Chereads / Forbidden LOVE. / Chapter 26 - South Australia

Chapter 26 - South Australia

Pergi meninggalkan Suri adalah pilihan paling berat untuk Areez, sudah tiga tahun Areez menahan Suri untuk tetap disampingnya. Gadis pembangkang tanpa identitas yang terpergok mencuri makanan di kamar hotelnya, bersama seorang gadis lain yang wajahnya tidak bisa Areez ingat dengan baik, Suri masuk ke kamarnya dan menikmati makanan yang belum sempat dia sentuh. Awalnya Areez mengira kalau Suri adalah mata-mata yang dikirim musuhnya, karena itulah Areez langsung membawa Suri pulang ke Auckland untuk penyelidikan lebih lanjut. Namun setelah penyelidikan yang melelahkan selama hampir satu minggu akhirnya ditemukan fakta kalau Suri bukanlah seorang mata-mata, dia hanya seorang pencuri kecil biasa.

Dan sejak tahu fakta itu Areez memutuskan untuk membuat Suri berada disampingnya dan memberikannya nama Mira, nama yang dia ambil dari nama tengah Suri saat dia menyebutkan namanya. Areez yang tidak mudah percaya pada orang lain memutuskan untuk tetap membuat Suri disampingnya, bukan karena takut. Tapi karena perasaan asing yang terus mengusiknya, sejak Suri datang tiga tahun yang lalu, Areez merasa hidupnya lebih berwarna. Tidak pernah ada orang yang berani menentangnya membuat Areez merasa tertantang untuk menaklukkan Suri yang menganggapnya seperti musuh. Meski Suri sudah mengatakan berkali-kali kalau dirinya punya keluarga, namun Areez tidak memperdulikannya. Baginya Suri adalah Mira, gadis pencuri makanan yang berhasil memiliki ruang didalam hatinya. Areez tidak peduli dengan masa lalu Suri ataupun keluarganya, yang Areez tahu Suri adalah miliknya karena itu Areez tidak membiarkan Suri bebas kembali pada keluarganya. Karena menurut Areez dirinyalah satu-satunya keluarga untuk Suri yang kini sudah menjadi Mira baginya meskipun Suri berkali-kali protes dengan nama barunya itu. Meski tahu tindakannya adalah sebuah kejahatan namun Areez tidak peduli, selama Suri disampingnya, selama tidak ada yang tahu siapa Mira-nya yang sebenarnya Areez akan tetap mempertahankan Suri disampingnya.

"Hei," ucap Aldrich pelan membuyarkan lamunan Areez. "Are you ok?"

Areez tersenyum kecil. "Tentu, seperti yang kau lihat aku baik-baik saja saat ini."

"Aku sangat mengenalmu dengan baik, Areez. Jadi jangan pernah coba-coba berbohong padaku," kekeh Aldrich tidak mau kalah.

"Mira terluka, kakinya terkena pecahan gelas."

"What?! Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Mira marah."

Aldrich menepuk jidatnya dengan keras. "Oh Jesus... marah lagi?"

Areez mengedikkan bahunya. "Aku juga tidak tahu, belum pernah aku merasakan kesulitan seperti ini. Hanya Mira satu-satunya gadis yang berani menolakku mentah-mentah, hanya dia satu-satunya gadis yang menolak kemurahan hatiku."

"Kenapa kau tidak melepaskannya?"

"Tidak akan! Aku tidak akan melepas Mira, Mira milikku. Jiwanya, tubuhnya dan nyawanya adalah milikku. Mana mungkin aku melepaskannya untuk orang lain, membayangkan dia pergi saja dadaku sudah terasa sesak," ucap Areez dengan cepat, dadanya naik turun saat bicara. Sorot matanya tajam menusuk pada Aldrich.

Menyadari kesalahannya, Aldrich langsung mengangkat kedua tangannya ke udara. "Relax dude, jangan marah. Aku tidak benar-benar serius dengan ucapanku, aku hanya bergurau. Kau terlalu tegang sejak tadi, karena itu aku ingin mengurainya."

"Kau tidak perlu melakukan apa-apa, aku baik-baik saja!"

Aldrich menipiskan bibir, sebagai orang yang sudah sangat lama mengenal Areez yang dingin Aldrich tahu kalau sahabatnya itu tidak sedang baik-baik saja saat ini. "Kau sangat mencintai Mira, ya?"

Kepala Areez langsung menoleh ke arah Aldrich dengan cepat tanpa bisa dicegah. "Cinta? Aku? Mana mungkin!" sanggah Areez cepat. "Tidak ada kata cinta dalam kamus hidupku."

"Kalau kau tidak mencintai Mira lalu apa namanya? Kau mengurungnya di rumah, membatasi pergaulannya, melarangnya menggunakan internet?"

