih ganteng," kata Nathan sambil tertunduk.

"Ga kok kamu lebih ganteng bagi aku," kata Freya gemas.

"Makasih ya sayang," kata Nathan menatap kedua mata Freya dalam.

"Buat?"

"Semuanya, makasih udah maafin kesalahan aku dulu," kata Nathan.

"Kesalahan kamu? Kamu punya salah emang sama aku?" Tanya Freya.

"Baik banget sih kamu!" Kata Nathan tersipu.

"Dih gajelas banget jadi orang," kata Freya.

"Hooeekkk... Hooeekkk...," suara tangisan bayi memenuhi ruangan itu.

Freya segera membuka kancing bajunya dan memberikan Tania yang sedang menangis itu ASI. Sementara Sania masih terlelap digendongan ayahnya.

"Sssttt sssttt sssttt laper ya sayang? Iya iya jangan nangis yah," kata Freya sambil berusaha menenangkan putrinya.

"Sania kamu ga mau susu?" Tanya Nathan sambil menggoyang-goyangkan Sania yang sedang tertidur.

"Jangan cari masalah loh Nath," kata Freya dengan tatapan tajamnya.

"Mama marah San kabur," kata Nathan lalu duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Ssttt ssttt ssttt," kata Freya sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya itu.

"Ga sabar banget ketemu bayinya kak Freya," kata Gisel girang.

"Aku juga ga sabar," kata Bastian yang berjalan disebelah Gisel.

"Selamat kak!!!" Kata Gisel lalu segera menghampiri Freya yang sedang menyusui.

"Ssssttttt!!!!" Kata Freya sambil menaruh telunjuk di bibirnya.

"Maaf kak hehe," kata Gisel lalu memelankan langkahnya.

"Kak boleh gendong gak ponakan Gue?" Tanya Bastian kepada Nathan.

"Hati-hati gendongnya awas sampe bangun Gue jadiin Lo sebagai babysitter Gue!" Ancam Nathan sangar.

"Iya! Iya! Aduh lucu banget sih ponakan Om babas. Siapa namanya kak?" Tanya Bastian.

"Yang kamu gendong Sania dan yang sama Freya Tania. Eh jangan noleh," kata Nathan sambil menahan kepala Bastian.

"Jugaan Gue adiknya!" Tegas Bastian.

"Kan sekarang udah jadi istri Gue! Cuma Gue yang boleh lihat!" Omel Nathan.

"Terus itu Gisel kenapa boleh?" Tanya Bastian tak ingin kalah.

"Dia cewek jadi gapapa! Diem atau Gue tonjok Lo disini," kata Nathan saat melihat Bastian menarik napas.

"Cuma napas kak santuy," kata Bastian.

"Tania lucu banget semoga nanti kalau udah gede Tania jadi anak yang baik yah," kata Gisel sambil mengelus pipi Tania yang sedang menyusu dengan Freya.

"Iya tante makasih," kata Freya mewakili Tania.

"Nayara belum sempet kesini kak?" Tanya Gisel.

"Belum Sel," jawab Freya.

"Kira-kira Nayara ga bakal kesini deh kak karena tahu Gue pasti bakal dateng sama Bastian," kata Gisel menunduk.

"Ga mungkin kali Nayara mah ga peduli sama hal yang gituan. Kalau dia pingin ya pasti dateng kalau nggak ya gak dateng. Kayaknya Nayara gak kesini karena sibuk belajar deh," jelas Freya.

"Belajar? Perasaan dia belajar mulu deh dari senin ampe minggu ga ada liburnya," kata Gisel.

"Sengaja biar dia ada kesibukan dari pada main hp gajelas gitu. Katanya dia pingin mempelajari segala hal yang belum pernah dia pelajari sebelumnya gitu biar gak kosong-kosong amat otaknya," jelas Nathan.

"Nah iya gitu. Aku kira dia cuma tertarik sama pelajaran disekolah doang," gumam Freya.

"Kamu bener-bener salah kalo berpikiran kaya gitu. Nayara rajin belajar bukan karena ngejar ranking tapi karena kebetulan yang dipelajari di sekolah dia tertarik gitu. Dan juga dia udah kebiasaan dapet beasiswa jadi ya kebiasaan aja melakukan yang terbaik," jelas Nathan.

