"Dania, lo kenapa?"
Kepala Dania mendongak, lalu memalingkan wajah ke arah lain sambil menyeka kedua sudut matanya.
"Gue nggak apa-apa," jawab Dania, berusaha tersenyum.
"Lo nangis, kan?"
"Gue nggak apa-apa, Akbar. Kayaknya gue kelilipan."
Dania menoleh ke belakang ketika mendengar suara langkah kaki. Buru-buru ia meninggalkan Akbar dengan sedikit berlari.
Hal itu membuat Akbar merasa kebingungan. Padahal yang tengah berjalan di belakang Dania adalah Fayez. Apa mereka bertengkar?
"Lo habis ngobrol apa sama Dania?" tegur Fayez tiba-tiba.
"Gue nggak ngobrolin apa-apa."
Fayez tersenyum miring dan menatap Akbar sinis. "Jangan bohong. Gue liat kalian ngobrol. Kenapa? Lo masih suka sama Dania?"
"Harusnya gue yang tanya kenapa. Gue liat Dania nangis, jadi gue tanya kenapa. Lo bikin dia nangis?"
Fayez terdiam, sambil mencerna ucapan Akbar.
"Lo nggak tahu, kan?"
"Dia nangis kenapa?"