"Ada urusan apa anda mengajak saya bertemu?"
"Saya sekali lagi ingin menanyakan, apa anda benar-benar ingin membatalkan kerja sama kita?"
Lelaki itu tersenyum dengan sangat manis. "Saya rasa kejadian kemarin sudah cukup jelas. Untuk apa anda kembali bertanya?"
"Haris, coba kamu pikirkan masa depan Fayez. Hidupnya akan lebih terjamin jika menikah dengan anak saya. Kamu juga harus memikirkan, kalau perusahaan kita di satukan, pasti akan menjadi perusahaan terbesar, bahkan mungkin bisa mengalahkan Aksadana Corp"
"Kamu benar, Novita. Saya memang tidak memikirkan ke arah sana"
Novita tersenyum senang. "Sudah saya duga, kamu pasti akan sadar"
"Saya tidak pernag memikirkan ke arah sana karena saya lebih mementingkan kebahagiaan anak saya dari pada harta yang saya miliki"
Wajah Novita berubah kecut. "Bodoh kamu Haris! Fayez adalah anak pertama, dia punya kewajiban untuk menafkahi istri bahkan adik perempuannya"