Kedatangan Shelina membuat Fayez harus melepas tangan Dania. Dan saat ini Fayez hanya bisa memandang punggung Dania yang semakin menjauh.
"Kamu ngapain di sini?," tanya Shelina sebari bergelayut manja di lengan kekar milik Fayez.
"Gak ngapa-ngapain," jawab Fayez seraya melepas pelukan tangan Shelina yang sangat mengganggu.
"Aku mau ajak kamu ke kantin. Mau, ya?."
"Gak."
"Kenapa, Fayez?." Shelina menekuk wajah dan memanyunkan bibirnya. Berharap Fayez akan luluh.
"Lo gak liat? Ini itu masih jam pelajaran. Apa kata orang nanti, ketua dan sekretaris osis malah makan di kantin saat jam pelajaran."
Setelah mengatakan itu, Fayez pergi meninggalkan Shelina yang masih terpaku di tempat.
"Fayez kenapa, sih? Gak biasanya dia marah-marah sama gue," gumam Shelina sebari melipat kedua tangan di dada.
Fayez berjalan cepat menyusuri koridor. Pada saat sampai di depan kelas Dania, ia diam-diam mengintip dari jendela kaca. Di sana ia bisa melihay Dania dengan jelas.
Namun sayang, sepertinya gadis pujaan hatinya itu tengah tertidur. Karena ia terlihat menelungkupkan wajah di atas meja.
"Kok bisa-bisanya dia tidur di kelas?," pikir Fayez dan melanjutkan kembali langkah kakinya.
"Lo ke mana aja? Ke toilet kok kayak ke luar negeri. Lama banget," ujar Sahroni.
Fayez tak menjawab dan malah lebih membuka buku sejarah yang berada di atas meja nya.
"Si Fayez, gak ada guru aja masih buku pelajaran," ucap Agus menggelengkan kepala.
"Makanya dia pinter. Gak kayak lo, udah bego, gak pernah belajar lagi." Sam menimpali dengan mulutnya yang pedas.
"Gak pinter gak masalah. Yang penting keren dan bisa memikat hati banyak cewek," balas Agus sebari menyugar rambutnya dengan uap air yang keluar dari mulutnya.
"Najis!," hardik Sam dan Sahroni.
Galang yang duduk di belakang Fayez hanya menggelengkan kepala. Ketiga temannya memang tidak waras, pikirnya.
"Yez, lo kenapa? Apa ada masalah? Lo bisa cerita sama gue."
Di sini, hanya Galang yang bisa di ajak bicara serius. Galang memang sedikit pendiam, tapi ia tak sedingin Fayez.
"Nggak. Gue baik-baik aja," kata Fayez sebari menepuk bahu Galang.
"Kalau lo ada masalah, lo bisa cerita sama gue. Jangan sungkan, kita kan sahabat," imbuh Galang.
Fayez tersenyum dan mengangguk. Sayang sekali, ia belum bisa menceritakan semuanya kepada siapa pun. Fayez tidak bisa menebak isi hatinya sendiri, perasaan apa yang sebenarnya ia miliki untuk Dania.
"Nay, kalau bener dia di takdirkan buat gantiin lo, apa gue siap?," batin Fayez.
Nay. Siapa sebenarnya wanita dibalik nama Nay yang sering membuat Fayez galau dengan perasaannya terhadap Dania?
Apa dia adalah sosok wanita di masa lalu Fayez?
"Yez, kita mau ke kantin. Lo sama Galang mau nitip gak?," tawar Sahroni kepada dua sahabatnya yang sama-sama pendiam.
"Gak," jawab Fayez dan Galang bersamaan.
"Buset dah. Udah kelakuan sama, ganteng juga lebih ganteng gue, jawab juga barengan. Emang lo berdua jodoh," imbuh Sahroni menatap kedua sahabatnya bergantian.
Galang dan Fayez hanya saling melirik dan kembali dengan kegiatannya masing-masing. Sedangkan ketiga temannya yang lain sudah hilang dibalik pintu kelas.
Galang memperhatikan raut wajah Fayez yang sebenarnya tidak berubah. Tapi sepertinya hanya Galang yang mengerti dengan gerakan bola mata Fayez.
"Lo lagi jatuh cinta?," celetuk Galang yang membuat Fayez membalikan tubuhnya.
"Jangan so tau," balas Fayez sebari menyandarkan tubuh di tembok kelas.
Galang tersenyum miring dan turut melakukan hal yang sama. "Jangan naif sama diri lo sendiri. Kalau emang lo jatuh cinta, lo harus bisa ungkapin semuanya."
