Rachel terkejut dengan kedatangan Regan bersama kedua sahabatnya. Pasalnya yang Rachel tahu. Jika ada Regan pasti ada kakaknya.
Tapi, kali ini Rachel malah melihat Regan beriringan dengan Vero dan Sellyn.
Regan menampilkan senyum tampannya kearah Rachel sembari melambaikan tangannya kearah dirinya. Rachel-pun membalas sapaan dari Regan walau jarak mereka hampir dekat.
"Hallo Nonaku." Regan telah berada di depan Rachel.
"Kenapa bisa di sini, Kak? Itu kak De ...," belum sempat melanjutkan kalimatnya sembari menunjuk kearah belakang tepatnya di mana bayangan hitam Delon yang telah hilang, Regan menghentikan dengan kalimatnya.
"Aku tau. Aku di sini karena dia. Aku harus menangani masalah kecil yang disebabkan oleh kakakmu itu," jawab Regan sedikit kesal.
Baru pertama masuk Delon sudah membuat seluruh mahasiswa dan para dosen berebut mencari perhatian Delon dan membuatnya tidak suka dengan berbagai perhatian mereka yang membuat Delon risih.
Dan kali ini kedatangan Regan untuk mengurus pemindahan ruangan Delon dengan para dosen.
Ruangan yang ditinggali Delon saat menyuapi Rachel adalah ruangnya yang baru. Berkas-berkas Delon belum sepenuhnya pindah kedalam ruangan itu.
Rachel mengangguk paham. Lalu ekor matanya melirik kearah kedua sahabatnya yang terlihat antusias dengan keberadaan Regan.
"Bukannya kalian ingin pulang? Ayo!" ajak Rachel sembari menunjuk kearah kedua sahabatnya itu.
Sellyn tidak memperdulikan ajak Rachel. Mata Sellyn masih tertatap pada wajah tampan Regan yang terbalut dengan kaca mata beningnya.
"Abang...." panggil Sellyn centil. Vero dan Rachel mengernyit mendengar Sellyn memanggil Regan dengan panggilan begitu akrab.
Begitupula dengan Regan. Ia tersenyum geli saat mendengar panggilan dari Sellyn. "Mereka teman-temanmu?" tanya Regan, Rachel mengangguk sebagai jawabannya.
"Ih... alay banget lo, Sell." Vero tertawa terbahak. Tapi, Sellyn masih setia menatap Regan dari samping. "Biarin, hwek!"
"Abang inget gue?" tanya Sellyn dengan senyum merekahnya.
Regan yang mendengar pertanyaan Sellyn-pun langsung menggaruk kepala belakangnya. Regan tidak mengingat siapa Sellyn dan apa yang Regan telah lakukan untuk perempuan itu.
"Siapa ya?" jawab Regan dengan kembali bertanya kepada Sellyn sehingga membuat Rachel dan Vero tertawa terbahak secara bersamaan.
"Rasain lo," ucap Vero yang semakin terbahak saat melihat ekpresi cemberut di wajah Sellyn.
"Gadis cantik kehilangan pamornya," ejek Rachel pada Sellyn yang telah membuatnya kembali tertawa geli.
"Sialan lo berdua," balas Sellyn dengan melempat tatapan tajamnya kearah Rachel dan Vero.
Sellyn menunjuk dirinya kearah Regan dengan mencoba membuka ingatan Regan kembali tentangnya.
"Gue yang diskotik. Gue yang mabuk terus abang yang nyelamatin gue dari beberapa preman di sana. Inget nggak?" tanya Sellyn kembali.
Regan mencoba mengingat kembali apa yang diceritakan Sellyn padanya. Baru beberapa detik ingatan Regan telah kembali mengingat perempuan mabuk yang ia tolong adalah Sellyn.
"Itu kamu?" Sellyn mengangguk cepat dengan senyum yang terukir manis.
"Astaga, lain kali jangan seperti itu. Anak kecil tidak baik meminum-minuman seperti itu."
Ketika Regan sedang membalas perkataan Sellyn. Ponsel Regan berdering dan itu dari pengurus kampus memintanya untuk segera datang keruangan baru Delon
"Saya duluan ya. Saya sudah ditunggu pegawai yang mengurus pemindahan ruang." Regan pamit kepada ketiga perempuan itu.
Regan tidak lupa memberi kode meminum serta menyilangkan jemarinya yang artinya Sellyn jangan mengulangi kembali meminum minuman tersebut.
"Eh... gue dikira anak kecil," gumam Sellyn tidak menyangka.
Rachel tertawa melihat keterkejutan Sellyn. Rachel-pun mempunyai ide untuk mengompori sahabatnya itu.
"Jangan mau dibilang anak kecil, Sell. Lo harusnya tadi ngomong kek gini. Gue bukan anak kecil, woy! Cuma tubuh gue aja yang kecil aslinya gue pemakan segalanya," ejek Rachel dan langsung mendapat pukulan kecil dari Sellyn.
"Bener banget," sahut Vero mendukung Rachel seraya terkikik.
