Chereads / Bertaut Janji / Chapter 17 - ukuran 36B

Chapter 17 - ukuran 36B

"Kamu harus kuat sayang. Kamu harus menemani mama melewati semua ini. Apapun yang terjadi nantinya kamu adalah anak mama. Dan hanya akan menjadi anak mama." Dinar mengelus perutnya dengan lembut, ia sedang berkomunikasi dengan bayi dalam kandungannya. Mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri bahwa ia bisa melewati semua ini.

"Jika suatu saat nanti semuanya terbongkar dan semua orang menolakmu. Hanya mama satu-satunya yabg akan selalu melindungimu." gumam Dinar. Sebenar nya ini lah yang paling dinar takutkan. Sekarang ia mendapatkan begitu banyak kasih sayang dari semua orang. Namun ia tentu saja takut jika suatu saat nanti ia justru akan jatuh terpuruk semakin dalam jika kebohongannya terbongkar.

***

Hari ini Dinar dan Aditya bersiap untuk berbelanja seserahan yang belum sempat mereka beli kemarin. Kali ini Dinar lebih antusias berbelanja dari pada kemarin sementara Aditya sendiri masih sama saja cuek dan dingin.

Aditya hanya mengantar Dinar ketoko yang menjual kebutuhan yang mau mereka beli. Tapi sesampainya disana dia hanya diam dan membiarkan Dinar sibuk dengan pilihannya sendiri.

Setelah mendapatkan beberapa barang yang mereka butuhkan kini hanya tinggal membeli pakaian dalam untuk Dinar. Awalnya Dinar sangat malu masuk ke toko itu bersama dengan Aditya. Apalagi aditya yang tampak sekali jika ia juga merasa canggung belanja barang yang terkesan sensitif itu.

Saat tengah memilih bra dan dalaman tiba-tiba Dinar merasa kepalanya pusing dan sangat mual. "Dit, aku mau ke toilet dulu." Dinar pamit pada aditya dan hendak segera berlari menuju ke toilet.

"Apa kau tidak apa-apa?"

"Aku hanya. Uuukk.." Dinar segera menutup mulutnya karena sudah tidak tahan ia segera menuju toilet yang ternyata tak jauh dari gerai tersebut.

"Gimana mas? Mau ambil yang mana?" tanya seorang pegawai toko tersebut.

"Ha? Aku gak tau nanti nunggu calon istri saya aja dulu."

"Sepertinya calon istri anda sedang sakit."

Aditya hanya mengangguk dan tersenyum tak mungkin juga ia cerita jika calon istrinya sedang hamil. Pegawai toko itu bisa saja berpikiran negatif padanya.

"Biasanya cowok itu lebih suka milihin buat ceweknya lo mas. Kan yang memandang yang cowok jadi harus di sesuaikan sama selera suaminya."

"Heheh. Tapi yang pakai kan dia bukan aku, dan seharusnya memilih apa yang membuatnya nyaman kan?"

"benar sih. Tapi kalau saya boleh ngasih saran nih model yang ini bahannya paling halus dan lembut, lentur, dan menyerap keringat. Dijamin pasti nyaman." Aditya mulai merasa risih karena pegawai toko itu mulai bicara seperti seorang sales panci saja.

Perempuan itu sebenarnya mendekati Aditya bukan hanya ingin melaksanakan tugasnya melayani pembeli tapi lebih karena tertarik melihat Aditya yang masih muda dan berparas tampan.

Karena merasa risih dengan pelayan toko tersebut Aditya pun memutuskan untuk memilihkan dalaman untuk dinar agar bisa segera pergi dari toko tersebut.

Aditya melangkah ke depan dan melihat berbagai macam bra yang menggantung di depan matanya dengan berbagai warna,model, dan juga motif. Aditya memilih satu pasang pakaian dalam berwarna hitam dengan aksen broklat, lalu ia mengambil lagi model lain yang berwarna merah hati, Aditya memutuskan untuk membeli tiga setel pakaian dalam dengan tiga model dan tiga warna yang berbeda.

"Tolong ambilkan model yang aku pilih Ini untuk ukuran 36B." pelayan itu mengangguk dan segera mengambilkan apa yang di katakan oleh Aditya.

