Sebagai pihak yang dirugikan, Nikolai tidak diam begitu saja. Dia menarik tangan Natalya dan mendorongnya ke ranjang. Kemudian, dia menghajar Aleksei berkali-kali.
Buk! Buk! Buk!
Baku hantam pun tidak terelakan. Aleksei membalas pukulan Nikolai, tetapi pria Romanov itu mengelak.
"Ayo lawan aku, Alek!"
Nikolai menantang sahabatnya. Oh, masih pantaskah pria semacam itu dipanggil dengan sebutan sahabat?
"Bertahun-tahun lamanya kau menggerogoti keluargaku. Dan sekarang, terimalah pukulanku sebagai balasan pengkhianatan yang kau lakukan bersama Natalya!"
Buk! Buk! Buk!
Aleksei memang tidak pandai bertarung. Dia sadar betul akan hal itu.
"Aaarrggh!"
Aleksei mengerang kesakitan. Dia menatap Natalya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga menatap dirinya yang menyedihkan di cermin besar yang berdiri kokoh di sampingnya.
'Sial! Kau jangan senang dulu, Nikolai! Karena aku telah menyiapkan kejutan untuk mu.'
Aleksei pasrah. Dia membiarkan Nikolai memukuli beberapa bagian tubuh seperti wajah dan perut. Dan terakhir, Nikolai menendangnya.
Bruk!
Aleksei akhirnya tumbang juga setelah dihujani pukulan oleh Nikolai. Sang tuan muda keluarga Romanov mengembangkan senyum di bibirnya. Dia berjongkok di hadapan Aleksei yang tersungkur di lantai.
Nikolai meraih leher Aleksei dan menatapnya dengan penuh kebencian.
"Mulai malam ini, kau bukan lagi sahabatku dan kita tidak ada hubungan apapun lagi."
Nikolai mendorong Aleksei, lalu berdiri. Dia menatap Natalya dengan pandangan merendahkan.
"Malam ini, puaskan dahagamu untuk memiliki tempat ini! Karena besok pagi, aku pastikan akan mengambil alih apartemen ini dan menjualnya."
Baru saja Nikolai berjalan beberapa langkah meninggalkan Aleksei dan Natalya, dia lantas menghentikan langkahnya. Nikolai berbalik karena teringat sesuatu.
"Oh, Aleksei, jangan lupa untuk datang ke perusahaan Kakek dan berikan surat pengunduran dirimu besok pagi!"
Nikolai tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. Kemudian, dia melangkah kembali meninggalkan kamar apartemen tersebut.
"Alek!''
Nikolai masih dapat mendengar dengan jelas teriakan Natalya dari belakang punggungnya. Namun, dia terus berjalan dan tidak memedulikan suara di belakangnya.
"Alek, kau berdarah. Wajahmu penuh luka lebam. Bagaimana dengan bagian tubuhmu yang lain?"
Nikolai hanya menggeleng. Dia keluar dari apartemen dengan perasaan yang tak menentu.
"Seumur-umur, kau tidak pernah mengkhawatirkan aku seperti kau mengkhawatirkan Alek. Aku benar-benar jijik mendengarnya, Natalya."
***
"Hei, pecundang! Kau mau ke mana?!"
Seseorang menepuk punggung Nikolai. Sontak, Nikolai membalikkan badan.
Brak!
Nikolai menutup pintu mobil sambil menatap 3 orang berbadan kekar di hadapannya.
"Siapa kalian?!"
Nikolai bersandar di badan mobilnya menatap ketiganya.
'Aku tidak mengenal mereka. Jadi, siapa mereka?'
"Kau telah menyinggung Bos kami."
Salah seorang dari mereka berkata dengan nada tinggi. Tatapan ketiganya merendahkan Nikolai.
"Siapa Bos kalian?! Mengapa dia tidak turun tangan menghadapi saya jika memiliki nyali?!"
Bukan ketakutan yang dirasakan oleh Nikolai, melainkan tantangan. Dia merasa tidak memiliki musuh, jadi untuk apa takut dengan ketiga orang di hadapannya?
"Cepat habisi dia!"
Kalimat perintah barusan datang dari seseorang yang berdiri di samping mobil mewah berwarna merah yang tidak lain adalah milik Natalya. Nikolai hapal betul siapa pemilik suara pria tersebut.
"Ya Tuhan! Ternyata Bos kalian adalah pria brengsek ini?! Ha! Ha! Ha!"
Lagi, Aleksei mendapatkan hinaan dari Nikolai.
"Kau menyewa ketiga preman ini, Alek?! Ha! Ha! Ha!"
Nikolai tidak dapat menahan tawa. Dia sungguh tergelitik dengan tingkah Aleksei.
"Aargghh! Sialan! Cepat, hajar dia!"
