"Ngomong apa lo!"
"Kalo gue kesambet. Itu pastinya bukan karena hantu di pohon besar itu. Pastinya gue kesambet karena lo!" dengus Sellyn pada Maichel.
Sellyn dan Maichel memang tidak pernah akur semenjak masa orientasi. Karena gara-gara Maichel, hukuman Sellyn ditambah.
Dan semenjak saat itu. Sellyn bersumpah akan menjadikan Maichel sebagai musuh bebuyutan dalam hidup Sellyn.
Maichel yang mendengar sindiran dari Sellyn tidak ambil pusing. Karena setiap ada Sellyn pasti akan ada kesialan yang menimpa Maichel.
Maichel mengendikkan bahunya. "Mana ada setan setampan gue," balasnya sembari berjalan meninggalkan Rachel dan Sellyn.
Rachel seakan disuguhi drama pagi. Senyumnya mengembang seiring dengan kekesalan dari sahabatnya.
"Benci jadi cinta baru tau rasa lo," ejek Rachel sambil terkekeh.
Sellyn yang mendengar doa dari Rachel pun langsung memicingkan matanya. "Amit-amit tujuh turunan deh. Banyak cowok kece di sini. Kenapa gue harus suka sama setan itu."
Rachel tertawa sampai terpingkal-pingkal mendengar jawaban dari sahabatnya itu. Entah apa jadinya jika doanya akan menjadi kenyataan.
"Kayaknya dia emang setan tampan 'kan?" Rachel menyenggol bahu Sellyn. Mengkode kedatangan beberapa fans dari Maichel.
Sellyn yang mendapat kode dari Rachel hanya bisa mencebikkan bibirnya. "Apanya yang tampan. Lebih kece supir gue tuh."
Pembelajaran pertama akan segera dimulai. Bahkan semua mahasiswa sudah hampir lengkap.
Dari arah pintu masuk. Terlihat satu mahasiswa yang sepertinya mengejar waktu masuk di waktu yang sangat mepet.
Mahasiswi itu terlihat berlari dengan napas terngos-ngos.
Dia Veronica Zeon. Sekomplotan dengan Rachel dan Sellyn.
Mereka bertiga di pertemukan di hukuman yang sama. Namun Veronica memang datang terakhir. Bukannya dia menyelesaikan hukuman sesuai intruksi. Perempuan cantik namun sedikit tomboy itu malah menghancurkan koleksi bunga di sana.
Hingga senior penanggungjawab itu sudah tidak bisa mengendalikan emosinya. Darahnya meningkat dengan cepat gara-gara Veronica.
Rachel dan Sellyn yang melihat adegan itupun berinisiatif menolong beban hukuman dari teman sejurusannya walaupun mereka tidak saling mengenal.
Rachel dan Sellyn tiba-tiba mengakui kesalahan yang tidak pernah mereka lakukan hanya untuk meringankan beban Veronica.
***
"Ver, cepetan! Astaga... kurang dua menit lagi lo telat," teriak Rachel dengan nada yang sudah menyebar di suluruh sudut kelas. Ia tidak peduli jika dirinya akan menjadi pusat dari tatapan ambigu dari seluruh isi kelas.
Veronica mendongak ke arah pusat suara itu. Lalu perempuan itu menaiki anak tangga menuju deretan bangku Rachel dan Sellyn.
"Hehehe... gue telat bangun gaes," Veronica menggaruk tengkuknya. Perempuan tomboy itu memang suka terlambat masuk jam di kampus lamanya.
Hingga Ayahnya geram dan memindahkan anak tunggalnya itu di kampus milik sahabatnya. Yang tidak lain adalah papa dari Rachel.
"Heleh dasar lo muka bantal," ejek Sellyn seraya menyenggol bahu Vero yang sekarang sudah duduk di sampingnya.
Celetak
"Enak aja lo." Vero mengetuk kepala Rachel dengan bolpoin.
"Kalian kayak anak kecil. Udah diam. Sebentar lagi dosen masuk, lo berdua tahu 'kan, dosen tua itu kalo marah kayak apa?" tandas Rachel menengahi perkelahian di antara sahabatnya.
"Oke, deal," jawab Sellyn dan Vero secara bersamaan.
Sellyn dan Vero akhirnya menyudahi pertikaian di antara mereka dengan ending Sellyn menatap Vero dengan tatapan tajamnya.
Vero yang mendapat serangan Sellyn pun ikut mengimbangi sahabatnya. Akhirnya serangan sekutu tak terelakkan meskipun mereka tidak melakukan kontak fisik.
Tidak butuh waktu lama lagi. Suara derap sepatu pantofel menghiasi kegembiraan para mahasiswa baru di kelas. Suara itu semakin mendekat.
Udara dingin tiba-tiba menyeruak menyerang para mahasiswa. Suasana menjadi hening dan mencekam sebelum langkah itu semakin mendekat kearah pintu.
Ceklek
Dosen itu membuka pintu dengan menampilkan wajah dinginnya sembari meletakkan tas hitamnya di meja.
"Selamat pagi semua," sapa Delon dengan suara dinginnya.
Seluruh mahasiswi terkejut. Dosen yang mereka tahu adalah dosen tua dan killer. Dan sekarang dosen itu di luar dari gosip yang beredar.
Bukan tua melainkan sangat gagah dan mempesona.
"Selamat pagi, Pak!" sontak seisi kelas menjawab dengan antusias.
Begitupula dengan Rachel yang terbelalak melihat Delon lah yang menjadi dosen pertama pengenalan materi Ekonomi Bisnis Internasional yang dipilihnya di semester awal.
Kak Delon? Astaga kenapa harus di kelasku sih?
"Saya Delon Gee Jeeicho. Kalian bisa memanggil saya pak Delon. Saya khusus pengampau materi Bisnis Ekonomi Internasional," jelas Delon.