"Nayara memang sesuatu," gumam Bastian.

"Sesuatu yang ada di hatiku, sesuatu juga ada dalam benakku uuuwoohooo," nyanyi ke-empatnya dengan suara yang begitu keras.

"Hoooeekkkk..... Hoooeekkkk...," tangis Tania dan Sania pecah karena kebisingan mereka.

"Tuh kan gara-gara Lo nih Bas! Ssstttt ssstttt ssstttt sayang gapapa gapapa ayah disini," kata Nathan lalu berdiri sambil menggendong Sania yang menangis histeris.

"Njir kena mulu Gue!" Omel Bastian.

****

"Nay udah siap?" Tanya Sherina saat melihat putrinya turun dari kamarnya.

William hampir tak berkedip saat melihat Nayara memakai baju kaos beserta celana longgar dan sepatu kets santai.

"Udah ma Naya mau pamit dulu," kata Nayara.

"Hati-hati ya Will nanti bawa mobilnya. Kalau ada apa-apa telpon tante atau siapa aja boleh ya," kata Sherina.

"Iya Tante kalau gitu William sama Nayara permisi," kata William lalu menyalimi punggung tangan Sherina.

Didalam mobil Nayara dan William hanya berkutat dengan pikiran masing-masing. Sampai-sampai mereka tidak sadar jika sudah sampai di stadion tempat Justin bertanding. Nayara dan William lalu duduk disalah satu bangku pendukung tim Justin. Nayara terpukau melihat bagaimana Justin sangat berkonsentrasi saat permainan.

"Justin semangat!!!" Teriak Nayara.

"Kak Nay makasih udah dateng!!!!" Teriak Justin yang menyadari kedatangan Nayara dan mengirimkan signal hati untuk Nayara.

"Nona Nayara dan tuan William?" Tanya salah satu petugas kepada Nayara dan William.

"Iya itu kami ada apa?" Kata William.

"Justin mengundang kalian untuk menemuinya diruang istirahat," kata petugas itu. William dan Nayara akhirnya mengikuti petugas itu untuk menemui Justin.

"Kak Nayara!" Pekik Justin lalu memeluk Nayara sehingga membuat Nayara terdorong kebelakang dan ditahan William.

"Justin Lo bau banget sana!" Dorong Nayara.

"Makasih banget udah dateng kak Nay dan Lo juga," kata Justin cuek terhadap William.

"Selamat ya Justin boleh fotbar gak?" Tanya salah satu anggota chearleader.

"Thanks boleh," kata Justin.

"Terkenal juga ya Lo ternyata," kata Nayara julid.

"See? Gue tuh jadi raja dikalangan anak perempuan," sombong Justin.

"Cihh! Sombong amat! Gue laper dimana makan?" Tanya William lalu mendahului keduanya.

"Lewat sini stand makanannya bego!" Teriak Justin kearah William.

"Iya Gue tahu cuma pingin lihat ini aja!" Bantah William.

"Mau makan apa Lo kak? Gue traktir kali ini," kata Justin.

"Gue mau sandwich," jawab William.

"Gue samain aja deh," jawab Nayara.

"Oke!" Kata Justin lalu beranjak dan pergi ke salah satu stand.

"What do you need Justin? (Kau butuh apa Justin?)" Tanya salah satu penjaga stand.

"Give me three sandwich and three cola. I mean two cola and one mineral water. (Berikan aku tiga sandwich dan tiga cola. Maksudku dua cola dan satu air mineral)," kata Justin.

"I heard you win this champions? (Aku dengar kau memenangkan pertandingan ini)," kata penjaga stand itu.

"Yups like ussualy i do. (Ya seperti yang biasa aku lakukan)," jawab Justin.

"This your meal boys. Enjoy!" (Ini makananmu. Nikmati!)," kata penjaga stand itu.

"Nih kak pesanan Lo," kata Justin lalu menyajikan makanan dihadapan Nayara.

"Thanks! By the way, what are you doing after this? (Btw Lo abis ini mau ngapain?)," tanya Nayara.

