Rachel mengulas senyumnya saat mengingat ungkapan cinta dari Delon yang tidak pernah ia sangka sama sekali.
Ini bukan lagi cinta tak terbalas, namun cinta saling membalas. Rachel mencintai Delon dan Delon mencintai Rachel.
Rachel sudah tidak merasa jika cintanya adalah merupakan sebuah dosa yang tak akan pernah termaafkan. Karena Delon bukanlah saudaranya, jadi Rachel terbebas akan perasaan dosa besar itu.
Begitupula dengan Delon. Ia juga sama dengan Rachel. Senyumnya selalu saja mengembang tatkala mengingat betapa liarnya dirinya jika telah bersama Rachel.
Kaki Delon mulai mengayun kearah kamarnya untuk menemui Regan. Delon tahu jika sahabatnya itu telah berada di sana menunggunya.
"Lo ngabis-ngabisin kue gue aja ...," cibir Delon pada sahabatnya itu yang sedang menikmati beberapa kue kering di atas sofa.
Regan yang mendengar suara Delon menggema di telinganya hanya melihat dari ekor matanya tanpa mau memindah tubuhnya.
"Lo bohongin bokap lo?" Delon mengerutkan dahinya mendengar ucapan Regan yang tiba-tiba itu.
Delon bahkan tidak tahu maksud dari pertanyaan Regan padanya. "Maksud lo apaan?" tanya balik Delon sembari mendudukkan tubuhnya di depan Regan.
"Om Jeno bilang lo udah di kamar, tapi kenyataannya lo nggak ada. Terus gue kesini lagi, lo tambah nggak ada. Lo kemana?" tanya Regan menyelidik, pasalnya jika dilihat dari raut wajah Delon, dia terlihat begitu bahagia.
Seketika Delon mengingat kembali pergulatan panas tadi bersama Rachel. Tanpa sadar senyumnya mengembang kembali hingga membuat Regan menggeleng tidak percaya.
"Lo senyum? Gue nggak salah liat ini? itu benaran lo, Lon?" Regan mencodongkan tubuhnya menatap lekat sahabatnya.
"Nggak usah aneh-aneh. Gue mau bahas perusahaan papa," kata Delon yang mencoba mengalihkan topik mengenai dirinya.
Regan mengangguk lalu merentangkan kedua tangannya di punggung sofa."Heleh... ngeles aja lo,"
"Lo yakin mau ngelakuin itu?" tambah Regan agak ragu.
Delon membalas dengan anggukan sebagai jawabannya. "Entah kenapa, gue curiga, ini semua ulah Jenny," jelas Delon.
"Oke. Gue bakal taruh Vania di sana. Dia sekretaris lo yang paling bisa memanfaatkan keadaan," ucap Regan sembari menaik-turunkan alisnya.
"Terserah."
"Gak seru banget lo. Ini hasil dari orang kita," Regan mendorong amplop coklat yang berada di atas meja kearah Delon.
Delon mengambilnya lalu membuka isi amplop tersebut. Mata Delon terlihat terang seketika karena usahanya bertahun-bertahun telah membuahkan hasil. Meskipun belum benar-benar jelas.
"Bokap kandung lo mungkin berada di pulau itu. Dia sembunyi di sana," jelas Regan santai.
"Hm, sementara terus awasi. Gue nggak mau Antoni Hwang menemukan papa gue di sana," perintah Delon dan langsung diangguki Regan sebagai jawaban.
Sementara itu Rachel berniat membuatkan minuman hangat untuk kekasih barunya itu. Rachel sedang berada di dapur dengan tangan yang terus mengaduk, tapi senyumnya selalu saja tergores.
"Kakak suka nggak ya?" gumamnya sendiri saat melihat minuman hangat itu telah siap untuk diantarkan kekamar Delon.
Rachel tidak tahu jika Regan masih berada di kamar Delon. Rachel bahkan masih memakai piyama satin merah maron panjang yang sangat pas di tubuhnya tadi.
Rachel mulai menaikki anak tangga membawa nampan berisi minuman untuk Delon. Langkah Rachel semakin dekat, lalu salah satu tangan Rachel terangkat untuk mengetuk pintu Delon.
"Kak aku bawa minumanan untukmu ...," Rachel mencoba membuka knop kunci karena tidak ada jawaban dari Delon.
Betapa terkejutnya Rachel melihat Delon dan Regan menatapnya tanpa berkedip.
"Sorry, Kak." Rachel berniat ingin langsung menutup pintup kamar Delon kembali, tapi suara Regan menghentikan Rachel.
