Alula menutup pintu kamar mandi dengan keras. Napasnya terengah, bersamaan dengan dadanya yang naik turun pertanda bahwa emosinya telah memuncak.
"Dania sialan! Kenapa sih, Fayez bisa sesuka itu sama lo? Emang apa kelebihan dia?"
Gadis itu membasuh wajah dan menatap wajahnya yang basah di cermin. Setelah mengobrol berdua dengan Fayez, kini Alula tahu seperti apa rasanya ditolak dan dikatai di depan wajah sendiri.
Belum pernah Alula diperlakukan seperti ini oleh laki-laki, justru biasanya dialah yang mempermainkan hati lelaki.
"Nggak, gue nggak bisa kayak gini terus. Gue Alula, nggak pernah ditolak atau dihina kayak gini sama cowok. Biarpun cowok itu seganteng Fayez, gue pasti bisa dapetin dia." Alula menghentakkan tangannya ke atas wastafel. Jalannya sudah sangat jauh, tidak boleh mundur barang sedikit pun.