Chereads / KISAH CINTA PUTRI MUSANG DAN MANUSIA BIASA / Chapter 17 - 17. HARI PERTAMA ERN BEKERJA

Chapter 17 - 17. HARI PERTAMA ERN BEKERJA

Kini aku berada di kamarku. Untung saja Justin tidak menanyakan mengapa aku memakai jaket setiap hari dan untung saja cuaca bulan ini memang basah.

Aku menatap langit melalui jendela. Malam ini begitu sunyi. Tak ada suara apapun kecuali jarum jam yang bergerak.

Ketika melihat bintang rasany aku bisa melihat bagaimana ramainya di atas sana. Di langit itu terlihat begitu kerlap kerlip cahayanya. Aku sangat merindukan orang tuaku.

Ayah, ibu aku ingin sekali bisa melihatmu. Aku ingin memeluk kalian berdua. Hatiku rasanya begitu hampa sekali. Namun aku cukup bersyukur karena Justin telah ada di kehidupanku. Kini aku hanya bisa percaya pada Justin. Ya aku sungguh mencintai Justin. Aku memberi harapan kepada justin. Aku ingin dia juga memiliki rasa yang sama sepertiku. Tapi aku tidak mau berharap lebih. Aku hanya ingin justin terus berada di sampingku. Aku ingin justin bisa terus mengerti apa yang membuat aku nyaman.

Ayah, ibu jika kau melihat sosoj justin pasti kau akan sangat memuji sosoknya. Hem aku rindu sekali kalian berdua. Aku juga rindu nenek dan kakakku satu-satunya. Ah rasanya semua orang yang ada di dekatku pergi dengan cepat begitu saja. Yah! Aku berharap justin akan selalu ada di sisiku sampai aku meninggal nantinya.

Kini aku mengelus lenganku. Aku melihat kulitku yang penuh dengan bulu. Ya, kulit di lenganku seperti kulit seeokor musang.

Aku teringat kejadian kemarin malam. Kenapa aku bisa berubah menjadi seekor musang? Kini aku mencoba mencari tahu di layar komputer.

Aku membaca setiap artikel mengenai musang dan aku membaca kisah rakyat cina. Disana tertulis bahwa ada seeorang juga yang bisa merubah dirinya menjadi musang. Namun ternyata itu adalah dongeng rakyat cina dahulu.

Aku membacanya dengan teliti. Meski itu dongeng tapi aku sangat penasaran. Beberapa menit ketika aku sedang membaca layar komputer. Aku di kagetkan oleh justin yang tiba-tiba membuka kamarku dengan cepat.

"Hei kau sedang apa? Waktunya makan malam!" seru justin dengan wajah bersemangat.

"Eh! Em aku sedang menucari bacaan di internet. Aku hanya bosan saja," kataku dengan cepat.

"Oh kau kaget ya! Maaf aku terlalu bersemangat. Karena malam ini aku memasak steak untuk makan malam. Kau pasti akan menyukai masakanku," kata justin dengan wajah menggoda.

"Oh baiklah aku akan segera turun. Aku tidak sabar untuk makan malam!" kataku lalu segera mematika komputer dan turun ke tangga.

"Wow! Sial! Kau bisa masak juga ternyata just," kata Ariana adik justin yang begitu menikmati makanannya. Mulutnya mengunyah dengan penuh.

Melihat Ariana yang terlihat lahap. Justin tidak sabar dengan ekspresi yang akan aku tampilkan ketika selesai mencicipi makanannya.

"Nah sekarang giliran kau mencicipi masakanku!" kata justin.

"Oke aku coba!" seruku lalu makan satu potong kecil daging itu dengan mengunyah pelan.

Aku merasakan bumbu yang ada di steak itu begitu enak.

"Hem lumayan! Ini bisa aku makan," kataku membuat justin melotot.

"Hei ada apa denganmu?" tanyaku.

"Kau harus memuji masakanku dong!" seru justin.

"Oke baiklah! Masakanmu enak sekali aku suka!" seruku membuat justin supaya tersenyum.

Kami bertiga makan steak dengan lahap dan yang paling pertama selesai adalah Ariana. Dia mengelap pinggir bibirnya dengan tisu lalu melihat ke arahku.