"Selamat malam Nona cantik," sapa Regan dengan memiringkan wajahnya kearah Rachel.
Delon yang melihat kelakuan konyol sahabatnya langsung mendirikan tubuhnya menemui Rachel di ambang pintu.
"Kenapa di sini?" tanya Delon lembut. Rachel hanya mengkodekan pandangannya kearah nampan yang Rachel bawa.
Delon yang tidak mendapat jawaban dari Rachel. Delon-pun mengikuti arah pandangan kekasihnya itu.
"Bawa sini ...," tungkas Delon seraya mengambil dan membawanya kemeja. Lalu Delon kembali melangkahkan kakinya kearah Rachel. "Ayok ikut aku," ajak Delon menarik tangan Rachel.
"Lon, ngobrol di sini aja! enak malam-malam ada cewek cantik," seru Regan saat melihat Delon sudah membawa Rachel keluar kamar.
"Dasar Kakak protektif," tambah Regan kesal.
Delon membawa Rachel kedalam kamar Rachel sendiri. Delon tidak mau Regan melihat lekuk tubuh Rachel lewat piyama satin yang sangat memperlihatkan bentuk tubuh Rachel saat ini.
"Thanks minumannya," ucap Delon lembut saat dirinya dan Rachel telah berdiri berhadapan. Rachel mengangguk tegang. Wajah Rachel sudah berubah bullshing tatkala melihat senyum tampan Delon.
"Dalam rangka apa memang?" tanya Delon dengan melipat kedua tangannya.
Rachel menggeleng. "Tidak ada acara apapun. Aku hanya ingin membuatkan minuman untuk Kakak agar bisa menemani kerja," jawab Rachel apa adanya.
Delon menyeringai senyumnya lalu mendekatkan jarak di antara mereka, hingga Rachel bisa merasakan napas Delon menerpa wajahnya.
"Kenapa harus minuman itu ... kenapa tidak kamu saja yang menemaniku," bisik Delon. Rachel langsung membulatkan matanya, dan seketika mendorong dada Delon.
"Aku tidak bisa. Kakak cepatlah temui kak Regan lagi, dia pasti sedang menunggumu," balas Rachel sembari menundukkan kepalanya. Wajah Rachel benar-benar dibuat panas oleh Delon kali ini.
Delon memang pria penggoda paling tampan.
Delon tertawa kecil saat melihat kelakuan Rachel yang salah tingkah di depannya. "Lucu sekali," gumam Delon.
"Cium dulu ... baru aku menemui dia," pinta Delon seraya menurunkan tubuhnya sedikit menyetarakan dengan tinggi Rachel.
"Kakak!" seru Rachel sangat malu.
"Cium," pinta Delon sekali lagi. "Tapi, tutup mata dulu," suruh Rachel malu. Delon-pun mengangguk lalu mengikuti perintah Rachel.
"Siap ya?" ucap Rachel sembari mengulum senyumnya. Delon mengangguk kembali sebagai jawabannya. "Kok lama?"
Delon merasa aneh dengan suasana lengang. Mata terpejamnya mengernyit saat tubuhnya tidak bisa merasakan kehadiran Rachel.
"Sudah, Kak!" teriak Rachel dari arah belakang Delon. Delon perlahan membuka matanya. Betapa terkejutnya manik mata tampan Delon tidak menemukan kekasihnya di sana.
Rachel menahan tawanya di balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya."Hahaha... suruh siapa selalu menggodaku," gumam Rachel.
Delon mengulas rambut hitamnya dengan gerakan kasar. Senyumnya kembali tercetak saat ia tahu jika dirinya telah dikerjai Rachel.
Dasar kucing kecil. Beraninya dia mengerjaiku ...,
"Jangan salahkan aku ... jika aku mengambilnya sendiri," teriak Delon sembari berjalan menyusul keberadaan Rachel di atas tempat tidur.
Delon langsung memeluk tubuh Rachel dengan erat. Hingga Rachel memberontak kecil.
"Kakak lepas! Aku susah bernapas!" dengus Rachel dari dalam selimut tebalnya.
"Masa? Coba sini aku lihat, aku akan suka rela memberikan napasku untukmu, Sayang." Delon langsung memasukkan tubuhnya menyusul Rachel di dalam selimut.
"Aaaa... Kakak, stop! Jangan cium-cium seperti itu."
"Siapa suruh menggodaku," balas Delon di balik selimut tebal Rachel. Mereka bergulat panas di sana. Delon dan Rachel lupa jika mereka masih meninggalkan Regan di kamar Delon.
"Sialan Delon, dia malah meninggalkan gue sendiri di sini," umpat Regan kesal.