"Aku hanya tidak mau jika Mira terkontaminasi hal buruk di luar sana, kau tahu sendiri jaman sekarang internet banyak memberikan pengaruh buruk. Banyak pengguna internet yang tidak bertanggung jawab diluar sana dan aku tidak akan membiarkan Mira tercemari hal-hal semacam itu." Areez mengatakan alasannya melarang Suri menggunakan internet dan bergaul dengan teman sebayanya. "Lagipula Mira tidak memerlukan semua itu, ada aku yang sudah memenuhi semua kebutuhannya. Jadi untuk apa dia harus keluar rumah? Menjalin hubungan sosial dengan para gadis sebayanya yang sangat berisik itu, aku sudah membayar mahal biaya sekolah kepribadian untuk Mira. Aku tidak mau merusaknya dengan membiarkannya bergaul dengan orang yang tidak punya attitude yang baik."

Aldrich menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan Areez yang tidak masuk akal, jika dia tetap meneruskan pembahasan ini maka urusan utama mereka di South Australia akan terbengkalai. Karena itu Aldrich memilih mengalihkan pembicaraan dengan membahas soal Christian Clarke, sang pangeran idaman asal Luksemburg yang menjadi pengusaha muda paling berpengaruh versi dua majalah bisnis raksasa keluaran Amerika dan Inggris.

"Christian Clarke, di usianya yang belum genap tiga puluh tahun dia sudah berhasil menuntaskan 30% kemiskinan di Afrika. Melalui program yang dia kembangkan dengan pemerintah setempat, Christian Clarke berhasil memberikan mata pencaharian baru untuk para pemuda produktif yang sudah lulus sekolah. Christian Clarke juga diberi penghargaan oleh pemerintah setempat atas usahanya dalam membantu masyarakat miskin di Afrika..."

"Hanya itu saja yang dia lakukan?" Areez memotong perkataan Aldrich dengan cepat.

"Eh?"

"Apa itu saja yang sudah dilakukan pria bernama Christian Clarke itu?" Areez memperjelas pertanyaannya pada Aldrich.

"Kau ini tidak sedang pura-pura bodoh kan? Christian Clarke adalah lawan yang sulit, dia mendapatkan banyak dukungan. Bukan hanya dari sesama pengusaha saja, dari pemerintah dia pun mendapatkan dukungan penuh. Proyek ini, kita bisa kehilangan proyek ini jika tidak hati-hati, Areez," ucap Aldrich serius. "Jangan sepelekan lawan kita kali ini, dia bukan orang sembarangan."

Areez menyipitkan mata hazelnya. "Kita tidak akan kalah, tenang saja. Siapapun Christian Clarke, aku akan menghadapinya."

Bandara Internasional Adelaide, South Australia. 1.00 PM

Setelah melewati penerbangan panjang yang melelahkan, akhirnya Elena bisa meregangkan seluruh ototnya yang kaku begitu kakinya menginjak tanah Australia. Berada dalam ruangan sempit berjam-jam bersama Christian benar-benar membuatnya merasa sesak. Tekanan Christian terlampau besar, membuatnya tampak seperti kelinci yang siap dimangsa sang predator.

"Siapa mereka?" tanya Christian dingin pada Kainer, menunjuk pada segerombolan pria yang sedang berjalan ke arahnya.

"Ah itu, mereka adalah orang dari kantor walikota, Tuan," jawab Kainer cepat. "Mereka adalah orang yang mendukung anda untuk membatalkan proyek pembuatan pulau buatan itu." Kainer kembali melanjutkan ucapannya dengan berbisik.

Christian menipiskan bibir. "Lalu apa imbalan yang mereka inginkan?"

"Tidak ada, Tuan. Mereka tidak cukup berani meminta itu kepada Anda."

"Oh benarkah? hmmm... menarik, panggil sekretarisku yang bodoh itu. Bisa-bisanya dia melakukan gerakan sevulgar itu tanpa rasa bersalah," geram Christian kesal menatap Elena yang sedang melakukan pelemasan otot-otot pinggangnya, kedua mata Christian langsung tertuju pada bra berenda hitam yang menyembul indah dibalik kemeja yang dipakai Elena.

Kainer pun langsung mengalihkan pandangannya pada Elena yang sudah berada dibawah, sungguh Elena sangat berani melakukan kegiatan yang sangat tidak disukai oleh Christian itu. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Kainer segera turun dan langsung menghampiri Elena. Kainer berbisik pelan pada Elena yang langsung berdiri tegak, wajahnya memerah menahan takut dan malu. Elena benar-benar merutuki kebodohannya sendiri yang tidak sadar kalau dua kancing kemejanya terbuka saat melakukan peregangan otot beberapa saat yang lalu, beruntung Kainer segera menghampirinya kalau tidak mungkin saja lima orang dari kantor walikota yang kini berhenti di depannya bisa melihat tubuhnya yang terbuka.

Dari ekor matanya, Elena bisa melihat ekspresi wajah Christian yang sudah sangat mengerikan saat ini. Terlihat jelas betapa marahnya pria tampan itu, sialan. Disaat sedang marah seperti ini kenapa pesona Christian justru berlipat-lipat? Tiba-tiba Elena merasa panas, padahal saat ini angin bertiup cukup kencang di bandara.

Bersambung