Ketika jasad telah dimakamkan, semua sanak sedarah dan teman harus mengiklaskan. Diana berjalan bersama Gibran, keduanya keluar dari TPU setempat.
"Ada rencana kah?" tanya Diana.
"Ada, aku sibuk mengajar baca sama anak-anak kurang mampu dan anak jalanan." jelas Gibran sambil melihat ke ponselnya.
"Wih ... ikut dong. Rumah lagi sepi, Kak Day di pondok dan Mas Fito sedang pergi. Boleh ya?" tanya Diana yang tertarik.
"Boleh. Aku juga butuh teman, siapa tau ada yang berdonasi buku-buku yang sudah tidak terpakai," ujar Gibran.
"Wih ... ternyata kamu keren. Baru kali ini pikiranmu dewasa," ucap kagum Diana.
"Dari dulu, kamu sih tidak mau mengerti." ujar Gibran serius namun ditangapi dengan candaan.
"Hu ... apaan ... kamu itu ... baru kenal juga, atau jangan ... jangan kamu sering memperhatikanku ya?" tanya Diana dengan GRnya.
"Kok tahu?"
"Jadi beneran?" tanya Diana.
"Aku memperhatikanmu ... karena kamu butuh orang yang memperhatikanmu," jawab Gibran santai.