Bandara Luksemburg, 7.50 AM.
Elena memijat keningnya yang terasa sakit, sudah lebih dari tiga puluh menit dia menghubungi Christian dan tidak ada satupun panggilannya yang diterima lelaki arogan itu. Bahkan nomor ponsel Kainer juga tidak bisa dihubungi oleh Elena. Berada di bandara bersama para bodyguard Christian membuat Elena tertekan.
"Oh Tuhan...cobaan apa lagi ini? Kenapa orang menyebalkan itu tidak mengangkat teleponku, dia tidak sedang mengerjai aku kan?"
"Tuan Clarke buka orang semacam itu Nona Wilson." Secara mengejutkan salah seorang bodyguard Christian merespon perkataan Elena setelah Elena terus mengoceh selama hampir empat puluh menit terakhir.
Elena langsung menoleh ke arah bodyguard yang baru saja bicara dengan tatapan sinis. "Oh jadi kau tidak bisu," ucap Elena sarkas.
Bodyguard berwajah oriental itu menipiskan bibir. "Saya hanya berbicara jika diperlukan saja, Nona. Itu adalah peraturan utama."
"Cih, lupakan peraturan itu! Sekarang katakan padaku, dimana Tuan mu yang sombong dan angkuh itu? Bukankah sebentar lagi kita harus terbang? Dia tidak sedang mengerjaiku kan?"
Bodyguard itu menurunkan wajahnya melihat ke arah jam yang terpasang di tangan kirinya. "Masih ada waktu delapan menit sebelum pesawat benar-benar harus lepas landas, Nona."
"Jesus." Elena langsung menyentuh dada kirinya dengan kuat. Fix, bukan hanya Christian Clarke saja yang tidak waras. Semua bodyguardnya juga sama tidak warasnya dengan lelaki bermata biru menyebalkan itu.
Saat Elena sedang dilanda kepanikan luar biasa dari kejauhan terlihat sebuah mobil McLaren 600LT berwarna hitam metalik melesat dalam kecepatan tinggi dan berhenti tepat di depan kaki Elena yang sedang berdiri tak jauh dari pesawat jet Embraer Legacy 450 yang memiliki warna hitam dan silver, ciri khas Christian sekali yang hanya menyukai dua warna itu.
"Tuan."
"Kita tidak punya banyak waktu, pesawat harus take off dalam waktu kurang dari tiga menit jadi ayo lekas masuk kedalam pesawat," ucap Christian dengan tenang saat baru keluar dari mobilnya, berbicara pada para bodyguard yang sudah dengan setia menunggunya lebih dari satu jam di bandara.
"Baik Tuan."
Christian mengangguk pelan, tanpa rasa bersalah lelaki itu terus berjalan menuju tangga pesawat melewati Elena yang masih mematung. Namun ketika sudah sampai di anak tangga paling atas secara tiba-tiba Christian menghentikan langkahnya, perlahan dia membalik tubuhnya menatap tajam ke arah Elena yang masih tak bergeming.
"Elena Wilson, mau sampai kapan kau terus mengagumi mobilku seperti itu, huh?"
Perkataan kasar yang baru saja terlontar dari bibir Christian berhasil membuat Elena tersadar dari keterkejutannya, perlahan dia memalingkan wajahnya ke arah Christian.
"Kalau sampai aku terlambat sampai di London maka kau harus bertanggung jawab Elena!"
"Huh?"
"Kalau kau tidak mau orang tuamu tinggal di jalan karena aku sita rumahnya sebagai kompensasi atas apa yang sudah terjadi maka..."
Christian menghentikan perkataannya saat melihat Elena yang langsung berlari saat dia mengucapkan kalimat 'menyita rumah'. Sepertinya Elena berpikir kalau Christian akan benar-benar melakukan niatnya jika dia membantah perintah laki-laki itu.
Oh come'on Elena seorang Christian Clarke tidak akan mungkin mau menyita rumah sekaligus toko kue milik kedua orang tuamu, sungguh itu sesuai dengan selera Christian.
Elena yang panik langsung duduk di kursi milik Christian, terlalu gugup dan takut membuat Elena ceroboh. Perkataan Christian sebelumnya benar-benar membuat detak jantungnya berpacu dengan sangat cepat, nyaris meledak dari dalam.
"Tuan..."
Christian mengangkat tangannya ke atas. "It's ok, aku akan duduk di kursi lainnya."
