Dania sudah lebih dulu meninggalkan teman-temannya di kantin. Hal itu bukan karena ia cemburu pada Ainina dan Fayez, melainkan perutnya yang sakit dan tidak bisa di ajak kompromi.
Gadis itu menatap wajahnya di cermin. Merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Gue nggak jelek-jelek amat kok. Jadi, buat apa cemburu sama Ainina" Gumam Dania yang bermaksud untuk menyemangati dirinya sendiri.
"Bukannya lo tadi di kantin? Kenapa malah di sini?"
Dania menoleh ke arah pintu toilet. Di mana sudah ada Shelina yang tengah memperhatikannya.
"Gue sakit perut. Lo ngikutin gue sampe ke sini?" Tanya Dania yang kembali memperhatikan wajahnya di cermin.
"Sakit perut, atau sakit hati?"
"Shelina, dari pada lo sibuk ngurusin hidup gue, mending lo ngurusin jalan hidup lo sendiri"
"Lo nggak usah munafik, Dania. Gue tau kalau lo masih suka sama Fayez."
Dania beralih menghadap Shelina dengan kedua tangan di lipat di dada.
"Gue emang suka sama Fayez. Kenapa? Bukannya lo juga sama Fayez?"