Fayez melirik Galang. Dia memang sahabat yang lebih dulu mengenalnya dibanding Sahroni, Agus dan Samudera. Galang dan Fayez berteman sejak duduk di bangku SMP. Oleh karena itu lah Galang mengetahui bagaimana kehidupan dan kisah percintaan Fayez yang sesungguhnya.
"Apa lo udah dapet pengganti Nay?."
Pertanyaan Galang membuat raut wajah Fayez sedikit terkejut.
"Gue nggak tau, Lang. Gue masih nggak ngerti sama perasaan gue sendiri," ucap Fayez.
"Dania. Apa dia cewek yang lo suka?."
Fayez terkejut bukan main. Dari mana Galang tahu, kalau Dania lah gadis yang berhasil mencuri perhatiannya.
Galang terkekeh geli karena melihat raut wajah Fayez yang berubah dan menjadi merah. "Gue tahu semua sifat lo, Yez. Cuma gue yang nggak bisa lo bohongin," terang Galang.
Fayez mendengus kesal. "Jangan so tau. Kali ini lo nggak akan tahu."
"Oh, ya? Jadi, lo nggak suka sama Dania?,"
Fayez menggeleng sebagai jawaban.
"Oke. Kalau gitu, biar gue yang maju buat dapetin Dania."
Fayez memelototkan kedua matanya. Ia langsung menoleh dan menatap Galang dengan emosi.
"Kenapa? Lo kan gak suka sama Dania. Lagian, Dania itu cantik, baik, ceria. Gue suka sama cewek kayak Dania. Kayaknya gue bakal bahagia terus kalau deket sama dia."
Sepertinya Galang suka menggoda Fayez. Terlihat wajah Fayez yang sudah memerah dan nafasnya yang naik turun karena menahan amarah.
"HAHAHAHA..." Gelak tawa Galang memenuhi ruang kelas. Membuat hampir seisinya menoleh kepada dua laki-laki yang tengah duduk bersisian.
"Aduh.. Haha.. Yez, muka lo lucu banget, sumpah," kata Galang di sela-sela ketawanya.
Fayez yang tersadar pun segera merubah kembali mimik wajahnya dan kembali ke posisi duduknya semula.
"Udah lah, gue itu tau sifat lo kayak apa. Kalau lo bisa bohongin orang lain, tapi lo gak bisa bohongin gue."
"Apa lo ngejebak gue?," tanya Fayez tanpa menoleh.
"Mancing sih lebih tepatnya," jawab Galang mengulum senyum.
Fayez mendengus kesal. Bisa-bisanya ia terjebak oleh pancingan yang Galang buat.
Brak
Bruk
Suara benturan meja yang diperbuat oleh Fayez membuat Galang terkekeh. Fayez pasti malu dan kesal terhadapnya, tapi mau bagaimana lagi, Galang seneng melihat wajah sahabatnya memerah.
"Lo tenang aja. Rahasia lo aman sama gue."
Fayez tak menggubris. Ia memilih untuk memasang headset di kedua telinganya. Untung saja guru tidak hadir pada jam kedua.
"Nih, minuman buat lo berdua."
Dalam hati Fayez bersyukur karena ketiga temannya telah kembali. Ia tidak bisa terus-terusan berdua dengan Galang. Karena kehadiran Galang bisa membuat rahasia yang selama ini terpendam akan terkuak perlahan.
"Makasih, ya," ucap Galang mengambil botol air mineral dingin di atas meja sebari menyengir seperti kuda.
"Napa lo, Lang? Tumben banget nyengir. Biasanya juga diem kayak si Fayez," celetuk Samudera.
"Gak. Lagi seneng aja gue hari ini," jawab Galang melirik Fayez sepintas.
"Yez, lo kenapa? Tumben pake headset di kelas?," tanya Agus.
"Mampus lo dikacangin," ejek Sahroni.
"Dah biasa. Gak pake headset aja gue sering dikacangin," sindir Agus meratapi nasibnya yang tidak bagus.
"Kita tadi ketemu Dania. Dia makin hari makin cakep aja." Samudera membuka suara.
"Hooh. Body nya makin bohay aja. Rok dia mulai kesempitan kayaknya," imbuh Agus sebari memakan kacang kulit rasa bawang miliknya.
"Kalian liat di mana?," tanya Galang antusias. Sudah pasti untuk mengalihkan perhatian Fayez. Galang tahu, kalau headset yang Fayez kenakan tidak mengeluarkan bunyi sama sekali.
"Di kelasnya. Tadi kita liat dari pintu. Ampun, itu body yahuuddd.. Banget. Bajunya kekecilan kayaknya. Bikin mata seger aja," tambah Agus yang ikut masuk ke dalam obrolan.
Galang diam-diam melirik Fayez yang nampaknya mulai tersulut emosi.
"Gue sama Dania cocok, nggak?."