Alara kembali ke kamar, gadis itu meraung menuntaskan segala hal yang menjadi sarapan di pagi ini. "Tega kamu, Mas! Bahkan usia pernikahan kita masih terbilang seumur jagung. Jika kamu sangat membenciku, untuk apa kamu menyetujui pernikahan menyakitkan ini?" Teriak Alara pilu. Dia sudah tidak memiliki tenaga untuk bekerja. Rasanya semua kekuatan yang ada pada dirinya telah sirna dengan kedatangan Arvin yang membuatnya terluka.
"Jika saja, jika saja aku tidak berjanji kepada Mama untuk tidak meninggalkanmu apa pun yang terjadi, mungkin aku tidak akan sekuat itu menghadapimu, Mas! Aku bukan orang yang suka melanggar janji." Alara menghapus air matanya kasar.