Rasanya Dania ingin menangis detik ini juga. Ia berjalan di tengah koridor yang sepi dan dengan tumpukan buku-buku tebal di kedua tangannya.
"Kenapa sih, nasib gue sial banget? Kenapa cinta rasanya se tersiksa ini, ya?," kata Dania. Ia berani berbicara dengan suara normal karena tidak ada Fayez atau siapa pun di sana.
Kemudian gadis itu melirik jam tangannya dengan susah payah, karena kedua tangan yang ia miliki digunakan untuk menopang buku-buku milik si manusia jenius itu.
"Baru jam enam kurang. Ini gimana? Masa gue nanti di kelas sendirian? Gue kan takut," ucap gadis itu sedikit ketakutan dan menolah ke belakang, melihat sekitar.
Efek yang ditimbulkan karena terlalu sering menonton film horor adalah imajinasi yang berlebihan.
Setelah tiba di depan kelas Fayez, Dania mengetuk pintunya terlebih dulu. Hanya untuk sekadar menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan.
"Lo masuk aja. Pintunya nggak gue kunci."