Chereads / HE ISN'T MYBROTHER / Chapter 15 - Gara-Gara Perempuan Ular

Chapter 15 - Gara-Gara Perempuan Ular

Delon bersama dengan Regan sedang berada di rumah Tio. Lebih tepatnya di kamar Jenny.

Delon yang tadinya berada di kantor untuk mengecek berkas dan memimpin beberapa rapat intern, harus ia batalkan karena permintaan Tio.

Garis senyum tergores selalu di bibir pucat pasi Jenny, saat melihat pria pujaannya datang, bahkan saat ini sedang menyuapi dirinya.

"Terima kasih, Kak," ucap Jenny dengan bahagia. Delon hanya membalas dengan anggukan ringan.

"Kamu harus sehat. Jangan buat Paman dan Tante khawatir," tungkas Delon sembari menyuapi Jenny.

Sebenarnya Delon tidak mau menyuapi Jenny. Tapi, karena Tio yang memintanya, dengan terpaksa Delon melakukan itu.

"Asal kak Delon di sini, aku pasti cepat sembuh," balas Jenny.

Sesil mengernyitkan dahinya saat mendengar perkataan putrinya. Sudah sejak lama Sesil tidak pernah menyetujui Jenny menyukai Delon dengan cara yang tidak benar.

"Jenny jangan seperti itu, Nak. Nak Delon juga punya urusan pribadinya sendiri ... kamu tidak boleh merepotkan Nak Delon," sahut Sesil tiba-tiba.

"Mami memang tidak pernah menyayangiku," ucap Jenny dengan kesal tanpa melihat Sesil.

Sesil mendengus kesal terhadap Jenny, putrinya. Semua didikkannya seakan tidak berfungsi untuk putrinya itu.

"Ish, anak ini!" seloroh Sesil sekali lagi. Tio mencoba menenangkan istrinya yang terihat mulai tidak sabar menghadapi Jenny.

"Tenang, Mi. Ingat Jenny masih sakit," ucap Tio seraya mengulas lembut punggung istrinya.

"Ini salahmu, kamu selalu saja memanjakan dia!" balas Sesil dengan nada tingginya. Tio hanya terdiam karena memang semua perkataan istrinya adalah benar.

"Tidak apa-apa, Tante. Aku akan menyempatkan waktu, jika bisa," sahut Delon menengahi perdebatan Jenny dan Sesil. Jenny hanya mengulas senyumnya mendengar perkataan Delon seraya mengunyah sisa makanannya.

Tak lama dari perdebatan antara ibu dan anak itu. Tiba-tiba suara yang sangat familiar terdengar menggema di telinga Delon, bahkan terdengar di seluruh ruangan kamar Jenny.

"Selamat siang semua," ucap seseorang itu dengan membawa parsel buah di tangannya, di ikuti dua orang di belakangnya.

Seluruh orang di ruangan itupun menoleh kearah pusat suara. Begitupula dengan Delon. Dan betapa terkejutnya Delon, saat melihat tamu itu adalah Rachel dan kedua orang tua angkatnya.

"Kenapa kamu kesin?!!" ucap tiba-tiba Jenny tidak suka.

Sesil yang melihat kelakuan tidak sopan putrinya langsung menajamkan matanya kearah Jenny. "Jenny, hentikan! Kamu tidak sopan," teriak Sesil.

Jenny hanya membalas dengan mencebikan bibirnya kearah Rachel.

Rachel? Kenapa, dia di sini?

"Wah... ponakan cantik Tante datang," ucap Sesil dengan gembira saat melihat Rachel tersenyum cantik kearahnya.

"Kami juga di sini lho, Mba," cicit Jeno yang cemburu dengan putrinya sendiri. "Kamu, ih," ucap Martha lirih seraya menyenggol lengan suaminya, karena Martha merasa tidak enak dengan kakak iparnya.

Sesil tertawa kecil saat melihat adik iparnya sedang cemburu kepada putrinya sendiri. Sesil langsung mengibas-ngibaskan tangannya keudara, menyuruh mereka segera masuk.

"Wah... Adik iparku juga datang! Ayo masuk... masuk. Astaga, repot-repot sekali," tambah Sesil dengan tertawa kecil.

Tio melirik kearah istrinya dengan lirikkan penuh arti. Astaga... aku hampir tidak mengenali istriku sendiri. Dia cepat sekali merubah ekpresinya.

"Ini tante ... supaya Kak Jenny cepat sembuh." Rachel menyerahkan parsel buah yang tadi ia bawa kepada Sesil. Sesil-pun menerimanya dengan senang hati.

"Terima kasih cantiknya Tante."

Rachel memutar tubuhnya dan langsung memicingkan matanya kearah Delon yang sedang memegang sendok dan mangkuk sup yang berniat ingin menyuapi Jenny kembali.

"Bagaimana keadaan Jenny mba?" tanya Martha ikut khawatir.

"Jenny sudah baik-baik saja. Untung lukanya tidak lebar," jelas Sesil. "Oh ya, kalian tau Jenny kambuh dari siapa? Aku bahkan lupa memberi kabar kekalian, karena sangking cemasnya," tambah Sesil.

Rachel tiba-tiba ikut menjawab tanpa mengalihkan tatapan membunu* kearah Delon.

"Rachel, tante. Rachel tau dari Kak Delon. Jadi, Rachel langsung kasih tau ke Mama dan Papa," sahut Rachel dan langsung Sesil diangguki paham.