"Lingerie nya gak sekalian mas?" sebelum beranjak perempuan itu menawarkan aditya untuk mengambil lingerie sexy juga.

Aditya jadi tidak tahan. Terlebih beberapa pengunjung lai juga melihat kearahnya sambil berbisik menggunjing dirinya yang membeli pakaian dalam wanita.

Dengan cekatan Aditya langsung menunjukkan tangannya memilih lingerie yang terpajang pada manekin tanpa memilih ia menunjuk dengan asal dan acak tiga buah lengerie. Kemudian pelayan tersebut juga dengan cekatan langsung mengambilkannya.

"Cepat di bungkus..!" perintah Aditya dengan nada kesal.

"Baik mas."

Tak lama kemudian Dinar kembali dari toilet dengan wajah pucat, sepertinya dia baru saja mencurah habis isi perutnya karena rasa mual yang melanda.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Tidak begitu baik. Semua isi perutku keluar semuanya."

"Kalau begitu kita istirahat sebentar, makan dulu lalu pulang."

"Tapi kan aku belum selesai memilih ini.."

"Aku sudah memilihkannya untukmu dan sudah dibungkus."

"Hah?? Apa?" Dinar terbelalak tak menyangka dengan apa yang di katakan oleh Aditya. Ia tak percaya mana mungkin aditya mau memilihkan benda seperti ini untuknya.

"Ini mas belanjaannya. No tanya sudah ada di dalam dan ini kartu kredit anda." ucap pelayan toko tersebut menyerahkan satu kantong balanjaan dan mengembalikan kartu kredit milik Aditya.

"Tapi.. Bagaimana kau bisa membelikannya untukku? Memangnya kau tau ukuran anuku?"

"Aku tau. Aku masih ingat. 36B kan?"

"Hahh? Dari mana kau tau?" Dinar menutup mulutnya tan percaya.

"Aku masih ingat bra hitammu yang dulu."

"Yang mana?"

"Apa kau hilang ingatan? Bukankah kau dulu pernah salah mengambil koper orang? Hingga koper kita tertukar? Dan Bramu ketinggalan di rumahku."

"Hussttt.. Jangan keras-keras.." Dinar mencoba menutup mulutnya aditya ia malu karena mereka masih ada di toko underwear.

"Tapi bagaimana kau bisa masih ingat ukuranku?"

"Otakku ini bagaikan komputer berpentium tinggi. Jadi tentu saja akh masih ingat."

"Cih.." Dinar mencibir aditya yang terlalu percaya diri.

Kedua lalu menuju sebuah restoran tak jauh dari toko tersebut. Melihat Dinar yang berwajah pucat terlebih dia baru saja muntah-muntah sudah pasti ia menjadi lemas dan lapar.

"Pesanlah minuman hangat agar perutmu lebih enak kan." ucap Aditya. "Apakah kau sering seperti ini?"

"Ya.. Semenjak hamil. Ini namanya morning sickness tapi tidak terjadi di pagi hati saja bisa pagi, siap atau malam. Atau malah sepanjang hari."

"Benarkah? Pasti tidak enak."

"Ya mau bagaimana lagi ini adalah pengaruh hormon kehamilan. Tapi menurut artikel yang aku baca proses ini hanya pada trimester pertama saja."

"Oh.. Seperti itu. Pasti rasanya tidak nyaman setiap hari harus seperti itu."

"Ya.. Memang tidak nyaman. Tapi akh menikmati setiap prosesnya. Menjadi seorang ibu memang butuh perjuangan."

Dinar tak menyangka jika Aditya begitu perhatian kepadanya. Pemuda yang dinilai cuek dan dingin itu ternyata punya sisi lain yang berbeda.

"Berarti kau dan kak Amanda sama-sama hamil dan selisih kehamilan diantara kalian tidak terlaku jauh. Kau bisa sharing sesuatu sama kak Amanda kalau kau mau."

"Ah tidak perlu." Dinar tak enak karena ia tak terlalu dekat dengan Amanda. Calon kakak iparnya tersebut.

Makanan yang mereka pesan pun tak lama kemudian pun siap dan sudah tersaji di depan mereka. Saat Dinar ingin menambahkan sedikit sambah pada menu makanannya gerakan tangannya di hentikan seketika oleh Aditya.

Bersambung..!