"Hei kau tidak bisa meramalkan ibuku ya? Ayo berusahalah kau pasti bisa," seru Ariana.

"Aku sudah bilang kalau aku tidak bisa," jawabku lalu mengunyah makananku.

"Ya sudah lah kalau begitu aku akan mencari tahu sendiri dimana ibuku," kata Ariana lalu pergi ke kamarnya tanpa membersihkan piring makannya.

"Biar aku saja yang mencuci piringnya. Dia memang suka begitu," kata Justin dengan lembut.

Aku terus memakan steak ini dengan lahap.

"Oh ya! Kenapa kau terus memakai jaket terus? Ini cuacanya sedikit panas loh!" seru justin meembuat aku merasa deg degan. Tuh kan! Justin mulai mencurigaiku.

"Tidak kok! Aku merasa dingin sekarang," jawabku singkat.

"Oh begitu yasudah pakai terus saja jaketmu. Kalau mau ganti jaket tinggal ambil saja yang ada di lemari. Disana masih banyak baju-baju aku," kata justin dengan baik hati.

"Iya terimakasih justin," ucapku lembut.

***

Hari ini di rumah justin sepi sekali. Ariana pergi kuliah dan setelahnya dia pergi bekerja di bengkel sementara justin ke sekolah menengah ke atas dan sudah sore justin belum pulang.

Aku bosan berada di rumah ini. Aku mencoba turun dan membersihkan debu-debu yang menempel di benda-benda yang berada di ruang tamu.

Mataku entah mengapa ingin selalu melihat foto keluarga justin. Ya aku menyoroti wajah ibu justin. Wajah ibu justin sepertinya begitu menyeramkan sekali.

Kini aku melihat jam.

"Heh bagaimana ini? Hari sudah sore tapi justin belum pulang. Katanya dia ingin pergi bersamaku ke kedai pizza milik temannya. Supaya aku bisa bekerja disana," kataku dalam hati.

Tak lama suara pintu terbuka. Aku segera berbalik.

"Hai!" seru Justin dengan cepat duduk di sofa. Sepertinya dia begitu lelah.

Aku membalas sapaannya dengan tersenyum.

"Aku akan membuatkanmu minuman!" seruku segera meninggalkan justin sebelum justin menolaknya.

Segera aku membuatkan dia susu hangat dan aku beri jahe bubuk supaya dia bisa rileks. Karena hari ini salju turun.

"Ini minumlah!"

Justin tersenyum dan minum minuman itu dengan wajah berseri setelahnya.

"Hem! Ini sangat enak dan membuatku ingin tidur saja. Tapi kita harus segera menuju ke kedai pizza temanku. Agar kau bisa cepat bekerja disana," kata justin.

"Hah kau serius? Apa kau yakin? Sepertinya kau lelah sekali hari ini," ucapku dengan duduk di samping justin.

"Ya aku lelah tapi aku kan sudah janji kepadamu. Aku pasti akan istirahat setelah ke kedai pizza," kata justin dengan yakin.

"Oke baiklah aku akan ganti baju sekarang," kataku lalu segera menaiki tangga.

***

"Dia boleh bekerja disini. Kalau kau mau. Kau bisa kerja sekarang juga," kata teman justin yang bernama jack.

"wah baiklah aku akan bekerja sekarang juga. Pukul berapa aku harus pulang?" tanyaku antusias.

"Kau bisa pulang pukul sebelas malam," jawab jack membuat justin membelalak.

"Aku pasti akan mengantarmu pulang ern, aku akan tidur disini menunggumu. Tidak masalah kan jack?" justin melihat wajah jack.

"Ya tentu saja tidak masalah. Aku kan temanmu sejak kecil justin," kata jack sambil menepuk justin dengan akrab.

Akhirnya aku bekerja disini dengan semangat. Karena sejak pagi rasanya aku belum mengekuarkan tenaga. Kini malam ini aku bekerja dengan keras mengantarkan pizza ke pelanggan. Aku juga di bimbing meembuat pizza oleh jack.

Jack adalah teman justin yang begitu humoris. Aku sangat menyukainya. Untungnya dia bos yang tidak galak. Aku kira dia akan galak kepadaku.