Dania mengangguk. Tidak ada salahnya berbuat baik di pagi hari.
"Yez, lo kenapa seneng banget berangkat pagi?"
"Nggak apa-apa, sih. Gue cuma agak risih aja kalau diliatin banyak orang"
"Oh .. Kirain mau ngerokok lagi kayak dulu"
Fayez mendelikkan bola matanya. "Lo nggak usah ngungkit masa lalu gue, deh"
"Bukan gitu. Gue masih nggak nyangka aja, cowok yang kata orang lain baik, pinter, berprestasi, cerdas ... Pokoknya belum ada komentar negatif tentang lo, tapi ternyata banyak minusnya"
"Itu makanya, kenapa ada istilah, jangan menilai orang dari sisi luarnya" sahut Fayez.
"Betul juga sih. Tapi jujur, gue masih nggak percaya kalau lo suka ngerokok, tawuran, berantem hmm ... Hm .... "
Dengan sangat terpaksa Fayez harus membekap mulut Dania sebelum rahasianya bocor dan terdengar oleh orang lain. Laki-laki itu membawa Dania pergi dengan cepat ke arah kantin.
"Ih, lo ngapain ngebekem mulut gue, sih?" tanya Dania dengan emosi jiwa.