Kainer mengangguk pelan, Christian sendiri langsung menuju kursi yang berada tepat di depan Elena. Tanpa melepas kacamata hitamnya, Christian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi berusaha mencari posisi terbaik. Selama beberapa menit Elena tidak menyadari keberadaan Christian hingga akhirnya seorang pramugari mendatangi Elena, mengingatkannya untuk memasang sabuk pengaman.
"K-kenapa anda duduk didepan saya, Sir?" tanya Elena tergagap pada Christian dengan kedua tangan yang sudah mencekal pinggiran kursi karena pesawat sudah mulai mengudara.
Perlahan Christian melepaskan kacamata hitam yang sejak tadi terpasang di hidung tingginya dan meletakan dengan hati-hati di atas meja, melihat sekilas merk kacamata yang baru diletakkan Christian membuat Elena menelan ludah. Harga kacamata kecil itu setara dengan gaji kedua orang pegawai di toko kue orang tuanya selama satu tahun! Gila.
"Karena kursiku kau duduki," jawab Christian tenang.
"Huh?"
"Kursi yang sedang kau duduki itu adalah kursiku," ulang Christian kembali. "Maka dari itu aku terpaksa duduk di tempat lain."
Wajah Elena memerah menahan malu, menyesali perkataannya yang sebelumnya.
"Lebih baik kau makan terlebih dahulu, aku tidak mau membuat sekretarisku mati kelaparan."
"Sir," geram Elena menahan diri. "Penerbangan kita hanya membutuhkan waktu satu jam dua puluh menit menuju London dan saya tidak selemah itu untuk bisa mati karena kelaparan jadi anda tidak perlu...
Kruukkk....
Wajah Elena langsung merah padam saat secara tidak terduga perutnya berbunyi dengan keras, cukup keras hingga mampu didengar oleh Kainer dan beberapa bodyguard lainnya yang duduk di kursi belakang.
Sialan..sialan! Elena mengumpat dalam hati, mengutuk tubuhnya yang sudah mengkhianatinya.
Christian hanya menggeleng pelan tanpa merubah ekspresinya saat mendengar suara perut Elena, perlahan dia menjentikkan jarinya memanggil seorang pramugari yang sedang berdiri tidak jauh darinya.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan Clarke?"
"Bawakan makanan untuk sekretarisku."
Pramugari yang bernama Nikky itu mengangguk pelan. "Ada yang lain, Tuan?"
"Tidak ada akh... wine, aku butuh wine," jawab Christian pelan.
"Baik, saya akan segera menyiapkan semuanya." Setelah berkata seperti itu Nikky pun segera kembali ke clean kitchen untuk menyiapkan makanan untuk Elena dan wine kesukaan Christian. Sebagai seorang pramugari tetap yang dipekerjakan di bawah naungan Clarke Enterprise Nikky sangat hafal dengan minuman kesukaan Christian, karena itu dalam waktu singkat Nikky sudah kembali ke tempat dimana Christian dan Elena duduk.
Dengan sangat profesional Nikky meletakkan makanan dan minuman mahal itu diatas meja tanpa cela, setelah selesai melakukan tugasnya Nikky segera kembali ke clean kitchen untuk menyiapkan minuman untuk Kainer dan yang lain seperti biasanya. Setelah melayani Christian barulah Nikky melayani orang lain.
"Makan Elena, sungguh aku tidak mau mendengar suara perutmu yang jelek itu." Christian menggerak-gerakkan gelasnya mencoba untuk mengeluarkan aroma dari wine kesukaannya.
Karena tidak ada pilihan lain akhirnya Elena menikmati makanannya, belum makan sejak pagi membuat Elena sangat kelaparan sebenarnya apalagi tadi malam dia tidak sempat makan malam dan semua itu terjadi karena ulah Christian yang terus menerus memberikannya pekerjaan tanpa henti.
"Aku harap kau membawa cukup banyak pakaian, Elena. Setelah aku selesai meeting kita langsung berangkat ke Adelaide."
Elena langsung berhenti mengunyah, dengan cepat kepalanya terangkat menatap lurus pada Christian.
"Kita hanya akan meeting dua jam di London, setelah itu kita terbang lagi ke Australia karena itu aku membawamu Elena. Aku butuh sekretarisku untuk menghandle beberapa pekerjaan besar di Australia, sampai sini paham?"
Bersambung