"Ooo your english is so good. I just want to celebrate my winning with you. (Ooo bahasa inggris Lo bagus banget. Gue cuma pingin ngerayain kemenangan Gue sama Lo.)," jawab Justin.

"My english is better than you! (Bahasa inggris Gue lebih bagus dari Lo!)," kata William sinis.

"Iri gak? Iri gak? Iri lah masak nggak!" Kata Justin mengejek William.

****

"Sandrina?!" Pekik Jesse saat melihat Sandrina masuk kedalam rumahnya bersama Rika.

"Kenalin Jesse anak saya," kata Rika sambil mendorong putrinya untuk mendekat ke arah Jesse.

"Lo bilang orang tua Lo punya bisnis besar sampe Lo bisa sekolah lagi? Tapi ngapain Lo ada disini? Jalang ini siapa Lo?" Tanya Jesse.

"Gue akui Gue bohong sama Lo tentang keluarga Gue tapi percaya deh masalah ini Gue sama sekali ga tahu Jesse," Kata Sandrina.

"Cih! Mana ada maling ngaku! Lo tahu kan masalah papa Gue!" Bentak Jesse ke arah Sandrina.

"Dia anak kamu?" Tanya Dewi sambil melipat tangannya di dada dan menuruni anak tangga dengan anggun.

"Halo kenalin saya Dewi majikan baru kamu," kata Dewi.

"Majikan? Mama bilang ini rumah papa! Maksudnya apa ma?" Tanya Sandrina bingung.

"Papa? Kamu ga punya papa nak, mama kamu disini sebagai pembantu dan saya majikan kamu. Tapi tenang aja saya ga akan memperlakukan kamu dengan buruk karena kalau dilihat-lihat kamu ga tahu tentang masalah ini yakan?" Kata Dewi.

"Maaf ma tapi Sandrina mending keluar dari rumah ini! Sandrina gamau jadi babu kaya gini ma!" Teriak Sandrina.

"Sandrina! Ikut mama!" Kata Rika lalu menarik Sandrina masuk kekamarnya yang kecil dan berdebu itu.

"Mah lepasin!" Kata Sandrina sambil menepis tangan mamanya itu.

"Denger ya! Kamu ga usah sok-sokan nolak tinggal disini! Coba aja kamu ga lahir kehidupan saya ga akan jadi gini!" Bentak Rika ke arah Sandrina.

Plak! Satu tamparan halus mendarat dipipi kiri Sandrina.

"Maksud mama ini semua salah aku gitu? Kalau gitu kenapa mama ga aborsi aku dari dulu?" Tanya Sandrina sambil menangis.

"Iya semua ini terjadi karena bapak Lo yang sialan itu ninggalin hutang bukannya harta ngerti?! Jadi gausah sok-sokan nolak! Dan juga kamu harus pura-pura akur sama mama ya sayang," kata Rika sambil mengelus wajah Sandrina.

"Kamu yakin gamau tinggal disini?" Tanya Dewi saat melihat Sandrina dan juga Rika keluar dari kamarnya.

"Maaf mbak sa-,"

"Nyonya!" Bentak Dewi kepada Rika.

"Maaf nyonya saya dan anak saya sudah sangat menyusahkan mb- nyonya dan juga tuan Jesse," kata Rika.

"Tidak apa-apa. Mulai sekarang tunjangan hidup anak kamu saya yang nanggung. Dan juga saya akan menyiapkan kamar yang layak untuk kalian berdua. Tapi kalian harus ingat jika aku adalah majikan dan kalian adalah budak mengerti?" Jelas Dewi dan diangguki oleh Rika dan Sandrina.

"San ikut Gue," kata Jesse lalu menarik tangan Sandrina menuju kamarnya.

"Pipi Lo kenapa? Ditampar sama si jalang itu? Bentar Gue obatin," kata Jesse lalu mengambil kotak obat yang ada diujung kamarnya.

"Jesse makasih untuk semuanya. Maaf kalau mama Gue udah hancurin keluarga Lo," kata Sandrina sambil memeluk Jesse.

"Maaf tuan Jesse," kata Sandrina yang cepat-cepat berdiri saat sadar akan statusnya kini.

"Gapapa peluk aja Gue," kata Jesse mempersilahkan Sandrina untuk memeluknya.