"Tapi, aku tidak paham dengan perusahaan yang Mas kelola. Lebih baik aku tidak ikut saja," tolak Alara. dia tidak ingin sering-sering bertemu dengan sosok yang pernah mengisi hatinya bahkan sampai sekarang pun belum juga hilang.
Setelah mengatakan ketidak sediaannya untuk mengikuti Rapat di Perusahaan Arvin, suara klakson mengalihkan perhatian Alara yang tengah berbincang sama Arvin. Dia melambaikan tangan ke arah seseorang di balik kemudi yang sedang membuka kaca pintu mobil.
"Maaf, Mas. Saya sudah di jemput, pembicaraan ini selesai. Assalamualaikum." Belum sempat Arvin membalas salam dari Alara, ternyata benda pipihnya sudah redup lebih dulu.
Arvin memandang sendu gawainya, ingin sekali dia berbincang lebih lama. Tapi, waktu seakan tak berpihak padanya. Dia terlambat, dia kecewa namun apa boleh buat. Semuanya memang sudah berbeda, tidak ada Alara sebagai istri dari Arvin. Yang ada hanya Alara mantan istri dari Arvin.