Sedari tadi Jenny selalu menatap Rachel dengan rasa tidak sukanya, "Rachel memang sangat perhatian denganku, Mi," ucap Jenny tiba-tiba diselingi seringai di bibirnya.

"Yah... kalian memang harus selalu akur seperti ini," tungkas Jeno dan diangguki setuju oleh Martha.

Rachel yang tidak mau kalah dari Jenny-pun ikut memberikan perhatian sesuai apa yang dimaksud Jenny tadi.

"Iya dong, Ma, Pa. Rachel akan selalu baik dengan Kak Jenny," jawab Rachel dengan suara penuh penekanan di setiap katanya.

"Kak Delon ayo suapi lagi. Kasian dong pasiennya nungguin tu," kata Rachel sembari menunjuk kearah Jenny dengan dagunya.

Delon yang mendengar perkataan Rachel-pun hanya bisa menelan salivanya dengan susah. Jika Delon menuruti perkataan Rachel ... yang pasti nanti malam Delon tidak akan tertidur dengan nyenyak.

Tapi, jika Delon tidak menyuapi Jenny lagi, Tio akan sedih melihat putrinya sedih.

"Benar kata Rachel, Boy. Suapi Jenny agar cepat sembuh," tambah Martha mengiyakan perkataan putrinya.

Awas saja kalau kakak berani menyuapi perempuan ular itu!

Jenny sudah membuka mulutnya untuk menerima kembali suapan dari Delon. Tapi, pria itu tak kunjung memberinya suapan.

"Kak Delon, lagi, aaa...," pinta Jenny dengan suara lirih penuh kemenangan.

Dengan perasaan beratnya. Tangan Delon terangkat dengan terpaksa untuk menyuapi Jenny kembali.

"Hmm... enak sekali," gumam Jenny sembari melirik kearah Rachel.

Regan hanya terkekeh sendiri melihat wajah keterpaksaan sahabatnya itu. Rasain lo!

Rachel meremas tangannya kuat saat Delon benar-benar menyuapi Jenny.

Rachel langsung mendapat ide untuk mengerjai saudaranya itu. "Tante ... Kak Jenny boleh makan buah, tidak?" tanya Rachel dengan suara selembut mungkin.

Sesil memutar kepalanya kearah Rachel. "Boleh, Sayang."

Rachel langsung membalas Sesil dengam senyum cantiknya. Lalu mengambil buah jeruk yang sengaja Rachel pilih sendiri tadi, dan salah satunya ada buah yang sangat berasa asam.

Rachel mengupas buah yang ada digenggamannya saat ini. Rachel sengaja mengambil dua buah jeruk dengan rasa berbeda, untuk berjaga-jaga jika rencanya gagal.

"Ini ... kak Jenny, makanlah," suruh Rachel yang sudah berdiri di samping Delon.

Jenny menatap potongan buah yang berada di depan wajahnya dengan perasaan khawatir. Karena Rachel tidak pernah melakukan hal baik terhadapnya setelah perbuatannya dulu terhadap Rachel.

Sedangkan para orang tua sangat senang melihat keakraban yang terjalin oleh anak-anak mereka.

"Sebaiknya kita pergi. Biarkan anak muda-muda ini saling berbicara dengan akrab," kata Tio dan diangguki Sesil, Martha, dan Jeno.

"Tenang, Kak Jenny. Aku tidak menaruh racun di buah ini," tungkas Rachel santai.

"Ayo makan buahnya Jenny. Adikmu sudah bersusah-susah mengupaskannya untukmu," ucap Tio yang bersiap akan pergi meninggalkan kamar Jenny. Jenny-pun menurut. Ia membuka mulutnya dan menerima suapan dari Rachel.

"Bagaimana enak kan?" tanya Rachel sembari tersenyum. Jenny hanya diam sembari menikmati manisnya buah jeruk itu.

Aku kira dia akan meracuniku. Tapi, buah ini tidak buruk, gumam Jenny dalam hati.

"Nah begitu... kami tinggal dulu, ya! Kalian mengobrol saja. Regan, kalau lapar makanlah dulu," tungkas Tio yang sembari membalikkan badannya dan menepuk asisten pribadi Delon.

"Baik Tuan Tio. Terima kasih," balas Regan dengan sopan.

Setelah rombongan para orang tua pergi. Rachel dengan rajin menyuapi Jenny. Jenny-pun menerima dengan terpaksa karena rasa enak dari buah itu.

Hahaha... rasain deh, lo!

Namun, di pertengahan. Rachel mulai menyuapi Jenny dengan buah jeruk yang sangat asam. Hingga membuat Jenny memuntahkan buah yang disuapi Rachel.

"Hwek... kamu ingin membunuhku, hah?!" tandas Jenny dengan berapi-api.

Rasa asam yang sangat kuat itu masih terasa getir di mulut Jenny, karena ia sangat tidak menyukai buah berasa asam.

"Lo jangan sembarangan nuduh gue! Gue cuma berbaik hati untuk merawat orang sakit kayak lo!" jawab Rachel yang tak kalah berapi-apinya.

Sedangkan Delon dan Regan saling menatap tanpa arti. Mereka bingung dengan situasi saat ini.

"Apa kamu bilang?!" tangan Jenny sudah terangkat dan akan menampar pipi putih Rachel. Tapi, dengan segera Delon mencekalnya.

"Jenny, kamu terlalu berlebihan!"