Delon menjelaskan regulasi dari perkuliahannya. Delon benar-benar membuat semua mahasiswi tercengang dengan berbagai aturan yang sangat membuat mulut mereka kelu untuk menolak.
"Saya tidak menerima ijin yang tidak jelas. Tugas selalu ada setiap pertemuan. Dan saya akan mengadakan kuis seminggu empat kali," tambah Delon dengan ekpresi wajah yang sama.
Delon memang sengaja memberikan pengaturan yang ketat dalam kelasnya agar tidak ada bermain-main dalam kelasnya.
"Baik hanya seperti itu. Ada yang ingin bertanya lagi?" tanya Delon yang sudah berdiri dengan kerennya di depan kelas dengan satu tangan masuk ke dalam saku.
Sehingga Delon nampak seperti model yang sedang berpose dengan tampannya.
"Tampan bangett! dosen semuda ini masuk ke kelas kita. Ini adalah anugerah guys!"
"Gue gak peduli aturannya. Gue pasti bisa berkencan dengan pak Delon!" tambah salah satu mahasiswi ganjen itu. Yang sudah terkenal karena sering bergonta-ganti pacar. Baik muda atau pun tua.
Bisikan-bisikan dari para mahasiswi sangat terdengar jelas di telinga Rachel. Seakan mereka sengaja mengedipkan dan menggunakan bahasa tubuh mereka untuk menggoda Delon.
Rachel meremas kuat genggaman tangannya. Merasakan hawa panas di sekitar Rachel.
Tiba-tiba ada mahasiswi mengangkat tangannya di baris pertama. Hingga semua mata tertuju pada sosok cantik itu.
"Pak Delon belum menjelaskan umur dan status, Bapak. Tolong jelaskan kepada kami. Bukankah ini pertama kalinya kita berkenalan?" ujar Rere yang juga sudah terkenal karena kecerdasan dan kecantikannya.
Rere dan Rachel sering dibanding-bandingkan oleh para mahasiswa di Geesa. Namun Rere masih kalah jauh dengan Rachel jika ia mau bersaing dengan Rachel.
"Dasar lampir genit," cibir Sellyn pada Rere.
"Saya rasa ini di luar konteks pengajaran saya. Tapi, saya akan tetap menjawab."
"Saya belum berkeluarga. Umur saya 27 tahun. Saya kira ini sudah cukup. Dan kita akan mulai mempelajari materi awal. Buka email kalian," perintah Delon yang tidak memperdulikan para mahasiswi mendesah kesal padanya.
"Yah... Bapak, kita kan baru pertama masuk. Kenapa langsung materi?" dengus salah satu mahasiswa yang tidak terima dengan aturan Delon.
"Silahkan keluar. Jika ada di sini yang tidak mau mengikuti aturan saya, silahkan keluar. Tidak ada paksaan," Delon berkata sembari membuka buku materinya.
Seisi kelas pun menjadi hening seketika. Delon pun akhirnya menjelaskan panjang-lebar.
Hingga sesekali tatapan kakak dan adik itu bertemu. Tapi, bukan Delon namanya. Jika ia tak bisa profesional dalam pekerjaannya.
"Lihat, deh. Pak Delon cuma berdiri kayak gitu aja kelihat tampan banget, Macho. Iya, nggak?" bisik Sellyn pada Rachel.
Rachel memutar kepalanya sejenak kearah Sellyn tanpa mengatakan apapun jawabannya mengenai pujian yang dibisikkan Sellyn padanya.
"Lo, pasti setuju sama gue kan, Chel?" bisik Sellyn sekali lagi. Senyum kebanggaannya mengembang lebar.
"Brisik lo," sahut Rachel sebal.
Delon sedang menjelaskan materi dengan satu tangan memegang buku, satunya digunakan untuk bertumpu pada meja.
Dan bagian belakang tubuhnya tersender di pinggiran meja. Sungguh membuat mata para Mahasiswi di sana bagai di manjakan.
Rachel memikirkan kembali pujian Sellyn pada Delon. Mata Rachel seakan memanas dan hatinya terasa sangat kesal jika mengingat sahabatnya saja memuji pria di depannya dengan perasaan mendamba.
Apalagi Rachel akan setiap hari menghadapi siklus yang menyebalkan seperti ini.
Gue harus ngomong sama kak Delon nanti.
Tiba-tiba suara Delon mengejutkan Rachel. Tidak ada angin tidak ada hujan. Delon menunjuk Rachel untuk membawa buku-bukunya karena materi telah selesai.
"Kamu yang berada di barisan ke tiga. Berbaju biru. Tolong, bawakan semua buku-buku ini ke ruangan saya," ucap Delon sembari menatap lekat mata Rachel dari jarak yang lumayan jauh.
"Saa--saya, Pak?" Rachel menunjuk dirinya sendiri dan langsung diangguki Delon.
Sialan, Rachel. Berani-beraninya dia mencuri perhatian pak Delon, umpat Rere dengan pandangan tidak suka.
"Saya rasa cukup materi hari ini dan jangan lupa kirim email tugas kalian." Delon berjalan pergi meninggalkan kelas dengan tapakan tegasnya.
"Ciee... Rachel. Lo pakai pelet apaan, Chel?" ejek Sellyn kembali. Vero langsung mengetuk kepala Sellyn dengan buku tulisnya. "Rachel gak perlu kayak begituan. Beda kalo lo, mungkin gue bisa percaya," sahut Vero dengan senyum mengejek.
"Sialan lo, tapi kalo emang ada gue juga mau melet tuh dosen tampan," balas Sellyn dengan senyum genitnya.
"Enak di lo gak enak di pak Delon kalo gitu, bege."