Fayez memutuskan untuk pergi mengantar Dania ke kelasnya. Sebagai laki-laki yang baik, Fayez merasa sangat bertanggung jawab atas keselamatan Dania. Meski itu hanya sekadar, mengantarnya kembali ke kelas.
"Kayaknya, aku baru pertama kali deh, liat kamu semarah ini," ucap Fayez sembari menoleh ke samping.
"Aku emang nggak pernah marah, Yez. Tapi, kalau soal Siska, aku nggak bisa tahan. Dia juga sering bantu aku, dulu. Makanya, aku nggak tega waktu liat dia nangis karena berantem sama Galang."
"Kalau kita berantem, apa kamu bakal nangis, juga?"
Dania menoleh sekilas, memperhatikan Wajah Fayez yang tengah menatapnya. "Tergantung. Kalau kami sakiti aku, pasti aku bakal nangis. Kalau kita berantem cuma karena salah paham dan hal sepele, aku nggak akan nangis."
Fayez mengacak rambut pendek Dania dengan gemas. "Aku nggak akan biarin kamu nangis. Kamu pegang, kata-kata aku."
"Ish, jangan di acak-acak kayak gini, dong!" tegur Dania sembari merapikan kembali rambutnya.