Ainina masih enggan mengeluarkan suara hingga saat ini. Perasaannya tiba-tiba mencelos setelah Samudera mencecarnya habis-habisan.
Gadis itu hanya fokus pada seorang sekretaris kelas yang sedang menulis sesuatu di papan tulis putih. Samudera sebenarnya sudah meminta maaf pada Ainian, namun calon gadisnya itu masih enggan untuk membuka suara dan menerima maaf dari Samudera.
Angin berdesir menelusup ke jendela kelas yang menganga. Embusannya berhasil meniup sebagian rambut Ainina yang beterbangan menerpa wajah Samudera.
"Nin, rambut lo wangi banget."
Ainina berdecih pelan dan merapikan rambutnya. Percuma saja Samudera memujinya seperti ini. Tapi dia masih merasa sakit hati.
"Nin, jangan diemin gue kayak gini. Maaf, tadi gue terlalu emosi." Samudera kembali bersuara. Dia benar-benar menyesal, karena tidak seharusnya ia membentak Ainina dan mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh.