"Brengsek Lo! Kenapa jadi nyalahi gue! Lo yang sering pulang rumah, tapi mulut Lo, nggak Lo gunain buat ngasih tahu mami ..."
"Makanya punya mulut itu gunain yang bener. Jangan buat para jalang lo desah aja," sambung Regan tak kalah sengit saat tatapan mereka beradu.
Regan sudah selalu sabar dengan apa yang dilakukan Nino selama ini. Tapi, sekarang emosinya sedang tidak stabil. Ia tidak terima selalu disalahkan adik brengseknya itu. Padahal mereka juga bekerja pada Delon, segala berita tentang Delon pasti juga terdengar di telinga Nino.
"Sialan, Lo! Apa bedanya sama Lo, ha?!" berang Nino mengangkat dagu ke arah Regan yang sudah melepaskan kancing kemeja atas, karena napasnya sudah tidak lagi selancar tadi.
"Bedaa! Gue udah punya istri sekarang dan gue tanpa ikatan dulu. Gue bebas bawa perempuan mana pun ke ranjang gue!"