Vero dan Sellyn awalnya khawatir dengan keadaan Rachel yang dipanggil Delon secara tiba-tiba.
Tapi, Vero dan Sellyn bersyukur jika Rachel masih seperti Rachel yang biasa mereka kenal.
"Yuk, pulang. Gue anter kalian berdua," ajak Vero. "Siap Bu bos." jawab Rachel dan Sellyn secara bersamaan seraya terkekeh.
"Ck... dasar lo berdua."
Delon mengendarai mobilnya dengan perasaan kesal. Pasalnya perempuan yang berada di sampingnya bukanlah Rachel, melainkan Jenny.
Jenny memang telah memantau Delon di manapun ia berada. Hingga jadwal Delon di kampus, Jenny tahu semua itu.
"Kak Delon apa kabar?" tanya Jenny basa-basi.
Jenny berharap kali ini rencananya untuk meminta bantuan dari saudaranya itu berhasil. Dengan penyakit yang Jenny idap membuat dirinya mampu mengendalikan seluruh orang di sekelilingnya, termasuk Delon.
"Baik," jawab Delon singkat tanpa menghentikan fokusnya menyetir.
"Terima kasih ya Kak. Kak Delon mau membantuku," ucap Jenny dengan suara yang ia buat selemah mungkin.
"Tidak masalah. Paman yang memintaku. Aku harap kamu akan menjaga kesehatanmu," sahut Delon dengan nada dinginnya.
Jenny mengangguk sebagai jawabannya. "Kak Delon mau makan dulu?" tawar Jenny.
"Tidak perlu. Aku makan di rumah saja."
"Baiklah."
Delon masih dengan fokus menyetirnya. Jarak rumah Jenny hampir dekat tapi Jenny malah mengurungkan niatnya untuk pulang kerumahnya.
"Kak aku mau kerumah tante," kata Jenny mendadak. "Tapi, kita sudah hampir sampai di rumahmu," sahut Delon kesal.
"Aku membawa oleh-oleh dari mommy, Kak. Aku tidak mau mengantarnya lewat kurir karena rasanya tidak sopan, bukan?" tungkas Jenny dibarengi dengan seringai di bibirnya.
Delon hanya diam. Perkataan Jenny memang benar. Tapi, seharusnya dia mengatakan dari awal. Kalau seperti ini Delon harus berputar arah kembali.
Kak Delon kamu harus menjadi milikku.
Selama di perjalanan, Jenny terus saja melempar pertanyaan kepada Delon. Jenny memang telah menyukai Delon sejak kecil. Jenny juga tahu jika Delon bukanlah anak kandung dari paman dan tantenya itu.
Jika Delon nantinya bersedia menikahi Jenny. Jenny pastikan Delon tidak akan kekurangan harta sepeserpun meskipun keluarga Jeno melemparnya.
"Kak Delon... perasaanku masih sama. Apa sekarang aku sudah mempunyai tempat di hatimu?" tanya Jenny tiba-tiba.
Tapi, Delon tidak kebingungan menjawab pertanyaan itu, karena memang tidak ada tempat sekecil-pun untuk Jenny di hati Delon.
"Maaf, Jenn. Aku masih seperti yang dulu," jawab Delon santai. Sedangkan Jenny hanya membalas dengan senyum kecutnya.
"Begitu, ya? Tapi, aku masih bisa berusaha untuk mendapatkan cinta Kak Delon?" tanya Jenny kembali.
Delon kali ini hanya bisa menghela napas kasarnya. Entah bagaimana cara Delon untuk meyakinkan Jenny jika apapun usahanya akan berakhir sia-sia karena di hatinya hanya akan ada Rachel saja.
"Jenn, berhentilah. Kamu akan sia-sia saja. Hatiku telah diisi perempuan lain sejak aku tidak yakin tentang diriku sendiri."
Jenny kembali menggores senyum kebohongannya saat mendengar jawaban dari Delon. "Tidak masalah. Aku pasti bisa mendapatkan hatimu, Kak."
Akhirnya mobil Delon telah sampai di dalam halaman parkiran keluarga Jeno. Kedatangan Delon juga bertepatan dengan kedatangan Rachel.
Rachel yang melihat mobil Delon langsung menarik senyum bahagianya. Rachel memutuskan untuk menunggu Delon dan berjalan bersama dengan Delon kedalam rumah.
"Kakak...."
Tapi, apa yang Rachel inginkan berbeda dengan apa yang Rachel lihat sekarang.
Delon keluar dari mobil bersamaan dengan perempuan ular yang selalu membuat masalah di manapun Rachel berada.
Kenapa ada perempuan ular itu?
Dari arah yang tidak terlalu jauh. Jenny melambai kearah Rachel dengan senyum palsunya. Jenny selalu ingin terlihat baik di hadapan Delon tanpa peduli keberadaan Rachel atau siapapun di sana.
"Hai, Rachel... Keponakanku semakin cantik saja," puji bohong Jenny sembari melirik dengan ekor matanya kearah Delon.
"Kenapa lo kesini?"