"Kamu serius dengan rencana kamu?"
"Aku serius, Pa. Ini juga demi kebaikan keluarga kita"
"Keluarga kita?" tanya Haris berdiri dari kursi singgasana nya. "Keluarga kita, atau masa depan kamu?"
Fayez berdecak dan ikut berdiri menghampiri sang ayah. "Pa ... Aku nggak mau terus-terusan deket sama perempuan yang nggak aku cintai sama sekali"
Haris tertawa pelan sembari mengangkat tangan kanannya. "Papa ngerti. Papa izinkan kamu pergi, tapi dengan satu syarat"
"Apa, Pa?" tanya Fayez antusias.
"Anggap aja ini perjalanan bisnis kamu yang pertama. Jadi, Papa akan kasih kamu beberapa berkas untuk diberikan kepada pewaris tunggal Aksadana"
Haris melangkah berbalik dan membuka lemari kaca berukuran besar yang hanya ada di dalam ruangan kerjanya.
Kemudian lelaki paruh baya itu memberikan setumpuk amplop berwarna biru ke tangan Fayez.
"Ini apa, Pa?"