Aleksei meringis kesakitan ketika merasakan sakit pada wajahnya. Namun rasa sakit itu, tidak menyurutkan niatnya untuk menghajar Nikolai.
Buk! Buk! Buk!
Nikolai menghadapi ketiga pria tersebut seorang diri. Selain handal menghabiskan uang keluarga Romanov, Nikolai pun handal berkelahi. Namun dengan perawakan yang kurus, apakah dia sanggup melawan ketiga pria berbadan kekar?
"Rasakan ini, Bocah!
Pria botak yang mengenakan hoodie merah melayangkan kepalan tangannya ke dada Nikolai. Kemudian, menendangnya.
Bruk!
Nikolai terhempas ke mobilnya. Dia tersungkur.
"Aaarrggh! Damn it."
Nikolai mengusap cairan merah yang keluar dari ujung bibirnya. Darahnya bergejolak karena tidak sudi menerima kekalahan dari lawannya.
"Ha! Ha! Ha!"
Kali ini, Aleksei tertawa puas. Dia memandangi Natalya yang berdiri di sisinya.
"Apakah kemampuanmu hanya sampai di situ, Nikolai Romanov?!"
Nada ejekan datang dari mulut Aleksei. Oh, tentu saja Nikolai merasa harga dirinya terinjak-injak.
"Shit!"
Nikolai mulai merasakan dadanya sesak. Dia berusaha bangkit dengan berpegangan pada mobil.
Nikolai menatap wajah Natalya yang tidak tersenyum sama sekali.
"Habisi dia!"
Aleksei kembali bersuara. Namun, Nikolai melihat tangan Natalya memegangi lengan Aleksei.
"Ada apa, Natalya? Apakah kau tidak tega melihat mantan kekasihmu kesakitan?"
Natalya menggeleng. Oh, sebenarnya Nikolai pun tidak mengharapkan wanita itu membelanya.
"Tidak, cukup Alek. Kau bisa membunuhnya jika tidak berhenti sekarang. Aku tidak ingin kau berurusan dengan keluarga Romanov."
'Natalya benar. Keluarga Romanov tidak akan gagal mencari jejak pelaku pembunuhan Nikolai. Dan, aku tidak ingin hidup mendekam di penjara,' pikir Aleksei, dia mengembuskan napas panjang sebelum akhirnya memutuskan apa yang dia inginkan.
"Tinggalkan dia!"
Aleksei menatap Nikolai sejenak.
"Kau beruntung karena Natalya tidak ingin kau mati dengan cepat dan mudah. Namun lain kali, tidak akan ada pengampunan lagi."
Nikolai tidak membalas ucapan Aleksei. Dia juga tidak mengucapkan terima kasih kepada Natalya. Setidaknya, dia memiliki waktu untuk melakukan balas dendam kepada dua orang tersebut.
"Ayo!"
Aleksei menarik tangan Natalya dengan kasar. Mereka semua pergi meninggalkan Nikolai yang babak belur.
"Ah, ya ...."
Natalya membalikkan badan mengikuti langkah Aleksei. Wanita itu sempat-sempatnya menoleh ke belakang menatap Nikolai. Namun, Nikolai mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Cih! Aku tidak butuh belas kasih mu, Natalya. Kau telah menghancurkan kepercayaan ku terhadap wanita."
Nikolai membuang saliva ke tanahーlebih tepatnya membuang saliva berwarna merah.
"Well, aku akan kembali ke apartemen sekarang."
Nikolai membuka pintu mobil dan masuk ke sana dengan bersusah payah.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Nikolai terbatuk beberapa kali. Dia meraba-raba ke kursi sampingnya guna menemukan botol air mineral.
"Oh, my!"
Nikolai geram karena tidak menemukan apa-apa di sana. Dia memutuskan untuk mengendarai mobil menuju apartemen yang masih berada di kawasan Danilovsky, Moskow.
***
Sesampainya di apartemen, Nikolai langsung menuju kamarnya. Dia mendapati seseorang berdiri di depan pintu apartemen hendak menutupnya.
"Tunggu! Siapa kau?!"
Si pria berbalik dan menatap Nikolai yang berpenampilan kacau.
"Justru saya yang seharusnya bertanya, siapa Anda?"
Nada sopan keluar dari mulut pria di hadapan Nikolai. Jika ditaksir, usia pria itu kira-kira awal limapuluhan.
"Saya? Saya adalah pemilik unit apartemen ini. Lalu, siapa Anda?"
Si pria mengerutkan kening. Kemudian, mendongakkan wajahnya menatap Nikolai yang memiliki tinggi melampaui dirinya.
"Apakah Anda adalah pemilik lama apartemen ini?"
"Pemilik lama?! Apa yang Anda bicarakan, Tuan asing?!"
Oh, ada apa sebenarnya? Situasi ini benar-benar membingungkan Nikolai.