"Lo kenapa nangis, Nin?"
Dengan air matanya yang menetes Ainina menggeleng. Gadis itu mengabaikan pertanyaan Samudera dan membantu Hendra berdiri.
"Kita pergi dari sini," ucap Ainina pergi begitu saja.
"Nin! Nina!"
Percuma. Sekencang apa pun teriakan Samudera, Ainina tidak menoleh sedikit pun.
"ARGH!" sebuah meja terbalik akibat emosi Samudera yang meluap. Laki-laki itu bahkan menonjok dinding kelas berkali-kali.
"Sam, udah. Tangan lo bisa sakit." Agus dan Sahroni sigap memegangi Samudera.
"Kenapa Nina malah bantuin Hendra, sih? Mereka ada hubungan apa?"
"Lo jangan emosi dulu. Mungkin aja si Nina cuma kasian sama Hendra karena kena pukul. Lo harus bisa kontrol emosi lo."
Suasana di kelas dua belas ipa satu menjadi menakutkan. Apalagi para siswa yang belum pernah satu kelas dengan Fayez dan teman-temannya di tahun sebelumnya.