Temon sudah tidak merasakan sakit. Ia langsung berdiri dan mengejar Arinka dengan sekuat tenaga.
"Arinka! Lo di mana?"
Arinka yang bersembunyi di dalam gudang berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
Ia menutup mulut dengan telapak tangan dengan rapat. Begitupun dengan Edward.
Lelaki itu masih belum mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya. Namun jika melihat dari wajah Arinka yang ketakutan, dan suara Temon yang berteriak memanggil nama Arinka, membuat Edward berpikir bahwa laki-laki itu sudah berlaku kasar pada gadis yang sedang berjongkok di sampingnya.
"Bos, gimana?"
"Sheila kabur. Kalian coba cari dia."
Arinka dan Edward membuka penutup mulut mereka dan mengembuskan napas lega setelah mendengar tidak ada lagi suara Temon dari luar.
"Akhirnya dia pergi juga" gumam Arinka menyandarkan punggungnya di dinding.
"Kamu kenapa? Ada masalah sama Temon?"
Arinka sepertinya melupakan Edward yang saat ini berada di sampingnya.
"Saya lupa kalau ada Bapak" cicitnya.