"Apa? Kamu hampir dicium sama, dia?"
Arinka menunduk dan mengangguk pelan. Untung saja ia mengambil langkah cepat dan mampu membuat Temon tersungkur.
Sedangkan Edward, lelaki itu sudah mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak terima, jika ada orang yang berani menyentuh Arinka.
Pintu ruangannya diketuk dari luar, Arinka bergegas duduk di sofa tamu dan kembali bersikap biasa.
"Masuk!"
Temon dan ketiga temannya masuk ke dalam ruangan Edward. Kecuali Temon, ketiga lelaki lainnya menunduk karena ketakutan.
"Duduk kalian!"
Hendra melirik Arinka sekilas, gadis itu langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain. Arinka kecewa pada Hendra. Ia pikir, lelaki itu sudah berubah.
"Kalian tahu, apa kesalahan kalian?"
"Tau, Pak," jawab mereka, kecuali Temon.
"Temon, kamu baru saja kembali ke sekolah. Kenapa sekarang bikin masalah, lagi? Kamu mau saya skorsing, lagi?"